kesehatan dan pendidikan. Pemerataan pembangunan manufaktur terutama industri pengolahan dilakukan dengan mendirikan perusahaan-perusahaan bukan
di pusat pertumbuhan, dengan tetap melihat potensi lokal.
Halaman ini sengaja dikosongkan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ketimpangan kabupatenkota di Pulau Jawa masih sangat tinggi
dibandingkan dengan ketimpangan kabupatenkota dalam provinsi dan didominasi oleh ketimpangan antar kota.
2. Konvergensi pendapatan wilayah kabupatenkota di Pulau Jawa tidak terjadi divergen, demikian juga di Jawa Timur. Tingkat konvergensi tertinggi
terjadi di Jawa Barat karena kontribusi sektor manufaktur. Sementara itu konvergensi dengan pendekatan pengeluaran rumah tangga sangat tinggi di
setiap provinsi dan keseluruhan Pulau Jawa. 3. Faktor-faktor yang memengaruhi ketimpangan pendapatan adalah share
manufaktur, pendidikan tenaga kerja, infrastruktur kesehatan, energi listrik dan air bersih. Ketimpangan pengeluaran rumah tangga hanya dipengaruhi
tingkat pendidikan tenaga kerja.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, disarankan adanya kebijakan industri yang lebih bijaksana, agar tidak terjadi pengurasan
sumber daya di sekitarnya dan tidak meningkatkan ketimpangan wilayah antar kabupatenkota. Namun sektor manufaktur secara umum perlu ditingkatkan dan
dimeratakan di seluruh Pulau Jawa karena dapat mengurangi ketimpangan pendapatan antar provinsi. Proses konvergensi dapat ditingkatkan dengan aktivitas
ekonomi selain konsumsi, yaitu dengan pemerataan investasi dan kebijakan pemerintah, sehingga tidak hanya rumah tangga yang menjadi pelaku ekonomi
mempercepat proses pemerataan pembangunan wilayah. Input tenaga kerja dalam perekonomian tidak hanya berperan dari segi kuantitasnya, namun juga dari sisi
kualitas. Oleh karena itu kualitas sumber daya manusia terutama angkatan kerja dapat menjadi kebijakan strategis untuk mengurangi ketimpangan wilayah.
Kualitas sumber daya manusia terutama tenaga kerja dapat menurunkan ketimpangan secara wilayah, namun meningkatkan ketimpangan pada level rumah
tangga. Peningkatan pendidikan perlu diprioritaskan pada rumah tangga yang berpendapatan rendah sebagai upaya memutuskan lingkaran setan kemiskinan,
yang selanjutnya meningkatkan konvergensi pendapatan wilayah. Pembangunan infrastruktur sebagai bagian dari investasi menempati posisi
penting dalam upaya mengurangi tingkat ketimpangan di Pulau Jawa. Infrastruktur kesehatan yang berhubungan dengan produktivitas tenaga kerja
menjadi solusi yang penting, terutama pelayanan kesehatan yang merata ke seluruh wilayah. Selanjutnya kebijakan infrastruktur yang berkaitan dengan
industri khususnya masalah energi perlu mendapat perhatian agar perkembangan sektor ini tidak meningkatkan ketimpangan pembangunan. Oleh karena itu
diperlukan kebijakan yang menganjurkan lokasi industri digeser dari daerah urban yang padat ke daerah rural, tanpa mengesampingkan lokasi bahan baku industri
agar berdaya saing lebih tinggi.