Prosedur Analisis METODE PENELITIAN

Jika ketimpangan antar provinsi di Pulau Jawa dibandingkan, selisih terbesar adanya perbedaan tingkat ketimpangan dengan dua pendekatan terjadi di Jawa Tengah, meskipun masih lebih rendah dibandingkan selisih ketimpangan di Pulau Jawa secara keseluruhan. Ketimpangan wilayah berdasarkan pengeluaran rumah tangga di Jawa Tengah memang lebih rendah dibandingkan provinsi- provinsi lainnya, artinya kemampuan daya beli masyarakat antar wilayah relatif merata. Namun, angka ini berbeda dengan tingkat ketimpangan berdasarkan pendekatan PDRB, yang lebih tinggi dibandingkan D.I. Yogyakarta dan Banten. Perbedaan ini menyebabkan besarnya selisih ketimpangan dengan dua pendekatan tersebut. Fenomena yang sebaliknya terjadi di D.I. Yogyakarta. Ketimpangan wilayah dengan pendekatan PDRB merupakan yang terkecil di seluruh Pulau Jawa, sedangkan dengan pendekatan pengeluaran rumah tangga relatif tinggi, sehingga selisih perbedaan ketimpangan merupakan yang terkecil. Gambar 20 Perbandingan Koefisien Variasi Williamson KabupatenKota di D.I. Yogyakarta dengan Pendekatan PDRB dan Pengeluaran Rumah Tangga, Tahun 2001 – 2009 Perbedaan hasil penghitungan koefisien variasi Williamson dengan dua pendekatan dapat menggambarkan bagaimana pendapatan wilayah didistribusikan untuk kesejahteraan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Semakin besar selisih hasil penghitungan dengan dua pendekatan, menunjukkan bahwa semakin besar pula pendapatan yang digunakan oleh orang lain yang tidak tinggal di 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pendekatan PDRB Pendekatan Pengeluaran Rumah Tangga wilayah tersebut atau dapat dikatakan terjadi transfer pendapatan ke wilayah lain. Adanya investasi yang berasal dari luar daerah juga menjadi pemicu utama terjadinya transfer pendapatan karena pemiliknya akan mengambil pendapatan yang diperoleh dari wilayah tersebut dan dibelanjakan di luar daerah. Oleh karena itu penanaman modal dari luar daerah perlu mengkaji pengaruh negatif adanya pengurasan sumber daya lokal dan aliran pendapatan pemilik modal ke luar daerah. Gambar 21 Perbandingan Koefisien Variasi Williamson KabupatenKota di Banten dengan Pendekatan PDRB dan Pengeluaran Rumah Tangga, Tahun 2001 – 2009

4.2. Konvergensi Wilayah

4.2.1. Konvergensi Pulau Jawa

Estimasi konvergensi Pulau Jawa dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan pada variabel dependennya, yaitu pendekatan PDRB per kapita dan pengeluaran rumah tangga per kapita. Perbandingan ini dilakukan sebagai upaya untuk melihat apakah ada perbedaan pertumbuhan ekonomi secara makro yaitu di level wilayah kabupatenkota dan secara mikro yaitu di level rumah tangga. Tingginya pendapatan wilayah tidak secara otomatis menyebabkan tingginya kesejahteraan masyarakatnya karena mungkin pendapatan di wilayah tersebut 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pendekatan PDRB Pendekatan Pengeluaran Rumah Tangga dimiliki oleh orang asing atau dengan kata lain hasil produksi dibawa ke wilayah lain dan digunakan untuk kesejahteraan masyrakat lain. Proses konvergensi pendapatan dapat dilihat dari koefisien parameter autoregressive dari variabel PDRB. Nilai dari koefisien dari y t-1 yang kurang dari 1 menunjukkan adanya proses konvergensi, sedangkan nilai yang lebih dari 1 menunjukkan bahwa pendapatan kabupatenkota persisten. Model data panel dinamis FD-GMM menunjukkan bahwa koefisien y t-1 adalah 1,2722 dan signifikan pada level 5 persen, artinya proses konvergensi tidak terjadi di Pulau Jawa. Dengan kata lain, pendapatan di Pulau Jawa divergen. Berdasarkan statistik uji Sargan, hipotesis nol bahwa variabel instrumen valid tidak ditolak, dengan p- value 0,9870, artinya variabel instrumen yang digunakan valid. Uji konsistensi model dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi AB m 1 yang signifikan pada tingkat level 5 persen dan AB m 2 yang tidak signifikan pada tingkat level 5 persen, artinya tidak ada korelasi serial atau model konsisten. Tabel 4 Estimasi Konvergensi KabupatenKota Pendekatan PDRB di Pulau Jawa dengan Metode Data Panel Dinamis FD-GMM Parameters Estimated Coefficients Standard Error P-value ln pdrb t-1 1,2722 0,0645 0,0000 ln inv 0,0039 0,0007 0,0000 ln labour -0,0419 0,0132 0,0020 Implied λ NA Wald-Test 596,6900 0,0000 AB m 1 -4,0375 0,0001 AB m 2 0,8011 0,4231 Sargan Test 14,0256 0,9870 Catatan: variabel pajak digunakan sebagai instrumen Penghitungan konvergensi PDRB per kapita kabupatenkota di Pulau Jawa berbeda dengan hasil penelitian Bussoletti dan Esposti 2004 yang menghitung konvergensi pendapatan per kapita di daerah-daerah negara Eropa berada pada kisaran 5 sampai dengan 7,5 persen. Penelitian antar provinsi di Kanada juga berada pada kisaran 6 sampai dengan 6,5 persen Ralhan dan Dayanandan, 2005, sedangkan konvergensi provinsi-provinsi berpenghasilan tinggi yang letaknya berdekatan satu sama lain di Rusia yang mencapai 2,8 sampai 3,8 persen Kholodilin et al., 2009. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa