Analisis Monsun dan Nino 3.4

1 6 12 18 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 x 10 8 Periode bulan E ne rg i S pe kt ra l SUMBAWA BESAR INDRAMAYU BANJAR BARU PANDEGLANG LAMPUNG Gambar 10 Power Spektral Density PSD curah hujan periode 1976-2000. Analisis PSD Power Spectral Density merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui periodesitas dari suatu data deret waktu. Pada gambar 10 dapat dilihat bahwa wilayah-wilayah kajian yang bertipe curah hujan monsunal Lampung, Sumbawa Besar, Indramayu, Banjarbaru, dan Pandeglang menunjukkan pola osilasi dominan 12 bulanan. Hal ini terlihat dari puncak energi spektral masing-masing wilayah kajian berada pada periode 12 bulanan, artinya kejadian kuat akan berulang dalam selang waktu 12 bulanan. Wilayah Indramayu dan Banjarbaru memiliki puncak yang lebih tinggi dibandingkan wilayah Lampung, Sumbawa Besar, dan Pandeglang, hal ini berarti kekuatan monsun di wilayah Indramayu dan Banjarbaru lebih kuat dibandingkan wilayah lainnya.

4.2 Analisis Monsun dan Nino 3.4

Monsun merupakan siklus tahunan yang membedakan secara tegas keadaan atmosfer ketika musim basah dan musim kering. Menurut Webster 1987 monsun juga merupakan suatu fenomena yang kuat dan luas sehingga suatu sistem monsun dapat mempengaruhi suatu wilayah yang luas. Fenomena ini juga sangat berpengaruh terhadap penentuan awal musim hujan dan musim kering. Menurut Bhalme 1991, El Niño merupakan anomali suhu permukaan laut yang terjadi di daerah khatulistiwa bagian tengah dan timur, yaitu menghangatnya permukaan laut hingga mencapai suhu satu derajat di atas standar deviasi rata – rata bulanan selama empat bulan berturut – turut. Secara umum hubungan antara monsun dengan Nino 3.4 adalah berbanding terbalik, artinya apabila monsun melemah maka Nino 3.4 akan menguat dan begitu juga sebaliknya semakin melemahnya monsun maka Nino 3.4 akan semakin menguat. Jan-76 Jan-77 Jan-78 Jan-79 Jan-80 Jan-81 Jan-82 Jan-83 Jan-84 Jan-85 Jan-86 Jan-87 Jan-88 Jan-89 Jan-90 Jan-91 Jan-92 Jan-93 Jan-94 Jan-95 Jan-96 Jan-97 Jan-98 Jan-99 Jan-00 -15 -10 -5 5 10 15 Waktu In d e k s ISMI WNPMI AUSMI NINO3.4 Gambar 11 Deret waktu data iklim global periode 1976 – 2000. Berdasarkan hasil plot Gambar 11 data monsun indeks ISMI, WNPMI, dan AUSMI dengan Nino 3.4 dapat dilihat bahwa tidak selamanya kedua fenomena tersebut berbanding terbalik. Monsun ASIA ISMI dan WNPMI sendiri berbanding terbalik dengan monsun AUSTRALIA AUSMI, ketika AUSMI menguat maka monsun ASIA melemah dan sebaliknya ketika AUSMI melemah maka monsun ASIA menguat. Namun ketika digabungkan dengan Nino 3.4, ada kalanya monsun Asia maupun monsun AUSTRALIA sama-sama menguat dengan Nino 3.4, begitu juga sebaliknya ketika Nino 3.4 melemah maka ketiga indeks monsun tersebut juga melemah. 4.3 Analisis Spektral Monsun dan Nino 3.4 Analisis PSD Power Spectral Density untuk indeks monsun ISMI, WNPMI, dan AUSMI dapat dilihat pada gambar 6. Pada gambar terlihat bahwa ISMI, WNPMI, dan AUSMI memiliki osilasi dominan sekitar 12 bulanan artinya kejadian kuat akan terjadi sekali dalam waktu 12 bulan. Selain itu osilasi 6 bulanan juga terlihat. Osilasi 6 bulan berarti dalam 1 tahun terjadi dua kejadian kuat dengan masing-masing kejadian memiliki periode 6 bulanan. Selain analisis PSD, untuk memperjelas periodesitas data digunakan juga analisis wavelet. Monsun ISMI, WNPMI, dan AUSMI memiliki osilasi dominan sekitar 12 bulanan yang ditunjukkan oleh spektrum wavelet global pada gambar 13b ISMI, 14b WNPMI, dan 15b AUSMI. Spektrum kuasa wavelet 13a, 14a, dan 15a menunjukkan kekuatan osilasi tiap monsun. Spektrum warna wavelet yang yang semakin mengarah ke warna merah menunjukkan indeks monsun yang semakin kuat dan warna wavelet yang semakin mengarah ke warna biru menunjukkan indeks monsun yang semakin lemah. ISMI, WNPMI, dan AUSMI memiliki pola yang sama. Spektrum warna wavelet yang berwarna merah pada tahun 1976-2000 berada pada periode 12 bulanan. Untuk mempertajam analisis PSD pada Nino 3.4, digunakan analisis wavelet ditunjukkan oleh gambar 16. Spektrum wavelet global Nino 3.4 16b semakin mempertegas bahwa kejadian kuat Nino 3.4 akan berulang dalam waktu 60 bulan. Gambar 16a merupakan spektrum kuasa wavelet Nino 3.4. Spektrum warna wavelet yang yang semakin mengarah ke warna merah menunjukkan anomali suhu muka laut yang semakin menghangat atau berada pada fase positif di atas 0 o C. Spektrum warna wavelet yang semakin mengarah ke warna biru menunjukkan anomali suhu muka laut yang semakin mendingin atau berada pada fase negatif di bawah 0 o C. 1 6 12 18 2 4 6 8 10 12 14 16 x 10 5 Periode bulan E n e rg i S p e k tr a l ISMI WNPMI AUSMI 1 6 12 18 2224 30 3638 43 60 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Periode bulan Power Spectral Density NINO3.4 Periode Jan 1976 - Ags 2000 NINO3.4 a b Gambar 12 Power Spektral Density PSD indeks monsun a dan Nino 3.4 b periode 1976 – 2000 Time Observation Per iod mo nth a The Wavelet Power Spectrum 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 4 8 16 32 64 128 256 -4 -2 2 4 200 400 600 4 8 16 32 64 128 256 b The Global Wavelet Spectrum Gambar 13 Wavelet Indian Summer Monsun Index ISMI periode 1976 – 2000 Time Observation Per iod mo nth a The Wavelet Power Spectrum 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 4 8 16 32 64 128 256 -4 -2 2 4 200 400 600 4 8 16 32 64 128 256 b The Global Wavelet Spectrum Gambar 14 Wavelet Western North Pacific Monsun Index WNPMI periode 1976 – 2000 Time Observation Per iod mo nth a The Wavelet Power Spectrum 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 4 8 16 32 64 128 256 -4 -2 2 4 50 100 150 200 250 4 8 16 32 64 128 256 b The Global Wavelet Spectrum Gambar 15 Wavelet Australia Monsun Index AUSMI periode 1976 – 2000 Time Observation Per iod mo nth a The Wavelet Power Spectrum 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 4 8 16 32 64 128 256 -4 -2 2 4 5 10 15 20 4 8 16 32 64 128 256 b The Global Wavelet Spectrum Gambar 16 Wavelet Nino 3.4 periode 1976 – 2000 Gambar 17 Mean varians monsun dan Nino 3.4 periode 1976 – 2000 Analisis varians pada gambar 17 menunjukkan nilai rata-rata sebaran data deret waktu. Mean varians rata-rata varians merupakan suatu kisaran nilai rata-rata data menyimpang dari kondisi normalnya. Jika dibandingkan, monsun ISMI, WNPMI, AUSMI dan Nino 3.4 menunjukkan puncak yang sama pada tahun 1997-1998. Akan tetapi, pola rata-rata varians AUSMI dan WNPMI yang hampir menyamai pola pergerakan rata-rata varians Nino 3.4 pada periode 1976-2000. Tahun 1997-1998 merupakan tahun El Niño kuat 1997 dan langsung disambut tahun La Nina 1998. Oleh karena itu, pada pembahasan selanjutnya mengenai pemodelan untuk memprediksi curah hujan monsunal wilayah kajian maka dapat menggunakan variabel AUSMI, WNPMI dan Nino 3.4.

4.4 Analisis Statistik Data Curah Hujan