Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3

16

II. TINJAUAN PUSTAKA

D. Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3

Heriyanto 2008 menjelaskan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit akibat kerja, dan lain- lain. Inti dari K3 adalah tindakan pencegahan kecelakaan atau accident prevention. Menurut King 1990, kecelakaan adalah suatu kejadian tidak direncanakan yang dapat menyebabkan seseorang terluka atau kerusakan terhadap properti. Kecelakaan dapat dicegah dengan cara menghilangkan penyebab dari kecelakaan tersebut. Penyebab kecelakaan kerja, dapat diketahui dengan cara mengidentifikasi kondisi suatu lingkungan pekerjaan melalui pemeriksaan atau kajian dan disimpulkan telah menunjukkan melampaui batas aman, atau disebut juga bahaya Heriyanto, 2008. Bahaya juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang memiliki potensi mengakibatkan terjadinya kerusakan atau cedera. Sumber bahaya hazard yang teridentifikasi, harus dikendalikan ke tingkat yang memadai agar tercipta suatu kondisi aman safe. Pengendalian tersebut dilakukan dengan cara, mengukur kemungkinan kerugian yang akan timbul jika sumber bahaya terjadi, atau disebut juga resiko Heriyanto, 2008.

E. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja SMK3

Salah satu standar Sistem Manajemen K3 yang banyak dikenal di Indonesia adalah OHSAS Occupational Health and Safety Management Systems 18001 yang diterbitkan oleh BSI British Standards Institutions dengan badan-badan sertifikasi dunia pada tahun 1999. OHSAS 18001 mudah diintegrasikan dengan ISO 14000 dan ISO 9000. Indonesia juga memiliki Sistem Manajemen K3 yang sejenis, yaitu Permenaker 05Men1996 dibawah tanggung jawab Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan sertifikasi dilakukan oleh Sucofindo. Inti dari OHSAS 18001 dan Permenaker 05Men1996 adalah manajemen resiko. Kegiatan apapun di dalam suatu industri atau organisasi memiliki potensi 17 resiko, seperti pemecatan, bangkrut dan kecelakaan. Hal terpenting yang harus dilakukan adalah mengelola potensi resiko yang timbul sehingga peluang dan akibat jika resiko tersebut terjadi tidak besar. Dengan demikian aktivitas dapat berjalan lancar dan aman, jika resiko dapat dikendalikan. Konsep ini adalah yang disebut dengan manajemen resiko. Manajemen resiko di dalam Sistem Manajemen K3, OHSAS 18001 maupun Permenaker 05Men1996, adalah berupa pengelolaan resiko. Organisasi atau industri dapat menerapkan metode pengelolaan atau pengendalian resiko apapun sejauh metode tersebut mampu mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih prioritas resiko dan mengendalikan resiko dengan melakukan pendekatan jangka pendek dan jangka panjang Suardi, 2005. Resiko dapat dijadikan acuan dalam mengendalikan keselamatan pada suatu industri yang disebut penilaian resiko. Penilaian resiko adalah evaluasi kualitatif atau kuantitatif yang menyeluruh terhadap kemungkinan dan tingkat terjadinya cedera atau kerusakan pada kesehatan dari identifikasi bahaya dengan maksud untuk menerapkan tindakan pencegahannya Ridley dan Channing, 1999. Menurut Suardi 2005, penilaian resiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Metode penilaian resiko, antara lain : Untuk setiap resiko : o Menghitung peluang insiden yang terjadi di tempat kerja o Menghitung konsekuensi insiden terjadi o Kombinasikan penghitungan peluang dan konsekuensi pada rate resiko Menggunakan rating setiap resiko, mengembangkan daftar prioritas resiko kerja. Konsep K3 harus diterapkan pada industri untuk mencapai kondisi aman. Konsep ini disebut juga Safe Project Execution. Konsep tersebut dijelaskan pada Gambar 1. 18 Gambar 1 . Konsep K3 ”Safe Project Execution” Heriyanto,2008 Suardi 2005 menyatakan bahwa identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya serta jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi. Identifikasi bahaya hazard, pengukuran dan pengendalian resiko pada suatu organisasi atau industri dapat menggunakan lima langkah sebagai mana diilustrasikan pada Gambar 2. Gambar 2. Lima langkah identifikasi bahaya, pengukuran dan pengendalian resiko Suardi, 2005 19 Secara umum, bahaya kerja dapat dibagi atas enam bagian, seperti digambarkan dalam Tabel 1. Menurut Suardi 2005, suatu organisasi atau industri sering mengalami kesulitan dalam menentukan bahaya. Hal ini disebabkan begitu banyak kegiatan-kegiatan yang harus diidentifikasi. Cara sederhana untuk memulai menentukan bahaya dapat dilakukan dengan membagi area kerja berdasarkan kelompok, seperti : 1. Kegiatan-kegiatannya seperti pekerjaan pengelasan, pengolahan data 2. Lokasi kantor, gudang, lapangan 3. Aturan-aturan pekerja kantor, atau bagian elektrik 4. Fungsi atau proses produksi administrasi, pembakaran, pembersihan, penerimaan, finishing. Aktivitas –aktivitas lainnya yang bisa digunakan dalam mengidentifikasi bahaya, antara lain : 1. Berkonsultasi dengan pekerja. Memberikan beberapa pertanyaan tentang berbagai masalah yang mereka temukan, keadaan terkena bahaya dan kecelakaan kerja yang tidak terdokumentasi. 2. Konsultasi dengan tim K3. 3. Mempertimbangkan : a. Bagaimana pekerja menggunakan peralatan dan material b. Bagaimana kesesuaian peralatan tersebut yang digunakan pada aktivitas- aktivitas dan lokasinya c. Bagaimana pekerja dapat terluka baik secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai aspek tempat kerja 4. Melakukan safety audit. 5. Pengujian, bagian dari perusahaan atau peralatan kerja dan kebisingan. 6. Evaluasi teknis dan keilmuan. 7. Menganalisis rekaman dan data, seperti insiden keluhan pekerja, dan tingkat penyakit. 8. Informasi dari desainer, konsumen, supplier, dan organisasi-organisasi seperti serikat pekerja, KADIN dan sebagainya. 9. Pemantauan lingkungan dan kesehatan. 10. Survei yang dilakukan pada pekerja. 20 Tabel 1. Tabel panduan daftar bahaya potensial Lingkungan Kerja Energi Pekerjaan Manual Akses Mengacu pada akses yang sesuai Penyegar ruangan Udara yang kotor Temperatur yang ekstrim Kontak dengan benda yang panas atau dingin Terkena lingkungan yang panas atau dingin Pencahayaan Mengacu pada pencahayaan yang sesuai Tekanan mental Gertakangangguan Kekerasan Kerja shift Electrical Tersetrum Gravitasi Jatuh Tersandung Tergelincir Tertimpa benda Energi kinetik Menabrak benda Tertabrak benda Radiasi Radiasi ultraviolet Radiasi inframerah Gelombang mikro Laser Getaran Getaran seluruh tubuh Getaran bagian tubuh Kebisingan Bising tiba-tiba Bising dalam waktu yang lama Tegangan tubuh Kejang otot ketika mengangkat, mengangkut, atau menurunkan benda Kejang otot ketika menangani benda selain mengangkat, mengangkut, atau menurunkan benda Kejang otot ketika tidak ada benda yang ditangani Pergerakan yang berulang Ergonomis Kelelahan Desain tempat kerja yang mengakibatkan stress,kesalahan Biologi Plant Zat Kimia Bakteri Jamur Virus Parasit Mekanik Kendaraan bermotor Peralatan mesin Peralatan manual Terkontak dengan zat kimia dalam waktu sebentar Terkontak zat kimia dalam waktu yang lama Tersengat hewan berbisa Kebakaran dan ledakan Debu dari kayu, asbes, silika Gas, seperti : CO, CO 2 Asap dan uap Kabut seperti asam Terserap, seperti pestisida Karatan seperti : asam, alkali Alergi Sumber : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Suardi, Agustus 2005 : 75 21

F. Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Industri Kecil dan Menengah