Pemilihan Model Famili Sebaran .1 Model Terpilih

a b Gambar 5 Kurva persentase tajuk pohon pada berbagai kondisi bekas tebangan yang dirinci menurut klasifikasi Dawkins a posisi tajuk; b bentuk tajuk 5.3 Pemilihan Model Famili Sebaran 5.3.1 Model Terpilih Untuk mengetahui pola struktur tegakan dilapangan maka digunakan suatu cara pendugaan model struktur tegakan dengan menggunakan model famili sebaran. Sudah cukup banyak model famili sebaran yang diketahui. Model famili sebaran digunakan untuk melihat sebaran diameter dari tegakan bekas tebangan. Dalam pendugaan model struktur tegakan untuk setiap famili sebaran menggunakan parameter-parameter yang berbeda. Parameter-parameter tersebut yang kemudian akan digunakan untuk mendapatkan nilai peluang pada kelas diameter yang terdapat pada Lampiran 2, 3, dan 4. Parameter-parameter yang digunakan pada setiap model famili sebaran dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Parameter sebaran pada setiap model famili sebaran menurut tahun setelah penebangan Tahun setelah penebangan Petak Klmpk Parameter Sebaran Eksponensial negatif Gamma Lognormal Weibull θ a b m L s L a C Et+6 R29 Dipt 17,707 1,578 11,224 2,525 0,759 18,771 1,144 NonDipt 14,56 2,233 6,519 2,438 0,661 16,205 1,426 Total 15,518 1,952 7,952 2,464 0,693 16,984 1,288 S30 Dipt 20,047 1,966 10,196 2,723 0,729 22,118 1,366 NonDipt 14,21 2,188 6,493 2,408 0,636 15,718 1,35 Total 16,168 2,008 8,051 2,514 0,684 17,794 1,326 Et+4 O28 Dipt 13,475 1,901 7,089 2,315 0,661 14,603 1,226 NonDipt 15,249 2,513 6,067 2,513 0,617 17,066 1,48 Total 14,916 2,357 6,329 2,476 0,63 16,609 1,417 P29 Dipt 16,919 1,512 11,19 2,463 0,796 17,965 1,156 NonDipt 14,347 2,364 6,069 2,437 0,633 16,012 1,445 Total 14,765 2,146 6,881 2,442 0,661 16,352 1,371 Et+3 M29 Dipt 12,238 1,596 7,668 2,16 0,675 12,801 1,096 NonDipt 13,591 2,928 4,642 2,429 0,558 15,32 1,57 Total 13,291 2,449 5,427 2,369 0,596 14,798 1,401 M30 Dipt 19,312 2,064 9,358 2,699 0,696 21,364 1,376 NonDipt 13,868 2,578 5,379 2,423 0,605 15,555 1,506 Total 14,848 2,377 6,246 2,473 0,632 16,566 1,444 Parameter sebaran yang diperoleh pada setiap kelompok famili sebaran pada kedua petak contoh yang digunakan mewakili satu kondisi setelah penebangan umumnya memiliki nilai yang seragam atau memiliki nilai yang hampir sama. Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai dari parameter sebaran tersebut tidak seragam. Seperti pada Et+6 yaitu petak R29 dan S30 untuk kelompok Dipterocarpaceae nilai parameter sebaran pada famili sebaran Lognormal memiliki nilai yang tidak seragam. Hal ini juga terdapat pada Et+4 dan Et3. Namun pada kelompok non-Dipterocarpaceae nilai parameternya hampir sama pada setiap kondisi tahun setelah penebangan. Metode yang digunakan dalam pemilihan model adalah metode kemungkinan maksimum dimana model yang terpilih dari keempat famili sebaran model yang dicobakan adalah model yang memiliki nilai kemungkinan maksimum tertinggi. Perbandingan nilai-nilai penduga kemungkinan maksimum setiap kelompok dapat dilihat pada Gambar 6. a b c Gambar 6 Grafik batang penduga kemungkinan maksimum pada: a kelompok Dipterocarpaceae; b kelompok non-Dipterocarpaceae; c kelompok seluruh jenis Berdasarkan gambar histogram tersebut diketahui bahwa pada berbagai tahun tebang model famili sebaran Lognormal memiliki grafik yang terendah. Namun dalam penyajian grafik nilai yang digunakan adalah –Log L, sehingga penilaian untuk menentukan model terpilih menjadi terbalik. Famili sebaran Lognormal yang pada setiap petak contoh memiliki nilai terendah menjadi nilai yang tertinggi sedangkan famili sebaran yang lainnya seperti sebaran Weibull, Eksponensial negatif, dan Gamma yang memiliki nilai tertinggi sebenarnya memiliki nilai terendah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara umum model famili sebaran Lognormal memiliki nilai penduga kemungkinan maksimum yang tertinggi. Dapat dilihat pada gambar 6 bahwa famili sebaran Lognormal pada setiap kelompok di semua tahun tebang memiliki nilai kemungkinan maksimum yang tertinggi. Hal ini berarti bahwa famili sebaran Lognormal dapat diterima secara penuh. Berdasarkan hasil uji kemungkinan maksimum di atas model famili sebaran Lognormal terpilih sebagai model terbaik yang dianggap dapat menerangkan struktur tegakan lebih tepat daripada model-model sebaran yang lain yang dicobakan. Pada jenis penelitian yang sama Suhendang 1985 model famili sebaran Lognormal juga konsisten untuk kelompok seluruh jenis. Namun dalam penelitian tersebut terjadi ketidakkonsistenan, yaitu diterimanya model famili sebaran Gamma untuk jenis dammar asam dan simpur. Dikatakannya pula bahwa ketidakkonsistenan dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu keadaan yang sebenarnya memang demikian, artinya ialah bahwa famili sebaran sebaran yang diterima merupakan fungsi dari luas satuan percobaan, jalur gabungan merupakan areal yang tidak kompak dan dapat pula terjadi akibat pemakaian rumus empiris dalam pendugaan parameter skala α dari famili sebaran Gamma. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Rayadi 1994 model famili sebaran yang dapat diterima yaitu model famili sebaran Gamma, sedangkan menurut Ermayani 2000 famili sebaran yang dapat diterima dan konsisten pada kelompok jenis meranti dan kelompok seluruh jenis adalah famili sebaran Lognormal. Berikut adalah gambar perbandingan antara data aktual dengan model pada Et+3 yaitu petak M30 dengan model-model famili sebaran lainnya. a b c Gambar 7 Perbandingan data aktual dengan model Model-model Famili Sebaran Lognormal, Eksponensial Negatif, Gamma, dan Weibull pada : a kelompok Dipterocarpaceae; b kelompok non-Dipterocarpaceae; c kelompok seluruh jenis Pada Gambar 7 terlihat bahwa model famili sebaran Lognormal lebih mendekati data lapangan yang diikuti oleh model famili sebaran Gamma, Weibull, dan Eksponensial negatif. Pada gambar juga terlihat bahwa famili sebaran Eksponensial negatif berada pada posisi yang terbawah yang berarti model eksponensial negatif kurang dapat menjelaskan kondisi yang sebenarnya. 5.3.2 Perbandingan Struktur Tegakan Model Famili Sebaran Terpilih dengan Model Famili Sebaran Terpilih pada Sistem Silvikultur TPTI Dalam penyusunan struktur tegakan, data yang digunakan ialah data kelompok seluruh jenis pada model famili sebaran Lognormal yang menggunakan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur TPTJ. Sedangkan data yang digunakan sebagai perbandingan ialah data yang diperoleh dari hasil pengukuran Ermayani 2000 dengan model famili sebaran terpilih yaitu Lognormal pada sistem silvikultur TPTI di PT. Dwimajaya Utama. Dalam penyusunan struktur tegakan ini digunakan kerapatan pohon N, yaitu hasil perkalian peluang diterimanya suatu famili sebaran pada kelas diameternya dengan total kerapatan pohon per hektar untuk kelompok jenis pohon tersebut. Pada Gambar 8 terlihat bahwa struktur tegakan untuk diameter 20-40 cm pada sistem silvikultur TPTJ, kerapatannya lebih besar daripada sistem silvikultur TPTI. Sebaliknya pada diameter diatas 40 cm kerapatan per ha lebih besar pada sistem silvikultur TPTI. Hal ini dikarenakan pada sistem silvikultur TPTJ limit diameter yang ditebang ialah 40 cm ke atas sedangkan pada TPTI limit diameter yang ditebang ialah 50 cm ke atas. Sehingga pada sistem silvikultur TPTJ diameter besar akan lebih sedikit daripada TPTI. Karena itu dapat dikatakan bahwa limit diameter tebangan akan mempengaruhi kondisi tegakan tinggal. Apabila pohon yang ditebang berdiameter lebih kecil akan mengakibatkan kerusakan pada tegakan tinggal lebih tinggi daripada yang limit diameter penebangannya besar. Gambar 8 Perbandingan kerapatan individu menggunakan model famili sebaran Lognormal pada Sistem Silvikultur TPTJ dengan TPTI

5.4 Penerapan Model Famili Sebaran

Dokumen yang terkait

Komposisi dan struktur tegakan areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam Indonesia Intensif (TPII) di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawti, Kalimantan Tengah

3 49 107

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Petubahan KOihposisi Dan Struktut Tegakan Hutan Produksi Alam Dengan Menggunakan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII) (Studi Kasus di Areal IUPHHK PT. Ema Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 15 229

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Kondisi Vegetasi Pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur Di Kalimantan Tengah

8 55 134

Scbaran Diameter Tanaman Meranti Pada Sistcm Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur Di PT Erna Djuliawati

0 5 29

Komposisi Functional Species Group pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur di Area IUPHHK-HA PT Sarpatim, Kalimantan Tengah

0 12 37

Struktur tegakan pasca penebangan pada sistem tebang pilih tanam jalur di konsesi hutan PT Erna Djuliawati

1 7 37