Agenda Media KERANGKA TEORI

9

BAB II KERANGKA TEORI

A. Agenda Media

Media massa, baik tradisional maupun modern memberikan kita informasi dan membantu manusia dalam memperhatikan lingkungan sekitarnya. Media memberikan berita, informasi, dan peringatan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan dikala terancam di tengah fenomena alam sampai di dalam kehidupan sehari-hari. 1 Di sini media massa menempati posisi yang sangat penting. Ia memengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Yu 2009 lebih lanjut mengemukakan media juga mengatur, menyusun dan menginterpretasi hidup manusia. Cerita yang menonjol di media dipercaya lebih penting daripada yang dipulas atau diabaikan. Dengan menonjolkan satu persoalan dan mengesampingkan yang lain, media membentuk citra atau gambaran dunia seperti yang disajikan dalam media massa. Beranjak dari fenomena ini McQuail 2005 mengungkapkan, hanya dengan mengetahui bagaimana media bekerja, maka akan dapat dipahami hubungan pengaruh antara masyarakat dengan media atau sebaliknya. Dari berbagai studi yang pernah dilakukan terhadap pengaruh dalam komunikasi, ditemukan bahwa komunikasi cenderung lebih banyak memengaruhi pengetahuan dan tingkat kesadaran seseorang. 2 Para ahli pada berbagai studi terdahulu mengenai efek media menyimpulkan bahwa “media lebih mengkristalkan 1 Michael Gamble dan Teri Kwal Gamble, Communication Work 8 �ℎ Edition, New York: McGraw-Hill, 2005, h. 478 2 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo, 2005, h. 156 dan meneguhkan ketimbang mengubah”. Mereka menemukan bahwa efek media itu terbatas dan media massa hanya lebih berfungsi untuk memperteguh keyakinan. Model agenda setting mengasumsikan adanya hubungan yang positif antara penilaian yang diberikan media pada suatu persoalan dengan pengertian khalayak pada persoalan tersebut. Konsep mengenai agenda media ini diambil dari teori agenda setting yang dikemukakan oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw. 3 Ide dasar dari teori ini bahwa media memberikan perhatian yang berbeda pada setiap isu. Dari berbagai isu yang muncul atau mengemuka, ada isu yang diberitakan dengan porsi yang besar, ada yang diberitakan dengan porsi yang kecil. Perbedaan perhatian media terhadap isu ini akan berpengaruh terhadap kognisi pengetahuan dan citra suatu peristiwa di mata khalayak. Liputan berita yang diulang-ulang untuk mengangkat pentingnya sebuah isu dalam benak publik merupakan kemampuan media yang berfungsi sebagai penentu agenda. Orang cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan oleh media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan oleh media massa terhadap isu-isu yang berbeda. Menurut Maxwell McCombs dan Donald L. Shaw, khalayak tidak hanya mempelajari berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan pada topik tertentu. 4 Berdasarkan teori tersebut, maka diturunkanlah konsep mengenai agenda media. Konsep ini tidak memiliki dimensi dan langsung diturunkan menjadi tiga indikator. 3 Mc Quail, Denis, dan Sven Windahl, Communication Models for the Study of Mass Communication, edisi ke-2, London: Longman, 1996, h. 127 4 Mc Quail, Denis, dan Sven Windahl, h. 104 1. Isu yang diberitakan oleh media. Dengan melihat isu mana yang paling banyak diberitakan oleh media, maka isu tersebutlah yang ingin disorot oleh media. 2. Panjang berita dalam surat kabar. 3. Penempatan isu tersebut dalam halaman surat kabar. Surat kabar yang memberitakan isu eksekusi mati Mary Jane dalam jumlah besar, dengan halaman yang panjang dan ditempatkan pada tempat yang mencolok, mencerminkan agenda yang dibawa oleh media kepada publik. Dengan tiga indikator di atas, agenda media yang dimaksud adalah isu-isu yang mendapat perhatian media dengan frekuensi pemunculan isu yang sering, pemberian kolom yang panjang dan penempatan isu pada halaman depan atau mencolok sehingga mudah diakses oleh khlayaknya. Untuk mendapatkan signifikasi waktu penelitian dimana agenda media ini berdapampak pada publik, maka dibutuhkan penelitian dalam jangka waktu tertentu. Winter dan Eyal 1980 menyatakan bahwa korelasi paling kuat antara agenda media dan agenda publik adalah selama rentang waktu 4 sampai 6 minggu. Akan tetapi terdapat juga bukti bahwa dampak penentuan agenda yang muncul dalam periode waktu yang lebih singkat. Wanta dan Roy 1995 menemukan bahwa dampak penentuan agenda untuk televise lokal muncul setelah enam hari dan lenyap setelah 11 hari. Dampak penetuan agenda untuk surat kabar local muncul setelah delapan hari namun berlangsung lebih lama, dan lenyap setelah 85 hari. Menurut G. E. Lang dan K. Lang 1983, agenda tidak ditentukan oleh media semata, akan tetapi juga dipengaruhi oleh opini publik yang ada sehingga mereka menggunakan istilah pembentukan agenda dibandingkan dengan penentuan agenda. Penelitian mereka menyatkan bahwa proses penempatan isu pada agenda publik membutuhkan waktu melalui beberapa tahap. Selain itu cara media membingkai sebuah isu dan pemilihan kata-kata ynag digunakan untuk menggambarkan isu tertentu memiliki dampak terhadap persepsi khalayak. Pada tahun 1972, teori ini digunakan untuk meriset efek kampanye Presiden di Nort California. 1983, Kurt Lang juga melakukan pengujian yang sama, hasilnya mereka menyimpulkan bahwa pemberitaan media memang menjadi variabel penentu yang memengaruhi apa yang dianggap penting dan dibicarakan publik. W. Littlejohn dan Karren Foss 2005:180 mengutip Rogers dan Dearing. Fungsi Agenda Setting: 5 1. Agenda media itu sendiri harus disusun oleh awak media. 2. Agenda media dalam beberapa hal memengaruhi atau berinteraksi dengan agenda publik atau naluri publik terhadap pentingnya isu, yang nantinya memengaruhi Agenda Kebijakan. 3. Agenda kebijakan adalah apa yang dipikirkan para pembuat kebijakan publik dan privat penting atau pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting oleh publik. B. Kerangka Konsep Dalam kerangka konsep ini, penulis membagi menjadi dua konsep kategori, yaitu kategori isu pemberitaan sosial, hukum, potik, dan kategori bentuk pemberitaan favorable, unfavorable, dan netral. Pada kategori isu pemberitaan 5 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Theories of Human Communication, Jakarta: Salemba Humanika, 2005 h.180 sosial, hukum, dan politik, penulis membuat tiga sub kategori pada setiap kategorinya. 1. Sosial Pada kategori ini yang dimaksud dengan sosial adalah segala sesuatu yang menyangkut dengan kemanusiaan serta menghargai hak orang lain. Sosial juga dapat dikatakan sebagai norma yang bersumber dari kebudayaan sebagai acuan dalam berhubungan dengan antar manusia. Saling tolong menolong dan menjalin komunikasi yang baik dengan sesama juga dapat diartikan sebagai sosial. Dalam kategori sosial, penulis meguraikan kembali kategori ini ke dalam tiga sub kategori, yaitu a. Keadaan dan riwayat hidup Mary Jane Fiesta Veloso. b. Hubungan Mary Jane dengan Keluarga. c. Hubungan Mary Jane dengan lingkungan LP. 2. Hukum Pada kategori ini, yang dimaksud dengan hukum yaitu menjelaskan tentang penegakan sebuah peraturan. Dimana peraturan yang dibuat pemerintah ditujukan untuk melindungi masyarakat dan keutuhan negara. Dalam skripsi ini, hukum tentang narkotika yang menjadi sorotan atau muatan utama. Setiap masyarakat pasti memiliki hukum, baik dari masyarakat yang paling primitif hingga di masyarakat yang paling modern sekalipun. Oleh karena itu, hukum memiliki sifat yang universal. Hukum tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat, tetapi memiliki hubungan timbal balik. 6 Namun, sering dianggap oleh masyarakat bahwa hukum adalah sistem yang dibuat oleh pemerintah sebagai pengikat dan sanksi sebagai 6 Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Edisi Revisi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2004, hlm. 27. pemaksa untuk menegakkan hukumnya. Sesungguhnya hukum itu sendiri memiliki tujuan untuk menciptakan suatu kedamaian yang didasarkan pada keserasian antara ketertiban dan ketentraman. 7 Seperti apa yang selalu diusahakan oleh Indonesia sebagai negara hukum, penegakan hukum dalam segala bidang menjadi perhatian utama. Dalam skripsi ini, kategori hukum yang digunakan, penulis jabarkan lagi menjadi tiga sub kategori, yaitu a. Upaya penegakan hukum narkotika oleh pemerintah Indonesia. b. Upaya hukum yang dilakukan pihak Mary Jane untuk mendapatkan keringanan hukum. c. Keputusan hukum yang diberikan oleh badan yang berwenang kepada Mary Jane. 3. Politik Pada kategori ini, yang dimaksud dengan politik adalah upaya yang dilakukan demi mencapai tujuan yang diinginkan. Terutama oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan. Pada kasus ini, terjadi aktivitas politik antar dua negara yaitu Indonesia dan Filipina. Dalam skripsi ini, kategori politik yang digunakan, penulis jabarkan lagi menjadi tiga sub kategori, yaitu a. Pelobian yang dilakukan pihak Filipina kepada Indonesia untuk membebaskan warga negaranya. b. Kondisi hubungan bilateral antara Indonesia dan Filipina. c. Keputusan pemerintah Indonesia dalam hal ini Presiden terhadap hukuman yang diberikan kepada Mary Jane. 7 DR. Teguh Prasetyo, S.H., M.Si. dan DR. Abdul Halim Barkatullah, S. Ag., S.H., M. Hum., Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 38-39. 4. Favorable Sikap favorable atau positif yang dimaksud dalam kategorisasi ini adalah apabila pernyataan dalam berita yang ditampilkan secara eksplisit atau implisit mendukung yaitu dengan memuji, menyanjung, menyetujui isu eksekusi matiMary Jane Fiesta Veloso. 5. Unfavorable Sikap unfavorable atau negatif yang dimaksudkan bila pernyataan dalam berita yang ditampilkan secara eksplisit atau impisit tidak mendukung, yaitu dengan mencela, meremahkan, dan menolak isu tentang eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso. 6. Netral Sikap netral yang dimaksud adalah apabila pernyataan dalam berita yang ditampilkan secara eksplisit atau implisit tidak bersikap memihak atau netral tentang isu eksekusi mati Mary Jane Fiesta Veloso. 8

C. Media Online