K3 pada Industri Bioetanol

24 Etanol yang dihasilkan pada proses fermentasi, selanjutnya mengalami proses pemurnian. Pemurnian etanol dilakukan melalui metode destilasi. Destilasi dilakukan pada suhu di atas titik didih etanol murni yaitu pada kisaran 78-100°C. Produk yang dihasilkan pada tahap ini memiliki kemurnian hingga 96 . Etanol hasil distilasi kemudian dikeringkan melalui metode purifikasi molecular sieve untuk meningkatkan kemurnian etanol hingga memenuhi spesifikasi bahan bakar. Zeolit, lempung, karbon aktif, microporus charcoal, dan porous glasses adalah beberapa bahan yang termasuk molecular sieve. Etanol hasil pengeringan memiliki kemurnian hingga 99,5 Hambali et.al, 2007. Visualisasi proses pada industri bioetanol dapat dilihat pada Gambar 3.

H. K3 pada Industri Bioetanol

Menurut BBI International 2003, industri ethanol mempunyai rekor keamanan yang dapatmembuat iri, meskipun banyak masalah keamanan yang dapat menghasilkan resiko yang signifikan. Langkah pertama yang penting adalah mengembangkan manual keamanan internal atau menyewa konsultan keamanan yang berpengalaman untuk mengembangkan sebuah manual untuk anda. Manual ini akan bertindak sebagai panduan anda untuk menetapkan program keamanan yang efektif yang akan meminimalisasi cedera pada pekerjaan. Manual keamanan yang dikembangkan dengan baik juga akan mengurangi angka pelanggaran dengan menunjukkan area masalah yang akan datang. Hal ini penting untuk menetapkan lingkungan safety first dari awal. 25 Ubikayu Pengupasan Pencucian Penggilingan Liquifikasi 90-95 °C, 2 jam Sakarifikasi awal 60-66 °C, 3jam Enzim alpha- amylase Enzim gluco- amylase Uap Sakarifikasi lanjut dan fermentasi 32 °C, 36 jam Pemisahan serat dan distilasi Dehidrasi molecular sieve Limbah cair. serat Fuel Grade Ethanol 99,5 Gambar 3. Diagram Alir proses produksi bioetanol dengan bahan baku ubikayu Prihandana et.al, 2007 26 Rekomendasi keamanan yang dapat diterapkan di industri etanol adalah sebagai berikut : 1. Manual keamanan pabrik sebaiknya meliputi dugaan keamanan dasar, memaksakan syarat dan prosedur operasional kritis lain, termasuk: a. Tanda pengenal b. Pintu masuk yang dibatasi c. Penggunaan perlengkapan keselamatan personil d. Tindakan darurat e. Rintangan komunikasi hak pegawai untuk tahu f. Pekerjaan dengan barang yang panas g. Pengamanan pernapasan h. Pengamanan dari kejatuhan i. Isu manajemen lainnya yang berhubungan dengan fasilitas 2. Melatih pegawai pada waktu awal dipekerjakan tentang program keamanan, dugaan keamanan dan bagaimana pegawai akan diminta pertanggungjawabannya untuk implementasi program keamanan pabrik. 3. Semua personil sebaiknya mempunyai pemahaman bahan berbahaya yang ada di pabrik. Ini termasuk pelatihan mereka pada bagaimana bekerja dengan bahan berbahaya tersebut dengan aman dan kegunaan perlengkapan keselamatan personil yang tepat. 4. Semua personil pabrik harus tahu di mana bisa mendapatkan MSDS Material Safety Data Sheet 5. Mengadakan pertemuan keamanan secara teratur 6. Melakukan sesi pelatihan pada penggunaan perlengkapan keselamatan personil secara tepat. 7. Melakukan pelatihan darurat untuk evakuasi, penyelamatan dan pemulihan. 8. Mengundang departemen pemadam kebakaran dan kepolisian lokal ke pabrik untuk tur spesial. 9. Menyediakan MSDS ke departemen pemadam kebakaran, bersama dengan peta pabrik yang menunjukkan semua cairan yang mudah terbakar dan bahan berbahaya sebagai bagian dari Rencana Tindakan Darurat anda. 27 10. Mendorong pemadam kebakaran untuk melakukan latihan aktif di pabrik sebagai bagian pelatihan kebakaran mereka. 11. Mensyaratkan semua vendor dan kontraktor luar untuk mengikuti peraturan keamanan fasilitas anda. Hal lain yang harus diperhatikan adalah efek kesehatan yang terjadi jika terjadi kecelakaan kerja. Terutama efek kesehatan yang timbul jika terjadi kontak antara komponen bietanol dengan konsentrasi tinggi dengan organ tubuh pekerja. Efek-efek tersebut dijelaskan pada Tabel 2. CHS Inc Material Safety Data Sheet 2003, juga menjelaskan bahwa untuk menghindari ketidaksesuaian, ada kondisi dan material yang harus dihindarkan selama proses produksi. Kondisi yang harus dihindari adalah suhu tinggi, percikan api, nyala api, penambahan tenaga pada listrik statis, dan sumber nyala api lainnya. Material atau bahan yang harus dihindari adalah zat pengoksidasi, halogen, asam kuat, dan alkali. Keselamatan dan kesehatan kerja juga dapat dilihat dari sudut pandang ergonomika. Menurut Farizi 2006, faktor-faktor utama yang harus diperhatikan di dalam ergonomika adalah kebisingan, suhu, cahaya, sirkulasi udara, kelembaban, bau-bauan dan ruang dan posisi kerja. Kondisi lingkungan yang sesuai dalam bekerja adalah yang bersuhu baik. Suhu optimal lingkungan untuk manusia dalam bekerja adalah 24 - 27°C. proses produksi bioetanol banyak melibatkan panas saat proses cooking, distilasi, dan dehidrasi. Suhu di sekitar alat dapat mencapai 31 – 33°C, sedangkan di sekitar boiler adalah 40°C. Proses fermentasi pada proses produksi bioetanol juga harus diperhatikan. Bakteri Saccharomyces cerevisae yang berperan dalam proses fermentasi, menurut Winkler dan Parke 1992 di dalam tubuh manusia bakteri ini tidak akan berkembang biak seperti halnya Bacillus subtilis dan bakteri saprofit lain yang tidak berbahaya. Fermentasi berperan sangat penting di dalam pembuatan bioetanol dan termasuk ke dalam proses bioteknologi. Muijs 1992 menjelaskan bahwa pada proses bioteknologi, mikroorganisme yang berperan tidak boleh tercemar di luar tempat proses terjadi, terutama bila menggunakan organisme dengan resiko tinggi. Teknik dan monitoring di dalam proses-proses bioteknologi sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya pencemaran mikroorganisme. Jenis 28 teknik yang tepat pada proses fermentasi adalah GILSP Good Industrial Large- Scale Practices dimana bakteri yang digunakan tidak berbahaya dan tidak memerlukan wadah khusus. Monitoring pada proses ini adalah control terhadap udara yang masuk dan kebocoran pada wadah. Tabel 2. Efek kontak antara komponen bioetanol dan organ tubuh Organ Efek pada kesehatan Kulit Memerah Gatal-gatal Radang Kontak pada kulit dapat menyebabkan efek bahaya pada bagian tubuh lain. Mata Rasa sakit Memerah Radang pada konjungtiva Efek bisa semakin parah jika terjadi berulang kali atau dalam waktu yang lama. Pernapasan Menghirup komponen bioetanol dalam konsentrasi tinggi bisa berbahaya Terjadi penurunan pada sistem saraf pusat. Gejala-gejala yang terjadi adalah, sakit kepala, perasaan terlalu senang, pusing, bingung, mengantuk, pandangan buram, kelelahan, kejang, hilang kesadaran, koma, susah bernafas dan meninggal. Gejala tersebut dapat terjadi tergantung tinggi atau rendahnya konsentrasi dan durasi penghirupan. Pencernaan Iritasi pada mulut, tenggorokan dan lambung Gejala yang muncul adalah rasa sakit, mual, muntah dan diare Penyerapan ke dalam paru-paru dapat mengakibatkan radang dan kerusakan paru-paru Sumber : Flint Hills Recources Material Safety Data Sheet. Mei 2007 : 3 Bahaya lain yang harus diperhatikan pada industri bioetanol adalah kebisingan. Istilah kebisingan digunakan untuk mendefinisikan suara yang tidak dikehendaki dan membebani telinga, termasuk suara yang tidak beraturan, suara hasil dari suatu aktivitas baik itu berasal dari transportasi maupun suatu industri. Intensitas kebisingan yang diizinkan dalam suatu industri antara 85 dB – 90 dB. Kontrol pada kebisingan dapat dilakukan dengan cara mereduksi sumber suara, pengaturan transmisi suara, dan perlindungan terhadap penerima Wilson, 1989. Menurut Farizi 2006, kebisingan dalam tingkat rendah dalam proses produksi bioetanol dapat ditemukan pada saat kompresor dan crusher beroperasi, pemasakan dalam cooking tank, distilasi produk dan pipa pembuangan steam. 29 Penglihatan yang kurang dan cahaya yang tidak memadai adalah salah satu penyebab kecelakaan dalam pekerjaan yang cukup banyak terjadi. Pekerjaan yang memerlukan persepsi secara visual, seperti membaca ukuran pada peralatan atau mesin dan inspeksi pada suatu lini produksi atau mesin, sangat penting adanya pencahayaan yang lebih dari cukup dan penglihatan dalam keadaan baik Wilson, 1989. Pencahayaan juga merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas kerja. Pencahayaan yang berlebihan ataupun kurang dapat menyebabkan kelelahan. Selain itu, bau-bauan yang bersifat polusi udara pada proses produksi bioetanol banyak ditemukan pada fermentor, terutama pada saat pengeluaran drain. Sirkulasi udara yang baik dapat mengatasi masalah polusi dan suhu yang ada pada proses produksi. Farizi, 2006 Pemeriksaan pada beberapa industri anggur atau minuman beralkohol di Australia menghasilkan ada beberapa bahaya jatuh dari ketinggian terjadi karena tidak ada alat perlindungan ataupun tangga yang sesuai. Bahaya ini terjadi pada proses pencapaian tangki seperti tangki fermentasi, pemasakan dan lain-lain, yang bisa mengakibatkan pekerja jatuh dari ketinggian antara 2-3 meter Anonim, 2008.

I. Peralatan dan Tindakan Penanggulangan Kondisi Darurat atau Bencana