PENGHITUNGAN PPh TERUTANG DAN PPh YANG KURANGLEBIH BAYAR

BIJAK - Orang Pribadi Pintar Pajak 56 Penghitungan dan Pelaporan

F. PENGHITUNGAN PPh TERUTANG DAN PPh YANG KURANGLEBIH BAYAR

 Untuk menghitung jumlah PPh terutang, Wajib Pajak perlu menghitung terlebih dahulu jumlah penghasilan neto dari masing-masing jenis penghasilan sebagaimana dijelaskan dan dicontohkan di atas. Penghitungan jumlah penghasilan neto, PPh terutang, dan PPh kurang lebih bayar dilakukan dalam Formulir 1770 Induk.  Pada dasarnya tata cara penghitungan pajak terutang adalah sebagai berikut: 1. Penghasilan Neto dari: a. Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas Rp. xxx,xx b. Pekerjaan Rp. xxx,xx c. Dalam Negeri Lainnya Rp. xxx,xx d. Luar Negeri Rp. xxx,xx + Jumlah penghasilan neto Rp. xxx,xx Dikurangi: 2. Zakatsumbangan keagamaan yang wajib Rp. xxx,xx 3. Kompensasi kerugian Rp. xxx,xx 4. Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp. xxx,xx + Jumlah pengurangan Rp. xxx,xx 5. Penghasilan Kena Pajak Rp. xxx,xx 6. PPh terutang Penghasilan Kena Pajak x tarif pasal 17 Rp. xxx,xx 7. Kredit Pajak Rp. xxx,xx 8. PPh kuranglebih bayar Rp. xxx,xx  Jumlah penghasilan neto adalah jumlah seluruh penghasilan neto dari kegiatan usaha dan pekerjaan bebas, penghasilan neto dari pekerjaan, penghasilan neto dalam negeri lainnya, dan penghasilan neto dari luar negeri. Jumlah penghasilan neto tersebut diisikan dalam Formulir 1770 Induk bagian A Angka 5. BIJAK - Orang Pribadi Pintar Pajak 57 Penghitungan dan Pelaporan  Setelah didapatkan jumlah penghasilan neto, kemudian dihitung juga jumlah pengurangan-pengurangan yang diperkenankan sebagai pengurang penghasilan neto Wajib Pajak, yaitu: a. Zakatsumbangan keagamaan yang sifatnya wajib Yang diperkenankan sebagai pengurang penghasilan neto adalah pembayaran zakat melalui badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan pembayaran sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib melalui lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah. Pengurangan zakatsumbangan keagamaan yang sifatnya wajib tersebut harus dibuktikan dengan bukti setoran zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib. Daftar lembaga amil zakat atau lembaga keagamaan tersebut dapat dilihat pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 15PJ2012 tentang Perubahan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-33PJ2011 tentang BadanLembaga yang Dibentuk atau Disahkan oleh Pemerintah yang Ditetapkan Sebagai Penerima Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto. b. Kompensasi Kerugian Kompensasi kerugian hanya berlaku bagi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pembukuan tidak menggunakan norma penghitungan penghasilan neto. Apabila pada suatu tahun pajak terdapat kerugian usaha, kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 lima tahun. c. Penghasilan Tidak Kena Pajak Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP yang berlaku mulai 1 Januari 2015 adalah sebagai berikut: 1 Rp36.000.000,00 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi; 2 Rp3.000.000,00 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin; 3 Rp36.000.000,00 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami ; dan BIJAK - Orang Pribadi Pintar Pajak 58 Penghitungan dan Pelaporan 4 Rp3.000.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 tiga orang untuk setiap keluarga. Yang termasuk anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus antara lain orang tua, mertua, anak kandung, atau anak angkat. Yang dimaksud dengan “anggota keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya” adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak.  Jumlah Penghasilan Kena Pajak PKP adalah jumlah penghasilan neto dikurangi pengurangan-pengurangan yang diperkenankan sebagaimana telah dijelaskan di atas.  Besarnya PPh yang terutang pada akhir tahun pajak dihitung dengan mengalikan tarif PPh dengan Penghasilan Kena Pajak. Adapun tarif Pajak Penghasilan yang diterapkan atas penghasilan kena pajak adalah sebagai berikut: Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif sampai dengan Rp50.000.000,00 5 di atas Rp50.000.000,00 sampai dengan Rp250.000.000,00 15 di atas Rp250.000.000,00 sampai dengan Rp500.000.000,00 25 di atas Rp500.000.000,00 30  Kredit Pajak, adalah PPh yang dilunasi dalam tahun berjalan baik yang dipotongdipungut oleh pihak lain maupun dibayar sendiri merupakan angsuran pajak yang dapat dikreditkan terhadap PPh yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan kecuali PPh yang dilunasi tersebut bersifat inal. Rincian kredit pajak adalah: a. Pemotongan danatau pemungutan PPh antara lain penghasilan dari pekerjaan, jasa atau kegiatan PPh Pasal 21, impor atau transaksi tertentu lainnya PPh Pasal 22, penghasilan dari persewaan harta PPh Pasal 23. - PPh Pasal 21 dapat dikreditkan apabila ada bukti pemotongan berupa formulir 1721-A1 Pegawai tetap non Pegawai Negeri atau 1721-A2 Pegawai Negeri dan bukti pemotongan PPh Pasal 21 lainnya. Pemotongan PPh Pasal 21 antara lain dilakukan BIJAK - Orang Pribadi Pintar Pajak 59 Penghitungan dan Pelaporan oleh pemberi kerja, bendahara pemerintah, dana pensiun yang membayarkan uang pensiun, dan penyelenggara kegiatan. - PPh Pasal 22 dan Pasal 23 dapat dikreditkan apabila ada bukti pemungutan PPh atau bukti penyetoran dari pemotong danatau pemungut PPh. b. Pembayaran oleh Wajib Pajak sendiri berupa angsuran PPh Pasal 25. PPh yang dipotong atau dipungut maupun dibayar sendiri di atas merupakan pembayaran pajak yang nantinya dapat diperhitungkan dengan cara dikreditkan terhadap PPh yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan dalam SPT Tahunan PPh dengan melampirkan bukti pemotongan atau pemungutan PPh danatau bukti penyetoran PPh yang dibayar sendiri. Besarnya PPh Pasal 25 yang dapat dikreditkan adalah sejumlah pembayaran PPh Pasal 25 yang telah dilakukan setiap bulan masa pajak sesuai dengan bukti penyetoran PPh sebagaimana yang tertulis di Surat Setoran Pajak SSP dan telah mendapat validasi dengan NTPN. c. PPh Pasal 24 PPh yang dipotong atau dibayar di luar negeri Besarnya PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan adalah sebesar: a. PPh yang dipotongdibayarkan di luar negeri; atau b. batas maksimum kredit pajak luar negeri KPLN, mana yang lebih kecil.  PPh yang Kurang DibayarLebih Dibayar didapatkan dengan mengurangkan Kredit Pajak dari Jumlah PPh Terutang. BIJAK - Orang Pribadi Pintar Pajak 60 Penghitungan dan Pelaporan

G. PENGISIAN LAMPIRAN SPT TAHUNAN