Dalam mempelajari fotosintesis pohon-pohon hutan, kita perlu menentukan perbedaan yang terjadi dalam pohon, yang disebabkan oleh umur daun dan posisi
pada tajuk, perbedaan antar pohon, yang membedakan daun lebar dan konifer, jenis, dan genotip Daniel et al 1987.
Sedangkan bentuk tajuk menunjukkan kapasitas fotosintesis dan kemungkinan berkorelasi dengan pertumbuhan dan kematian.
Dawkins mengklasifikasikan bentuk tajuk menjadi: 1.
Very poor : Tajuk pohon rusak parah dan dan kemungkinan untuk
menambah kecepatan pertumbuhan sangat kecil. 2.
Poor : Tajuk pohon rusak, tidak simetri dengan beberapa cabang
yang lain, tetapi masih ada kemungkinan untuk tetap hidup. 3.
Tolerable : Tajuk pohon asimetris, tetapi dapat menjadi simetri
apabila di beri ruang untuk memperoleh cahaya. 4.
Good : Tajuk pohon hampir ideal tetapi tajuk kurang simetri atau
beberapa cabang ada yang mati. 5.
Perfect : Tajuk pohon terbaik, lebar, bundar dan simetris.
Klasifikasi diatas dapat dilihat lebih jelas seperti pada gambar .
Gambar 2 Klasifikasi bentuk tajuk menurut Dawkins
2.3 Sistem Silvikultur TPTJ
Sistem Silvikultur adalah rangkaian kegiatan berencana mengenai pengelolaan hutan yang meliputi; penebangan, peremajaan dan pemeliharaan
tegakan hutan guna menjamin kelestarian produksi kayu atau hasil hutan lainnya Departemen Kehutanan 1998. Sistem silvikultur yang diterapkan di Indonesia
dalam usaha pengelolaan hutan tropis, antara lain sistem silvikultur Tebang Pilih Indonesia TPI, Tebang Pilih Tanam Indonesia TPTI, dan Tebang Pilih Tanam
Jalur TPTJ serta Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif TPTII atau Silvikultur Intensif. Dalam penelitian ini sistem silvikultur yang digunakan adalah petak
contoh dengan menggunakan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur TPTJ. Sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur TPTJ adalah sistem
silvikultur uji coba yang digulirkan sebagai alternatif pembangunan HTI. HTI menggunakan tebang habis, sementara TPTJ menyisakan hutan alam diantara
jalur tanam. Pembukaan tutupan hutan terjadi pada jalur bersih selebar 3 m yang berada di tengah jalur tanam selebar 10 m yang bebas dari naungan pohon. Di
antara jalur tanam disisakan hutan alam selebar 25 m yang ditebang dengan batas diameter 40 cm ke atas. Adapun tujuan dari sistem silvikultur TPTJ yaitu agar
kegiatan pengelolaan hutan dapat dilaksanakan secara intensif dengan melakukan kegiatan-kegiatan silvikultur melalui sistem jalur sehingga penanaman dan
pengawasan hutan lebih terjamin Departemen Kehutanan 1998. Menurut Daniel et al 1987 kata tebang pilih dalam sistem silvikultur
tebang pilih bermakna bahwa pohon yang terpilih, baik jenis pohonnya maupun dimensinya, disesuaikan dengan spesifikasi dan kualifikasi produksi kayu yang
diisyaratkan untuk bahan baku industri perkayuan tertentu. Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur merupakan sistem pengelolaan hutan alam produksi
dengan penanaman jenis meranti secara jalur pada petak-petak bekas tebangan. Macam-macam jalur yang yang dibuat dalam sistem silvikultur TPTJ adalah jalur
bersih, jalur bebas naungan, jalur tanam dan jalur antara. Penerapan sistem silvikultur TPTJ di PT. Erna Djuliawati dilaksanakan pada
tahun 19981999. Sistem silvikultur TPTJ merupakan modifikasi dari sistem TPTI. Terdapat 2 aspek yang sangat mendasar dalam modifikasi sistem silvikultur
ini yaitu sistem silvikultur TPTJ mengurangi diameter minimum tebangan hingga 40 cm dan sistem silvikultur mensyaratkan penanaman jalur yang sistemastis di
seluruh areal yang ditebang SOP PT.Erna Djuliawati 2007.
2.4 Model Struktur Tegakan