Latar Belakang dr. Fauzi, S.K.M 3. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sehat sebagai salah satu hak dasar manusia, merupakan salah satu faktor yang sangat menetukan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia SDM, yang bersama faktor pendidikan dan ekonomi menjadi ukuran untuk menentukan Indeks Pembangunan ManusiaIPM. Pada dasarnya pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan, pemerintah berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Dinkes Sumut, 2008 Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk sekaligus indikator keberhasilan program pembangunan. Program pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling rentan kesehatan yaitu ibu hamil, bersalin dan bayi pada masa perinatal.Hal ini diakibatkan masih tingginya Angka Kematian Ibu AKI dan Angka kematian Bayi AKB Kemenkes RI, 2012. Saat ini status kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih jauh dari harapan, ditandai dengan masih tingginya AKI yaitu 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup .Angka ini merupakan angka tertinggi jika dibandingkan dengan negara tetagga, seperti Malaysia 62, Srilangka 58 dan Philipina 230 SDKI,2012 . Kondisi AKB tidak jauh berbeda, saat ini kematian bayi sebesar 32 kematian per 1000 kelahiran hidup, angka tersebut 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan Malaysia, 1,2 Universitas Sumatera Utara kali lebih tinggi dibandingkan Filipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan Thailand SDKI,2012 . Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa penurunan AKIdan AKB di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan untuk dapat mencapai target Millenium Development Goals MDGs, yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup AKI dan 23 per 1000 kelahiran hidup ditahun 2015. Jika tidak dilakukan intervensi yang signifikan dan efektif, maka target tersebut sulit untuk dicapai karena proyeksi SDKI 2012 berdasarkan kecenderungan penurunan, angka kematian ibu di Indonesia hanya akan turun sampai 161 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 Kemenkes RI, 2012 AKI di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 mencapai 231 per100.000 kelahiran hidup dan terus meningkat menjadi 249 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2010.Tingkat kematian bayi juga tidak mengalami penurunan yakni 14 per seribu kelahiran hidup pada tahun 2007 dan 22 per 1000 pada tahun 2010 . Semaentara itu di Kabupaten Langkat jumlah kematian ibu pada tahun 2010 yakni 83,02per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2011 meningkat 112,49 per 100.000 kelahiran hidup . Pada tahun 2012 ada 76,95 per 100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2013 ada 41,03 per 100.000 kelahiran hidup . Sementara itu angka kematian neonatalbayi berfluktuasi pada tahun 2010 ada 6,20 per 1000 kelahiran hidup, meningkat menjadi 6,02 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2011 dan menurun menjadi 3,17 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012 dan ada 2,46 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2013Dinkes Langkat, 2013. Universitas Sumatera Utara Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun bayi adalah kemampuan dan keterampilan penolong persalinan. Sesuai dengan pesan pertama kunci Making Pregnancy Safer MPS yaitu setiap persalinan hendaknya ditolong oleh tenaga kesehatan . Tenaga kesehatan yang dimaksud adalah dokter dan bidan yang telah mempunyai keterampilan dan kompetensi, karena bila tidak ditangani oleh tenaga yang berkompetensi dikhawatirkan akan timbul masalah baru yang yang bisa berbahaya atau berisiko hilangnya nyawa ibu . Pada tahun 2010 pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 82,2. MDGs menargetkan pada tahun 2015 pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mencapai 90. Sementara dukun terlatih dapat dijadikan relasi bidan dalam menolong persalinan atau sebagai pendamping bidan saja Kemenkes RI, 2012 Menurut Survei Demografi Kesehatan IndonesiaSDKI tahun 2007, penyebab kematian ibu hampir 90 terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan. Lima puluh persen kematian ibu disebabkan oleh perdarahan dan eklamsi 23, sedangkan yang lain disebabkan oleh infeksi, abortus dan komplikasi persalinan lainnya. Risiko tinggi kematian ibu juga akibat adanya faktor keterlambatan yang menjadi penyebab tidak langsung kematian. Ada 3 risiko keterlambatan yaitu terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk, terlambat sampai ke fasilitas kesehatan dan terlambat memperoleh pelayanan memadai oleh tenaga kesehatan. Selain itu rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil, pemberdayaan perempuan yang kurang baik gender dan latar Universitas Sumatera Utara belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik serta kebijakan juga merupakan faktor penentu angka kematian . Untuk menurunkan AKI, salah satu faktor utama adalah mengatasi komplikasi persalinan.SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa sekitar 37 ibu mengalami persalinan tak maju ketika proses persalinan, 17 mengalami ketuban pecah dini KPD 6 jam sebelum melahirkan, dan 9 mengalami perdarahan hebat. Komplikasi lain yang tercatat adalah demam dan cairan vagina berbau7 dan kejang 2. Sementara itu komplikasi yang tercatat dalam kehamilan, sekitar13 ibu didiagnosa memiliki komplikasi. Diantara mereka 4 mengalami perdarahan hebat dan 2 ibu mengalami mulas sebelum 9 bulan dan masing- masing kurang dari satu persen mengalami demam dan kejang, komplikasi lain yang dilaporkan dalam laporan SDKI 8 adalah ,posisi janin sunsang, bengkak,hipertensi dan kepala pusing. Angka Kematian Neonata AKN l di Indonesia menunjukkan kecenderungan penurunan yang sangat lambat dalam kurun waktu 10 tahun bila dibandingkan dengan angka kematian bayi dan balita. AKN pada tahun 1997 sebesar 26 per 1000 kelahiran hidup menurun menjadi 20 per 1000 kelahiran hidup SDKI 2002-2003 dan 32 per 1000 kelahiran hidup sesuai hasil SDKI 2012. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal menjadi penting karena kematian neonatal memberikan kontribusi terhadap 56 kematian bayi SDKI,2012. Untuk mencapai target penurunan AKB pada MDGs 2015 yaitu sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bayi baru lahir neonatal menjadi Universitas Sumatera Utara prioritas utama.Dari data tersebut juga terlihat kesenjangan yang cukup besar antar provinsi. AKB tertinggi di Provinsi Sulawesi Barat 74 dan 461.000 dan NTB 72 dan 341.000 yang mencapai 2 – 3 kali lipat dari AKB di Provinsi Yogyakarta 19 dan 151.000 SDKI, 2012. Terdapat tiga jenis area intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui : 1 peningkatan pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai, 2 pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran, serta 3 pelayanan emergensi kebidanan dan neonatal dasar PONED dan komprehensif PONEK yang dapat dijangkau. Salah satu upaya percepatan penurunan AKI dan AKB adalah melalui peningkatan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas dan penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal sesuai standar dan tepat waktu yang dapat dikaji melalui Audit Maternal dan PerinatalAMP .Terlambat dirujuk dan terlambat memperoleh penanganan di fasilitas kesehatan merupakan faktor – faktor yang mempengaruhi tingginya kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan konsep AMP tingkat kabupatenkota.Ruang lingkup AMP yang dikembangkan dalam pedoman ini mencakup audit untuk ibu, bayi pada masa perinatal, hingga neonatal.AMP dapat dimanfaatkan untuk mengali permasalahan yang berperan atas kejadian morbiditas maupun mortalitas yang berakar pada pasien keluarga, petugas kesehatan,manajemen Universitas Sumatera Utara pelayanan,serta kebijakan pelayanan.Melaui kegiatan ini diharapkan para pengelola program KIA di kabupatenkota dan para pemberi pelayanan di tingkat pelayanan dasar puskesmas dan jajarannya dan tingkat pelayanan rujukan RS kabupatenkota AMP merupakan kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan melalui kegiatan pembahasan kasus kesakitan, kematian ibu dan perinatal yang bertujuan sebagai pembelajaran sehingga tidak terjadi lagi kasus yang sama di masa yang akan datang. Pembahasan ini dilakukan oleh tim AMP Kabupaten Kota yang sudah terbentuk dengan berazaskan no Name, no Shame, no Blame dan no Pro Justicia Kemenkes,2010 . Data dari AMP di tingkat kabupaten kota diharapkan akan dapat digunakan untuk proses audit di tingkat provinsi untuk menghasilkan kebijakan tingkat tinggi melalui mekanisme Confidential Enquiries into Maternal Neonatal DeathsCEMD. Pada tingkat ini, dapat dilibatkan pakar dari berbagai macam bidang misalnya terkait transportasi, hambatan pembiayaan dan lain-lain untuk menghasilkan intervensi yang berbasis bukti dan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan maternal dan perinatalneonatal. Dalam kaitannya dengan kegiatan CEMD di tingkat provinsi, dinas kesehatan provinsi berkepentingan untuk mengumpulkan data AMP dari seluruh kabupatenkota di wilayahnya. Selain itu, dinas kesehatan provinsi diharapkan dapat menfasilitasi kegiatan AMP di kabupatenkota dalam hal bila terjadi kematian lintas batas dan menyediakan pengkaji eksternal bagi kabupatenkota yang memerlukannya. Universitas Sumatera Utara Kegiatan pelaksanaan AMP yang dilakukan di Kabupaten Langkat setiap enam bulan sekali, 30 puskesmas yang ada di Kabupaten Langkat secara keseluruhan telah diadakan pelaksanaan AMP dan ini sudah berlangsung sejak tahun 2008.Pelaksanaan AMP dilaksanakan dimulai dengan adanya kasus kematian ibu dan bayi, setiap kasus yang dibahas ditentukan berdasarkan prioritas masalah. Pelaksanaan kegiatan melibatkan Kepala Dinas Kesehatan, petugas penanggung jawab program kesehatan ibu dan anak, tim pengkaji seperti dokter spesialis kebidanan, dokter spesialis anak, bidan senior . Selain itu diundang juga kelompok petugas kesehatan yang secara langsung memberikan pelayanan maternal perinatal seperti bidan puskesmas dan bidan desa, kelompok pimpinan fasilitas pelayanan terdiri dari kepala puskesmas dan direktur rumah sakit umum Tanjung Pura. Kegiatan dalam menurunkan AKI dan AKB yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat ,diantaranya adalah pelaksanaan penempatan bidan di desa, desa siaga, Puskesmas dengan PONED, penjaringan atau deteksi dini ibu hamil dengan risiko tinggi Resti, pembentukan kelas ibu hamil dan kegiatan Audit Maternal Perinatal AMP. Pelaksanaan AMP di kabupaten kota memerlukan manajemen yang dikelola secara berjenjang dalam lingkup kabupaten kota untuk itu diperlukan adanya suatu tim yang bekerja secara legal dengan dibekali surat penugasan atau surat keputusan bupati walikota sebagai pelindung kegiatan AMP ini kemenkes, 2010 tetapi pelaksanaan AMP di Kabupaten Langkat masih belum memiliki surat keputusan bupati . Universitas Sumatera Utara Berdasarkan survei awal ketika ditanyakan kepada informan yang ada di dinas kesehatan kalau dari mulai terbentuknya tim AMP di Kabupaten Langkat masih berdasarkan surat keputusan kepala dinas kesehatan . Sekarang ini tim yang bekerja dalam AMP masih meneruskan pada SK Kepala Dinas Kabupaten Langkat meskipun anggota tim AMP sudah tidak lengkap lagi karena berbagai sebab seperti pegawai yang pensiun, meninggal ataupun pindah tugas. meskipun pelaksanaan AMP ini sudah selalu dilakukan secara kontinu tetapi AKIAKB masih saja ada dan dikategorikan masih tinggi yakni AKI 41,03 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 2,46 per 1000 kelahiran hidup. Menurut Penelitian Adiwidjaja di Serang tahun 2000 selama ini kegiatan AMP telah menghasilkan banyak rekomendasi dengan tindak lanjut namun hasilnya belum memperlihatkan daya ungkit yang berarti dalam mempercepat penurunan AKI dan AKB. Hal idan ni tampak dengan masih tingginya AKI yaitu 425 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB yaitu 86,701000 kelahiran hidup yang merupakan angka tertinggi di Jawa Barat. Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan dan jangkauan AMP perlu dibuat perencanaan AMP lebih baik lagi menyangkut pelatihan dan penyegaran petugas, pengadaan dana dan sarana. Selain itu tim AMP kabupaten perlu memikirkan agar rekomendasi dengan tindak lanjut lebih sederhana lagi sehingga dapat dilaksanakan oleh petugas. Tingginya AKI AKB yang disebabkan oleh banyak faktor sehingga menimbulkan masalah kesehatan ibu sehingga perlu menerapkan pembahasan analitik Universitas Sumatera Utara mengenai kasus kebidanan dan perinatal secara teratur dan berkesinambungan, dengan pelaksanaan AMP di Kabupaten Langkat yang selama ini terus dilaksanakan setiap tahun tetapi tetap saja terjadi kasus kasus kematian ibu dan kematian bayi relativ tinggi maka perlu dilakukan penelitian “Evaluasi KegiatanAudit MaternalNeonatal AMP dalam penurunan Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB di Kabupaten Langkat”.

1.2 Permasalahan