Konvergensi Pulau Jawa Konvergensi Wilayah
51,51 persen pada tahun 2009. Kegiatan perdagangan dan akomodasi mempunyai peranan paling penting dalam sektor jasa, dengan kontribusi sebesar 31,63 persen.
Sektor manufaktur juga memegang peranan penting terutama kegiatan industri pengolahan. Beberapa industri besar di Jawa Timur antara lain galangan
pembuatan kapal terbesar di Indonesia PT. PAL di Surabaya, industri besar kereta api terbesar di Asia Tenggara PT. INKA di Madiun, pabrik kertas PT.
Tjiwi Kimia di Tarik-Sidoarjo, PT. Leces di Probolinggo, pabrik rokok Wismilak di Surabaya, Gudang Garam di Kediri, Sampoerna di Surabaya dan
Pasuruan, serta Bentoel di Malang dan pabrik semen Gresik dan Petrokimia di Gresik. Kawasan industri estate meliputi Surabaya Industrial Estate Rungkut
SIER di Surabaya, Pasuruan Industrial Estate Rembang PIER di Pasuruan, Madiun Industrial Estate Balerejo MIER di Madiun, Ngoro Industrial Park NIP
di Mojokerto, Kawasan Industri Jabon di Sidoarjo dan Lamongan Integrated Shorebase LIS di Lamongan.
Jawa Timur merupakan provinsi yang mempunyai kabupatenkota paling banyak di Indonesia, yaitu sebanyak 38 Daerah Tingkat II, terdiri dari 29
kabupaten dan 9 kota. Wilayah administratif relatif stabil seperti Jawa Tengah, hanya satu kabupaten dimekarkan sejak diselenggarakan otonomi daerah, yaitu
Kota Batu dari Kabupaten Malang. Kemampuan perekonomian di wilayah- wilayah tersebut juga relatif sama bila dilihat dari jumlah nilai tambah yang
dihasilkan setiap tahun, kecuali Kota Surabaya, Kota Kediri dan Kabupaten Sidoarjo.
Tabel 10 Estimasi Konvergensi KabupatenKota Pendekatan PDRB di Jawa
Timur dengan Metode Data Panel Dinamis FD-GMM
Parameters Estimated Coefficients
Standard Error P-value
ln pdrb
t-1
1,2961 0,0904
0,0000 ln inv
0,0254 0,0029
0,0000 ln labour
-0,1629 0,0191
0,0000 Implied
λ NA Wald-Test 269,4500
0,0000 AB m
1
-2,9982 0,0027
AB m
2
-0,4872 0,6261
Sargan Test 11,5207
0,9051
Pola kecepatan pertumbuhan dari semua kabupatenkota di Jawa Timur diuji untuk melihat proses konvergensi yang terjadi secara empiris Tabel 10. Proses
konvergensi pendapatan di Jawa Timur dilihat dari koefisien dari y
t-1
yang lebih dari satu, mengindikasikan bahwa konvergensi tidak terjadi atau pendapatan di
wilayah ini persisten divergen. Berdasarkan statistik uji Sargan, hipotesis nol bahwa variabel instrumen valid tidak ditolak, dengan p-value 0,9051. Uji
konsistensi model dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi AB m
1
yang signifikan pada tingkat level 5 persen dan AB m
2
yang tidak signifikan pada tingkat level 5 persen, artinya tidak ada korelasi serial pada model atau model
konsisten. Penelitian Rumayya et al. 2005 menggunakan data PDRB per kapita atas dasar harga tahun 1983 untuk cross-section 30 kabupatenkota di Jawa Timur
selama periode 1983 – 2001 menunjukkan hasil yang sama walaupun dengan metode yang berbeda. Proses konvergensi tidak ditemukan pada model absolut
dengan menggunakan regresi OLS dan GLS, namun ditemukan dalam model spasial untuk wilayah-wilayah yang termasuk dalam kelompok kaya saja,
sedangkan kelompok miskin juga tidak ditemukan. Demikian juga berdasarkan penghitungan koefisien variasi Williamson, angka Jawa Timur tidak berada pada
range antara 0 dan 1. Jawa Timur memiliki kabupatenkota yang paling banyak di Indonesia dan
perbedaan pendapatan antar wilayah sangat besar. PDRB per kapita tertinggi berada di Kota Kediri, mencapai 79,32 juta per kapita per tahun, 12 kali lebih
besar dibandingkan dengan PDRB per kapita terendah di Pulau Jawa Kabupaten Grobogan sebesar 2,19 juta per kapita per tahun atau 10 kali lebih besar
dibandingkan dengan PDRB per kapita terendah di Jawa Timur Kabupaten Pamekasan sebesar 2,20 juta per kapita per tahun. Pendapatan wilayah Kota
Kediri merupakan peringkat kedua di seluruh Pulau Jawa setelah Jakarta Pusat 106,61 juta per kapita per tahun. Tidak seperti Jawa Barat yang menjadi
penopang pusat pertumbuhan, letak Jawa Timur yang relatif jauh dari DKI Jakarta membuatnya menjadi pusat pertumbuhan di kawasan timur Pulau Jawa.
Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan kabupatenkota di Jawa Timur secara umum berada pada kisaran 5 persen. Pola pertumbuhan Kabupaten
Bojonegoro berbeda dari wilayah lainnya karena dipengaruhi oleh hasil minyak
bumi yang tidak teratur dan tidak stabil. Nilai tambah perekonomian di kabupaten ini didominasi oleh sektor pertambangan dengan kontribusi sebesar 29,38 persen
pada tahun 2009. Kecepatan pertumbuhan yang relatif sama ini justru membuat wilayah-wilayah tidak mengalami proses konvergensi, wilayah yang terbelakang
tidak mampu mengejar perkembangan wilayah yang telah lebih dahulu maju. Tabel
11 Estimasi Konvergensi KabupatenKota Pendekatan Pengeluaran
Rumah Tangga di Jawa Timur dengan Metode Data Panel Dinamis FD-GMM
Parameters Estimated Coefficients
Standard Error P-value
ln cons
t-1
0,4466 0,0495
0,0000 ln inv
ln labour 0,1852
0,1344 0,1680
Implied λ 80,6167
Wald-Test 82,8100 0,0000
AB m
1
-3,1811 0,0015
AB m
2
-0,8532 0,3935
Sargan Test 21,8297
0,7891
Catatan: variabel investasi digunakan sebagai instrumen Estimasi konvergensi dengan pendekatan pendapatan wilayah harus
dibandingkan dengan pendekatan rumah tangga sehingga pola konvergensi yang berhubungan langsung dengan kesejahteraan masyarakat dapat terlihat Tabel 11.
Berbeda dengan pendekatan PDRB, proses konvergensi dengan pendekatan pengeluaran rumah tangga terjadi di Jawa Timur, ditunjukkan dengan nilai
koefisien y
t-1
sebesar 0,4466 dan menghasilkan tingkat konvergensi 80,62 persen. Berdasarkan uji Sargan, variabel instrumen valid p-value 0,7891. Model juga
konsisten dilihat dari signifikansi m
1
p-value 0,0015 dan m
2
p-value 0,3935. Terjadinya proses konvergensi dari penghitungan dengan pendekatan pengeluaran
rumah tangga per kapita di Jawa Timur menunjukkan bahwa pengeluaran rumah tangga semakin merata dan tingkat ketimpangannya semakin mengecil serta
terjadi pemerataan kecepatan pada level rumah tangga.