adanya kemungkinan berhubungan dengan dana anggaran yang masih minim, yang dalam penganggaran dana untuk AMP dapat terlihat pada dokumen penyusunan
rencana anggaran untuk tim pengkaji hanya menganggarkan 2 orang narasumber yaitu 1 orang tim pengkaji dari dokter spesialis kandungan dan 1 orang narasumber
dari dinas kesehatan kabupaten. Pada saat pelaksanaan kegiatan AMP terlihat sebahagian besar audiens sudah
aktif, tetapi dalam pelaksanaan kegiatan ini tim pengkaji menyarankan sebaiknya metoda pelaksanaan AMP lebih ditekankan pada proses tanya jawab sehingga tidak
monoton dalam mengikuti kegiatan AMP dan semua dapat berperan aktif serta pelaksanaan AMP dilaksanakan sebaiknya dilaksanakan minimal 3 bulan sekali.
5.2.3. Bimbingan Teknis dan Supervisi
Proses peneyelenggaraan AMP di kabupaten kota perlu dimonitor dan dievaluasi untuk memastikan bawa tujuan untuk pembelajaran bagi seluruh anggota
Komunitas Pelayanan dapat tercapai. Untuk dapat melakukan monitoring dan evaluasi yang efektif diperlukan adanya indikator, standar, data, pelaporan dan
kegiatan supervisi fasilitatif.
1. Indikator A.Indikator Input
a. Ketersediaan surat Penetapan dari Bupati atau Walikota tentang pembentukan
Tim AMP kabih diupatenkota. Ketersediaan formulir pengumpulan data disetiap fasilitas pelayanan kesehatan Maternal- Perinatal Neonatal.
Universitas Sumatera Utara
b. Prosentase pengkaji internal yang telah dilatih sebagai pengkaji pengkaji
yang sudah dilatih 3 orang pengkaji c.
Prosentase bidan puskesmas yanng telah dilatih AMP Jumlah bidan koordinator yang sudah dilatih dibagi dengan jumlah Puskesmas. Bidan
koordinator sebaiknya adalah bidan yang sudah mendapat pelatihan dasar dan pelatihan lanjut serta mampu memberi pelatihan.
d. Tersedianya dana tahunan kegiatan AMP di kabupaten kota
B. Indikator Proses
a. Prosentase ketetapan waktu pelaporan kematian sejak terjadinya sampai
dilaporkannya ke bidan koordinator jumlah pelaporan yang tepat waktu dibagi dengan jumlah seluruh kematian yang terjadi pada periode tertentu
b. Prosentase ketepatan waktu pengiriman berkas formulir yang sudah lengkap
ke sekretariat AMP kabupatenkota jumlah formulir yang dikirim tepat waktu dibagi total kasus yang dilaporkan
c. Prosentase kelengkapan pengisian masing- masing formulir yang
dipergunakan sebagai sumber data untuk telaah kasus jumlah yang sudah diisi lengkap dibagi dengan jumlah total formulir
d. Prosentase kasus kematian kajian kasus yang terlaksana ditiap kabupatenkota
e. Prosentase pertemuan kajian kasus yang terlaksana ditiap kabupatenkota
f. Prosentase kehadiran anggota komunitas pelayanan dalam sesi pembelajaran
kelompok terfokus. jumlah yang hadir dibagi jumlah yang diundang
Universitas Sumatera Utara
g. Prosentase kasus – kasus kematian yang terkait dengan 3 terlambat jumlah
kasus kematian yang terkait masing- masing keterlambatan dibagi total kasus kematian
C.Indikator output
a. Prosentase pembelajaran individual yang dilakukan. Denominator tergantung
pada kasus yang memerlukan pembelajaran individu baru dapat ditentukan setelah selesainya proses pengkajian.
b. Jumlah pembelajaran kelompok terfokus yang dilakukan
c. Jumlah pembelajaran massal yang dilakukan, baikdengan peserta masyarakat
maupun kalangan medis. d.
Prosentase rekomendasi yang ditindaklanjuti menjadi program KIA dilaksanakan rekomendasi yang ditindaklanjuti dibagi dengan jumlah total
rekomendasi
D.Indikator outcome
a. Prosentase peringkat pemenuhan standar pelayanan maternal
b. Prosentase peringkat pemenuhan standar pelayanan perinatal neonatal
c. Angka kematian maternal
d. Angka kematian neonatal
e. Angka kematia perinatal
f. Case Fatality rate dari tiap jenis komplikasi utama baik maternal misalnya
perdarahan maupun perinatalneonatal misalnya asfiksia Kemenkes RI,2010
Universitas Sumatera Utara
Bimbingan teknis dan suvervisi merupakan kegiatan yang dilakukan secara berjenjang baik ditingkat kabupaten maupun di tingkat puskesmas berupa pertemuan,
konsultasi rutin di kabupaten, dan kunjungan tim AMP kabupaten ke puskesmas serta pertemuan konsultasi tim AMP dengan bidan didesa.
Pada penelitian diketahui bahwa bimbingan teknis dan supervisi dilakukan oleh tim dinas kesehatan ke puskesmas 1 tahun 2 kali. Hal ini sejalan dengan
pendapat Azwar 2004 bahwa supervisi berarti melihat dari atas sehingga pelaksanaan atau yang bertanggung jawab melaksanakan supervisi adalah atasan
yakni mereka yang memiliki kelebihan dalam organisasi, terutama kelebihan dalam pengetahuan dan keterampilan. Selain itu perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan
frekuensi kegiatan bimbingan dan supervisi secara berkala, adanya format khusus mengenai bimbingan teknik dan supervisi bukan hanya terbatas pada SPT saja seperti
yang selama ini dilakukan tim AMP kabupaten Langkat ke Puskesmas. Pihak puskesmas juga menginginkan adanya suvervisi yang lebih frekuensinya dari yang
sudah dilakukan selama ini, seperti meningkatkan kunjungan kepuskesmas tidak hanya terbatas 2 kali dalam setahun. Seperti yang diungkapkan oleh Azwar 2004
bahwa supervisi harus dilakukan secara berkala, karena supervisi yang dilakukan hanya sekali bukan merupakan supervisi yang baik.
5.3 Output 5.3.1. Rekomendasi