tersebut mungkin merupakan informasi penting yang berkaitan dengan faktor yang dapat dihindarkan. Prinsip ini harus diterapkan saat proses audit
sehingga tujuan untuk memperoleh pembelajaran dan mencegah terjadinya kesalahan dimasa datang dapat tercapai.
4. No Pro Justisia Tidak untuk keperluan peradilan
Seluruh Informasi yang diperoleh dalam kegiatan AMP ini tidak dapat digunakan sebagai bahan bukti di persidangan no pro justisia. Seluruh
informasi adalah bersifat rahasia dan hanya dapat digunakan untuk keperluan memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan maternal dan perinatalneonatal.
5. Pembelajaran
Salah satu upaya AMP untuk meningkatkan pelayanan kesehatan maternal dan perinatalneonatal adalah melalui pembelajaran yang dapat bersifat:
individual, kelompok terfokus, mapun massal berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan oleh pengkaji kepada seluruh komunitas pelayanan KIA.
2.1.5. Langkah- langkah dan Kegiatan AMP
Langkah 1 Kegiatan penelusuran sebab-sebab kesakitankematian maternal dan
perinatal dengan maksud untuk mencegah terjadinya kesakitan kematian serupa di masa mendatang.
Langkah 2 Petugas kesehatan melakukan identifikasi faktor yang dapat di cegah
pada kematian kesakitan maternal dan perinatal neonatal :
Universitas Sumatera Utara
a. Masalah yang berhubungan dengan pasien seperti:situasi
pribadi,keluarga,lingkungankomunitas, termasuk masalah sosial ekonomi, dan perilaku keluarga.
b. Masalah manajemen pelayanan seperti transport, hambatan pembiayaan untuk
mendapat layanan kesehatan, kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan untuk menangani keadaan emergensi, kurangnya petugas, ketersediaan obat,alat,dan
sarana kesehatan. c.
Masalah pemberian layanan kesehatan, seperti: penegakan diagnosis, penatalaksanaan, pemantauan, rujukan, pemantauan lanjutan, serta
komunikasi antara pasien dan petugas maupun antar petugas yang memberi layanan kesehatan Diperlukan :
a. Pencatatan dan pelaporan kematian dan kesakitan maternal dan
perinatalneonatal yang menyeluruh b.
Pengisian rekam medis yang lengkap, benar dan tepat di institusi pelayanan kesehatan termasuk bidan di desa
c. Pelacakan sebab kematian oleh petugas puskesmas dengan cara otopsi verbal
d. Identifikasi faktor- faktor non medis termasuk informasi rujukan dan masalah
sosial ekonomi keluarga
2.1.6. Manajemen AMP KabupatenKota
Pelaksanaan AMP di kabupatenkota memerlukan manajemen yang dikelola secara berjenjang dalam lingkup kabupatenkota tersebut. Untuk itu diperlukan
adanya suatu tim yang bekerja secara legal dengan dibekali surat penugasan atau
Universitas Sumatera Utara
surat keputusan bupatiwalikota sebagai pelindung kegiatan AMP ini. Tim AMP kabupatenkota dibentuk melalui Surat Penetapan dari bupati walikota.Tim AMP
kabupatenkota terdiri dari dari tim manajemen, tim pengkaji, dan komunitas pelayanan. Para anggota tim manajemen dan tim pengkaji memerlukan surat
penugasansurat keputusan sebelum mulai bertugas yaitu susunannya sebagai berikut:
1. Pelindung
Pelindung kegiatan AMP adalah bupatiwalikota setempat. Tugas pelindung adalah menyediakan payung hukum dan kebijakan bagi para pihak yang terkait
dalam kegiatan AMP baik sebagai tim manajemen, tim pengkaji, maupun komunitas pelayanan.
2. Tim Manajemen AMP Tim manajemen AMP adalah para pihak yang bertugas
mengelola kegiatan AMP disuatu wilayah kabupatenkota. a.
Penanggung jawab Penanggung Jawab Tim AMP adalah Kepala Dinas Kesehatan
kabupatenkota. Tugasnya adalah memastikan terlaksananya AMP di kabupatenkota wilayahnya, memfasilitasi koordinator tim manajemen dalam
peneyelenggaraan dan pengalokasian dana pelaksanaan AMP kabupatenkota, serta mengupayakan tindak lanjut rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan.
Disamping itu Penanggung jawab Tim AMP juga menetapkan indikator dan standar outcome kegiatan AMP yang diberlakukan di wilayahnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Koordinator Tim Manajemen
Koordinator Tim manajemen adalah petugas penanggung jawab program Kesehatan Ibu dan Anak KIA atau program Pelayanan Kesehatan Yankes
yang ditunjuk Kepala Dinas Kesehatan kabupatenkota. Tugasnya adalah mempersiapkandan meneyelenggarakan pertemuan kajian kasus secara rutin
minimal 3 bulan sekali, sesuai dengan kemampuan masing- masing KabupatenKota, mengelola data hasil kajian kasus, dan mengatur
pemanfaatan hasil-hasil kajian kasus untuk keperluan pemebelajaran, pelaporan, dan perencanaan. Untuk melaksanakan tugas-tugasnya, koordinator
Tim Manajemen dibantu oleh Sekretariat AMP kabupatenkota. c.
Sekretariat Sekretariat yang berkedudukan di kabupatenkota terdiri dari beberapa orang
staf KIA dinas kesehatan kabupaten Kota yang penunjukannya diusulkan oleh Koordinator tim manajemen. Sekretariat bertugas membantu koordinator
tim manajemen dalam bidang administrasi, termasuk menjadi notulis dalam pertemuan kajian kasus maupun sesi pembelajaran dan memfasilitasi
pelaksanaan pertemuan AMP.
3. Tim Pengkaji
Tim pengkaji adalah para klinisi atau para pakar yang bidang keahliannya terkait dengan pelayanan maternal-perinatalneonatal. Dalam melakukan tugasnya, Tim
Pengkaji diharapkan dapat menerapkan azas profesionalisme professionaljudgement dan mengedepankan etika. Diharapkan organisasi profesi
Universitas Sumatera Utara
Persatuan Obstetri Gynecologi Indonesia POGI, Ikatan Dokter Anak Indonesi IDAI, Ikatan Dokter Indonesia IDI, Ikatan Bidan Indonesia IBI, Persatuan
Perawat Nasional Indonesia PPNI dapat ikut berperan serta aktif dalam proses pelaksanaan AMP untuk memperbaiki kualitas pelayanan melalui peningkatan
profesionalisme, patient safety, dan clinicalgovernance dalam bidang Kesehatan Ibu dan Bayi.
a. Pengkaji Internal
Pengkaji internal adalah para pakar di kabupaten atau kota setempat yang terkait dengan proses pemberian pelayanan ibu dan anak serta aspek- aspek
yang terkait dengan morbiditas dan mortalitasnya: seperti dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis anak, bidan senior, dan pengelola program KIA.
Apabila diperlukan, dapat melibatkan dokter spesialis lain seperti anastesi, penyakit dalam, dan lain-lain. Pengkaji internal bertugas melakukan
pengkajian kasus, merumuskan rekomendasi, dan bila memungkinkan mengembangkan pedoman praktik local practice guideline bagi komunitas
pelayanan di wilayahnya. b.
Pengkaji Eksternal Pengkaji eksternal adalah dokter spesialis obstetri dan ginekologi dan
spesialis anak atau para pakar yang berasal dari luakota yang biasanya berasal dari pusat – pusat pendidikan kedokteran atau dari kabupatenkota tetangga
yang mempunyai kemampuan untuk menjadi pengkaji. Tugas utama pengkaji internal tentang suatu kasus yang dikaji, dan menyediakan informasi tentang
Universitas Sumatera Utara
bukti- bukti ilmiah evidence-based practice. Bukti- bukti ilmiah yang diajukan oleh Pengkaji Eksternal dapat dipakai oleh pengkaji internal dalam
merumuskan rekomendasi dan mengembangkan pedoman praktik lokal. Keberadaan pengkaji eksternal tidak menjadi syarat utama dilakukannya
AMP, pelibatan pengkaji eksternal menjadi keputusan koordinator AMP dengan melihatberbagai pertimbangan terhadap kasus kematian yang terjadi,
misalnya pada situasi dimana disuatu kabupaten tidak didapatkan pengkaji internal, kasus rumit yang jarang terjadi di kabupaten tersebutatau kasus yang
dikaji adalah kasus yang dikelola oleh pengkaji internal. Apabila di suatu kabupatenkota belum ada pengkaji iternalnya.
4. Komunitas Pelayanan
Komunitas pelayanan adalah para pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam pemberian pelayanan maternal perinatalneonatal. Dalam
konteks AMP, komunitas pelayanan adalah pihak yang berugas memberikan input kepada tim manajemen dan tim pengkaji, serta berhak menerima umpan balik bagi
keperluan pemebelajaran, pelaporan, dan perencanaan. Ada empat kelompok yang membentuk komunitas pelayanan maternal perinatalneonatal dikabupatenkota yaitu
kelompok: kelompok masyarakat, kelompok petugas kesehatan, kelompok pimpinan fasilitas pelayanan, dan kelompok pembuat kebijakan.
a. Kelompok Masyarakat
Termasuk dalam kelompok ini adalah para pasien dan keluarganya serta kelompok atau organisasi kemasyarakatan. Sebagai kelompok atau organisasi
Universitas Sumatera Utara
kemasyrakatan.Sebagai pihak yang mengalami pelayanan dalam bidang maternal- perinatalneonatal, kelompok masyarakat perlu diberdayakan melalui pemberian
informasi dan pelatihan yang diperlukan sehingga animo dan kualitas partisipasinya semakin meningkat.
b. Kelompok Petugas Kesehatan
Kelompok petugas kesehatan adalah pihak yang secara langsung memberikan pelayanan maternal perinatalneonatal. Kelompok petugas kesehatan terdiri dari
para petugas misalnya para bidan, perawat dan dokter. Kelompok petugas kesehatan dapat membrikan input berupa informasi atas kematian yang ditelusuri
dari masyarakat atau diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan puskesmas, rumah sakit, dan sebagainya.
c. Kelompok Pimpinan Fasilitas Pelayanan
Kelompok pimpinan fasilitas pelayanan terdiri dari para kepala puskesmas, direktur rumah sakit, dan para pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Tugas Kelompok ini adalah memfasilitasi kegiatan pengumpulan dan pelaporan data pelaporan data kematian, serta memfasilitasi implementasi rekomendasi-
rekomendasi yang terkait dengan fasilitas yang dipimpinnya. d.
Kelompok Pembuat Kebijakan Kelompok Pembuat kebijakan adalah pihak yang berwenang dalam
pembuatan dan penetapan kebijakan- kebijakan terkait pelayanan maternal- perinatalaneonatal di KabupatenKota. Pimpinan Dinas Kesehatan, pihak
pengelola asuransi kesehatan, adalah beberapa contoh komponen kelompok ini.
Universitas Sumatera Utara
Tugas kelompok pembuat kebijakan bertugas memfasilitasi penyelenggaraan AMP dan mengimplementasikan rekomendasi- rekomendasi pada tingkat
kebijakan
2.1.7 Pencatatan dan Pelaporan
Kasus kematian dapat terjadi di masyarakat atau di sarana kesehatan puskesmas, rumah bersalin, bidan di desa, rumah sakit. Oleh karena itu sumber
informasinya dapat berasal dari laporan masyarakat termasuk dukun, laporan puskesmas dan rumah sakit. Kematian di rumah sakit baik pemerintah maupun swasta
dilaporkan ke Dinas kesehatan Kabupaten Kota. Seluruh kematian tersebut akan dilaporkan dengan menggunakan formulir pemberitahuan kematian maternal dan
perinatal neonatal. Formulir selambat-lambatnya harus dikirimkan oleh bidan desa rumah
bersalin puskesmas atau fasilitas kesehatan lain 3 hari setelah terjadinya kematian untuk daerah sulit diperlukan mekanisme sendiri, mungkin dapat dilakukan melalui
telepon, SMS, ataupun internet. Begitu laporan kematian diterima puskesmas kecamatan, bidan yang ditunjuk dapat segera melakukan pengumpulan data
menggunakan formulir OVMOVP serta melaporkan hal tersebut ke dinas kesehatan kabupatenkota. Bila kematian terjadi di fasilitas kesehatan kecuali rumah sakit,
Bidan koordinator juga dapat langsung mengumpulkan data dengan menggunakan formulir Rekam Medik Maternal RMM Rekam medik Perinatal RMP serta
langsung melaporkannya.
Universitas Sumatera Utara
Terdapat dua sumber formulir daftar kematian, yaitu : 1.
Formulir daftar kematian maternal dan perinatal dari puskesmas kecamatan 2.
Formulir daftar kematian maternal dan perinatal dari rumah sakit Formulir-formulir tersebut dikirim ke dinas kesehatan kabupaten kota setiap awal
bulan sebagai rekapitulasi kematian maternal dan perinatal yang terjadi pada bulan sebelumnya. Inforrmasi dari formulir-formulir tersebut diatas akan
direkapitulasi menggunakan formulir daftar kematian maternalperinatal di tingkat kabupatenkota.
Formulir OVM dan OVP yang telah diisi untuk semua kematian akan dikirim ke Sekretariat AMP di dinas kesehatan kabupatenkota. Formulir RMMRMP yang
telah diisi untuk semua kematian akan dikirimkan ke sekretatiat AMP di dinas kesehatan kesehatan kabupatenkota begitu juga formulir RMMPRMPP formulir
Rekam Medik Kematian Maternal Perantara Rekam medik Kematian Perinatal yaitu formulir ini diisi untuk mendapatkan informasi layanan kesehatan pada kasus
kematian yang pernah mendapat perawatan di fasilitas kesehatan lain sebelum dirawat di fasilitas kesehatan tempat ibu meninggal.
Secara berkala, berkas RMM dan RMP, RMMP dan RMPP dan OVM dan OVP yang telah lengkap, telah dianonimkan dan dipilih untuk dikaji akan dikirim
kan ke tim pengkaji untuk dilakukan telaah pada pertemuan yang telah dijadwalkan sebelumnya oleh Sekretariat AMP kabupatenkota. Jumlah kasus dan periode
pertemuan telaah kasus dilakukan sesuai dengan kesepakatan masing-masing kabupaten tergantung dari jumlah kematian serta banyaknya dan ketersediaan dari
Universitas Sumatera Utara
tenaga pengkaji . Bila pengkajian seluruh kasus kematian tidak memungkinkan misalnya karena masalah keterbatasan dan dan tenaga maka dapat dilakukan
sampling yang represenatif terhadap kematian di daerah tersebut. Hasil telaah yang tertuang dalam formulir pengkaji dan formulir ringkasan
pengkaji akan diserahkan ke koordinator dan penanggung jawab AMP kabupaten kota sebagai dasar dirumuskannya mekanisme umpan balik termasuk pembelajaran
dan pembinaan untuk upaya perbaikan kualitas pelayan kesehatan maternal dan perinatal.
Berikut bagan kegiatan AMP terkait pencatatan dan pelaporan dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Flow Alur Formulir dan Data 2.1.8. Persiapan dan Pelaksanaan AMP KabupatenKota
Pelaksanaan AMP kabupatenkota dimulai bila teridentifikasi adanya kematian ibu atau perinatalneonatal dalam suatu wilayah kabupatenkota. Berikut
adalah langkah langkah persiapan dan pelaksanaan kegiatan AMP. Kematian di
Rumah Sakit Kematian di
Fasilitas Kesehatan Kematian di
masyarakat Pemberitahuan
kematian Pemberitahuan
kematian Pemberitahuan
kematian
RMM RMPRMMP
RMM RMP RMMP
Puskesm as
Pertemuan Tim Pengkaji AMP
Daftar kematian
RMM RMPRMMP
Anonim dan Kode Unik
Dinas Kesehatan
Kabupaten Kota
OVM dan OVP seluruh
Daftar kematian
Universitas Sumatera Utara
1. Persiapan
a. Pembentukan Tim AMP KabupatenKota
Pembentukan tim AMP kabupatenkota yang terdiri dari : tim manajemen, tim pengkaji dan komunitas pelayanan dilakukan terlebih dahulu dan ditetapkan
dengan surat keputusan dari bupatiwalikota. b.
Orientasi Tim AMP kabupatenKota Sebelum dilaksanakan kegiatan AMP kabupaten, perlu dilakukan orientasi
terlebih dahulu untuk seluruh pelaksana kegiatan AMP ini baik tim manajemen maupun tim pengkaji mengenai filosofi, dan pengertian AMP,
mekanisme kerja, metodologi serta tugas-tugas pelaksana. c.
Pelatihan pengumpulan dan pelaporan data Pelatihan untuk pengisian formulir yang diperlukan untuk mengumpulkan
data dalam kegiatan AMP. Pelatihan ini ditujukan kepada para bidan koordinatorbidan puskesmasbidan rumah sakit dan dokter penanggung
jawab pelayanan di RS dalam mengisi formulir. d.
Pelatihan tim pengkaji Tim pengkaji akan mendapat pelatihan untuk menganalisa kasus kematian.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan AMP terdiri dari tujuh langkah berurutan yang melibatkan seluruh komponen tim AMP: Tim Manajemen, Tim Pengkaji, dan komunitas Pelayanan.
a. Langkah 1. Identifikasi kasus kematian dan pelaporan data kematian
Universitas Sumatera Utara
Informasi tentang kejadian kematian dapat diperoleh secara formal maupun informal. Seluruh kematian maternal, perinatalneonatal harus dilaporkan
kepada tim manajemen AMP. b.
Langkah 2. Registrasi dan Anonimasi Sekretariat AMP KabupatenKota pada waktu menerima berkas yang
dikirimkan membuat bukti penerima berkas. Bukti penerimaan berkas itu juga berisi pernyataan komitmen dari tim manajemen AMP untuk menjaga
kerahasiaannya. Registrasi dikuti kegiatan anonimasi, yaitu proses memberikan nomor kode kasus dan menghilangkan seluruh identitas pasien.
c. Langkah 3. Pemlihan kasus dan pengkajinya, serta penjadwalan pengkajian.
Setelah kasus- kasus kematian yang akan dikaji ditetapkan, langkah selanjutnya adalah memilih pengkaji internal dan eksternal. Sekretariat AMP
Kabupaten Kota selanjutnya menyusun jadwal pelaksanaan pertemuan pengkaji.
d. Langkah 4. Penggandaan dan pengiriman bahan kajian
Bahan kajian yang telah dinyatakan lengkap, kemudian digandakan untuk arsip dan dikirim kepada pengkaji internal dan eksternal sehingga dapat
diterima beberapa hari sebelum pelaksanaan kajian. e.
Langkah 5 Pertemuan pengkajian kasus Presentasi kasus oleh para petugas yang terlibat tidak diperkenankan lagi
dilakukan. Sebagai gantinya, data mengenai kasus meninggal diwakili oleh formulir yang telah diisi selengkap mungkin. Ada tiga hal yang harus
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh tim pengkaji ketika melakukan pertemuan pengkajian kasus: analisis kematian, klasifikasi penyebab kematian, penyusunan rekomendasi.
f. Langkah 6: Pendataan dan pengolahan hasil kajian
Pertemuan pengkajian kasus diakhiri dengan pendataan hasil kajian, agar dapat diolahditabulasi, dihitung, dan dibandingkan,maka harus ada
kesepakatan tentang data apa saja yang dihasilkan dan dicatat dari pertemuan AMP.
g. Langkah 7: Pemanfaatan Hasil Kajian
Hasil kajian dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaranpembinaan ditujukan kepada seluruh komponen komunitas pelayanan. Untuk keperluan
perencanaan, hasil kajian dan rekomendasi akan didistribusikan oleh sekretariat AMP kepada seluruh komponen komunitas pelayanan sesuai
kebutuhannya. Waktu pengiriman disesuaikan dengan waktu dilakukannya penyusunan rencana kerja tahunan pihak – pihak bersangkutan kemenkes,
2010
2.2Evaluasi
Menurut Azwar 1996 Evaluasi Penilaian adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau tingkat keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan atau suatu proses yang teratur dan sistimatis yang dapat membandingkan hasil yang dicapai dengan tolok ukur atau
kriteria yang telah ditetapkan , dilanjukan dengan pengambilan kesimpulan serta
Universitas Sumatera Utara
memberikan saran- saran yang dapat dilakukan pada setiap tahap pelaksanaan program. Penilaian dibedakan atas tiga macam :
1. Penilaian pada tahap awal program formative evaluation untuk menyakinkan
bahwa rencana yang disusun benar – benar telah sesuai dengan masalah yang ditentukan
2. Penilaian pada saat pelaksanaan program formative evaluation untuk mengukur
apakah program yang sedang dilaksanakan tersebut telah sesuai dengan rencana atau tdak dan apakah terjadi penyimpangan yang dapat merugikan pencapaian
tujuan dari program tersebut . 3.
Penilaian pada tahap akhir program sumative evaluation untuk mengukur keluaran out put serta mengukur dampak impact yang dihasilkan .
Evaluasi bertujuan memperbaiki efisiensi dan efektifitas pelaksanaan program untuk memperbaiki fungsi manajemen dan berorientasi ke depan.
Terdapat bebrapa tahap evaluasi yakni :1 Evaluasi terhadap input, dilaksanakan sebelum program dijalankan dengan tujuan bahwa pemanfaatan sumber
daya sudah sesuai dengan standar dengan kebutuhan atau tidak ; 2 Evaluasi terhadap proses, dilaksanakan pada saat kegiatan berlangsung untuk mengetahui
efektivitas , metode, motivasi dan komunikasi antara staf dan sebagainya; dan 3 Evaluasi terhadap out put summative evaluation, impact evaluation dilaksanakan
setelah kegiatan selesai , untuk mengetahui kesesuaian out put, effect atau outcome program dengan target yang ditetapkan sebelumnya Muninjaya , 2004. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
Rienke 1994 mengatakan evaluasi harus dipandang sebagai suatu cara perbaikan pembuatan keputusan guna tindakan – tindakan dimasa yang akan datang .
Menurut Dunn 2003 mengatakan bahwa evaluasi kebijakan merupakan hal yang bekenaan dengan informasi mengenai nilai atau manfaat dari hasil mengenai
nilai atau manfaat dari hasil kebijakan yang mana jika mempunyai nilai akan memberikan sumbangan pada tujuan atau sasaran. Ada tiga pendekatan dalam
evaluasi implementasi kebijakan yaitu evaluasi semu, evaluasi formal dan evaluasi keputusan teoritis.
Menurut Cole dan Parston 2006 untuk menilai kinerja program pelayanan publik melalui tahapan- tahapan yang cukup panjang dimulai dari input sampai
outcome sebagai berikut : 1
Input yaitu sumber daya berupa keuangan , tenaga yang dipergunakan , untuk menghasilkan produk atau layanan suatu program atau organisasi.
2 Proses yaitu serangkaian kegiatan yang dilaksanakan program atau organisasi
untuk mencapai tujuan. 3
Output yaitu keluaran berupa produk atu layanan yang dihasilkan suatu program atau organisasi
4 Outcome yaitu dampak , manfaat atau konsekuensi yang dihasilkan dari output
suatu program atau organisasi terdiri dari hasil awal , hasil jangka menengah maupun hasil jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
Menurut WHO,1990 Zubaidah, 2006 Evaluasi adalah suatu cara yang sistematis untuk memperbaiki kegiatan- kegiatan yang sedang berjalan serta untuk
meningkatkan perencanaan yang lebih baik dengan menyeleksi secara seksama alternatif - alternatif tindakan yang akan datang.
Evaluasi dapat dibedakan menjadi empat kelompok yaitu : 1 Evaluasi terhadap masukan input meliputi pemanfaatan berbagai sumber daya , baik sumber
dana , tenaga dan sumber sarana ; 2 evaluasi terhadap proses process lebih dititik beratkan pada pelaksanaan program , apakah sesuai rencana , mulai dari perencanaan
pengorganisasian dan pelaksanaan 3 Evaluasi terhadap keluaran output evaluasi terhadap dampak outcame Azwar 2004.
Evaluasi secara umum dapat dibagi atas tiga jenis yakni : pertama adalah evaluasi pada tahap awal formative evaluation. Tujuan utamanya ialah untuk
menyakinkan bahwa rencana yang akan disusun benar- benar telah sesuai dengan maslah yang ditemukan, dalam arti dapat menyelesaikan masalah. Evaluasi dimaksud
mengukur kesesuaian program dengan masalah yang ditemukan dan atau kebutuhan masyarakat, dalam arti dapat menyelesaikan masalah disebut pula dengan study
penjajakan kebutuahan need assesment study. Kedua adalah evaluasi tahap pelaksanaan promotive evaluation tujuan utama ialah untuk mengukur apakah
program yang sedang dilaksanakan tersebut telah sesuai dengan rencana atau tidak , atau apakah terjadi penyimpangan- penyimpangan yang dapat merugikan pencapaian
tujuan dari program tersebut. Ketiga adalah evaluasi tahap akhir sumative evaluation ialah saat program telah selesai dilaksanakan. Tujuan utama secara
Universitas Sumatera Utara
umum dapat dibedakan atas dua macam yakni untuk mengukur keluaran out put serta mengukur terhadap dampak out come yang dihasilkan Azwar 1996
2.2.1 Tujuan Evaluasi
Menurut Subarsono 2005, evaluasi memiliki beberapa tujuan yang dapat dirinci sebagai berikut:
1 Menentukan tingkat kinerja efektifitas suatu kebijakan . Melalui evaluasi dapat
diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan 2
Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Melalui evaluasi dapat diketahui beberapa biaya dan manfaat dari sutu kebijakan
3 Mengukur tingkat keluaran outcme suatu kebijakan
4 Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih lanjut, evaluasi ditujukan
untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif maupun negatif. 5
Untuk mengetahui adanya penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara
membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target 6
Sebagai bahan masukan input untuk kebijakan yang akan datang. Tujuan akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan masukan bagi proses kebijakan ke depan
agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik. 7
Untuk mengetahui adanya penyimpangan . Evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara
membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan pencapaian target.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Indikator Evaluasi
Untuk menilai keberhasilan suatu kebijakan perlu dikembangkan beberapa indikator atau kriteria evaluasi yang dikembangkan oleh Dunn 2003 yaitu: 1
efektifitas , apakah hasil yang diinginkan telah tercapai; 2 kecukupan, seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan masalah; 3 pemerataan, apakah biaya
dan manfaat didistribusikan merata kepada kelompok masyarakat yang berbeda; 4 responsivitas, apakah hasil kebijakan memuat nilai kelompok dan dapat memuaskan;
5 apakah hasil yang dicapai bermanfaat.
2.3 Pendekatan Sistem dalam Evaluasi Kegiatan