yang telah diterapkan di Indonesia dalam usaha pengelolaan hutan, antara lain sistem silvikultur Tebang Pilih Indonesia TPI, Tebang Pilih Tanam Indonesia
TPTI, dan Tebang Pilih Tanam Jalur TPTJ serta Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif TPTII atau Silvikultur Intensif.
Pola struktur tegakan memiliki kekhasan tersendiri. Untuk menggambarkan pola struktur tegakan, terdapat beberapa model yang sering dicobakan untuk
menerangkan perkembangan struktur tegakan. Model-model famili sebaran dapat digunakan untuk menduga model struktur tegakan. Model-model tersebut yaitu
famili sebaran Lognormal, famili sebaran Gamma, famili sebaran Eksponensial negatif dan famili sebaran Weibull. Dalam penelitian ini akan dicobakan keempat
model tersebut untuk mengetahui model distribusi diameter terbaik yang dapat menggambarkan struktur tegakan setelah penebangan.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendapatkan komposisi dan struktur tegakan tinggal pasca penebangan
dengan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur TPTJ. 2.
Mendapatkan model distribusi diameter tegakan terbaik yang dapat
menggambarkan struktur tegakan tinggal pada sistem silvikultur Tebang
Pilih Tanam Jalur TPTJ.
1.3 Manfaat
Hasil penelitian mengenai struktur tegakan dapat digunakan untuk menilai keadaan hutan dalam penerapan sistem silvikultur TPTJ serta menjadi data dan
informasi untuk evaluasi mengenai kondisi tegakan tinggal di PT. Erna Djuliawati Kalimantan Tengah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komposisi dan Struktur Tegakan
Tegakan yaitu sekelompok pohon yang mempunyai ciri-ciri seragam mulai dari jenis, umur, dan ukuran diameter, tinggi Arief 2001. Daniel et al. 1987
mendefinisikan tegakan sebagai unit agak homogen yang dapat dibedakan dengan jelas dari tegakan di sekitarnya oleh umur, komposisi, struktur, tempat tumbuh.
Tegakan hutan sebelum dan sesudah penebangan akan mengalami perubahan komposisi dan struktur tegakan. Komposisi jenis merupakan salah satu nilai yang
digunakan untuk mengetahui proses suksesi yang sedang berlangsung pada suatu komunitas yang telah terganggu Departemen Kehutanan 1992. Soerianegara dan
Indrawan 2005 menyatakan bahwa komposisi jenis dibedakan antara populasi satu jenis dan komunitas beberapa jenis. Istilah komposisi menyatakan
kekayaan floristik hutan tropika sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan seperti iklim, tanah dan cahaya, dimana faktor tersebut membentuk suatu tegakan
yang klimaks Meuller – Dumbois Ellenburg 1974 dalam Irwan 2009.
Struktur tegakan atau hutan menunjukan sebaran umur dan atau kelas diameter dan kelas tajuk Daniel et al. 1987. Struktur tegakan dapat dilihat
berdasarkan tingkat kerapatan sehingga akan menggambarkan kondisi suatu tegakan hutan Departemen Kehutanan 1992. Sedangkan Richard 1966
memakai istilah struktur tegakan untuk menerangkan sebaran individu tumbuhan dalam lapisan tajuk hutan. Jenis pohon yang stabil harus memiliki struktur
populasi untuk seluruh umur. Pada tegakan tidak seumur distribusi frekuensi jumlah pohon menurut kelas diameternya akan membentuk kurva J terbalik
Daniel et al. 1987.
2.2 Stratifikasi Tajuk