Kelayakan Usaha TINJAUAN PUSTAKA

B. Kelayakan Usaha

Studi kelayakan usaha bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pihak yang terkait dengan usaha tersebut, misalnya investor, kreditur dan pemerintah. Dengan adanya studi ini diharapkan akan diperoleh gambaran sampai seberapa jauh pendirian dan pengembangan usaha tersebut layak dilaksanakan ditinjau dari berbagai aspek antara lain organisasi, pemasaran, teknikoperasi dan keuangan . Kriteria investasi merupakan indeks ukuran yang dipakai untuk menyatukan layaktidaknya, baik atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan. Indeks tersebut menggunakan nilai dari arus biaya dan arus penerimaan. Adapun Alat analisa atau metode dalam menilai keputusan investasi yang digunakan adalah: 1. Metode Net Present Value NPV NPV menunjukkan keuntungan yang akan diterima selama umur proyek umur investasi, merupakan selisih antara nilai sekarang dari cash flow dengan nilai sekarang dari investasi. Untuk menghitung NPV, pertama menghitung present value dari penerimaan cash flow dengan tingkat discount rate tertentu, kemudian dibandingkan dengan present value dari investasi, Bila selisih antara PV dari cash flow lebih besar berarti terdapat NPV positif, artinya proyek investasi layak, sebaliknya bila PV dari cash flow lebih kecil dibandingkan PV investasi, maka NPV negatif dan investasi dipandang tidak layak. Menurut Gittenger 1986, NPV dapat dihitung dengan persamaan: dimana; B t = manfaat penerimaan bruto pada tahun ke- t Rp C t = biaya bruto pada tahun ke- t Rp i = tingkat suku bunga t = periode investasi i = 1,2,3,.........n 2. Metode Internal Rate of Return IRR IRR adalah prosentase keuntungan yang akan diperoleh yang melakukan investasi, biasanya dinyatakan dalam persen. Setelah IRR ditemukan, maka nilai IRR dibandingkan dengan tingkat keuntungan yang NPV =  t t t i 1 C - B  disyaratkan. Bila IRR lebih besar dibanding keuntungan yang disyaratkan berarti proyek layak dilaksanakan, sebaliknya yaitu jasa lebih kecil dari keuntungan yang disyaratkan berarti proyek investasi kurang layak dilaksanakan. Menurut Gittenger 1986, IRR dapat diperoleh dengan persamaan : dimana : IRR = Internal Rate of Return NPV ’ = nilai NPV Positif Rp NPV ” = nilai NPV Negatif Rp i’ = discount rate nilai NPV positif i” = discount rate nilai NPV negatif 3. Metode Benefit Cost Ratio BC Ratio Gross BC ratio untuk menghitung besarnya manfaat yang diperoleh untuk setiap rupiah yang dibelanjakan, analisis titik impas break-even point analysis untuk mengetahui tingkat penjualan yang menghasilkan penerimaan sama dengan biaya total yang dipergunakan dan analisis payback period PBP untuk mengetahui jangka waktu pengembalian modal. Menurut Pramudya 2006 Gross BC dapat dihitung dengan persamaan: 4. Metode Break Even Point BEP Break Even Point BEP adalah tingkat volume penjualan yang menyamakan nilai penjualan dengan total biaya atau laba bersih sama dengan nol. Break Even Point merupakan suatu gambaran kondisi penjualan produk yang harus dicapai untuk melampaui titik impas. Proyek dikatakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suatu periode IRR = i’ + NPV NPV NPV  i” – i’    1 t t t i 1 B Gross BC =    1 t t t i 1 C dimana: B t = manfaat pada tahun ke – t Rp C t = biaya pada tahun ke-t Rp i = tingkat diskonto t = jumlah tahun tertentu sama dengan jumlah biaya yang ditanggung sehingga proyek tersebut tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba. Jika hasil penjualan produk tidak dapat melampaui titik ini, maka proyek yang bersangkutan tidak dapat memberikan laba Sutojo, 1993. BEP dapat dihitung dengan persamaan : Total Biaya Rp = Volume Penjualan unit x Harga Jual Rp Perhitungan volume penjualan pada saat BEP dapat dihitung dengan persamaan : Total Biaya Tetap BEP unit = Harga Jualunit - Biaya Variabelunit Total Biaya Tetap BEP Rp = 1 - Biaya Variabel per Unit Harga Jual PBP adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas Zubir; 2006, dihitung menurut persamaan: Nilai Investasi PBP tahun = x 1 tahun Kas Masuk Bersih Metode ini sangat sederhana, sehingga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan utamanya adalah tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback, sehingga metode ini umumnya hanya digunakan sebagai pendukung metode lainnya. Oleh karena seluruh perhitungan arus kas selalu mengandung ketidakpastian, maka diperlukan analisis sensitivitas untuk mengetahui sensitivitas kelayakan usaha terhadap perubahan asumsi yang digunakan Zubir, 2006. Dalam banyak kasus, sebuah analisis titik impas sederhana tidak dapat memberikan informasi yang cukup mengenai dampak potensial ketidakpastian dalam estimasi nilai faktor terhadap hasil analisis. Dalam kasus-kasus seperti itu, dan pada kenyataan dalam banyak kasus, sangat berguna untuk menentukan seberapa sensitifkah situasi tersebut terhadap beberapa faktor tertentu sehingga pembobotan dan pertimbangan yang tepat dapat ditentukan terhadap situasi tersebut DeGarmo et al., 20010. Analisis sensitivitas disebut juga what-if analysis. Analisis ini menyangkut pengujian terhadap kelayakan suatu usaha dengan berbagai kondisi dan asumsi yang digunakan Zubir, 2006. Pengujian ini, terutama dilakukan terhadap asumsi-asumsi yang berada di luar kendali manajemen perusahaan yang mungkin saja berubah. Dari pengujian sensitivitas dapat diketahui derajat sensitivitas setiap asumsi dengan NPV. Teknik ini biasa digunakan untuk mengetahui variabilitas pengembalian Sundjaja Inge, 2003. Pengujian sensitivitas dapat dilakukan dengan persamaan : ∑ C df - ∑ B df Error Benefits y = ∑ B df dan ∑ B df - ∑ C df Error Cost x = ∑ C df dimana : Bdf = penerimaan pada tahun ke n dengan perhitungan discount factor Rp Cdf = biaya pada tahun ke n dengan perhitungan discount factor Rp Untuk menilai prestasi dan kondisi keuangan suatu perusahaan, seorang analis keuangan memerlukan ukuran-ukuran tertentu. Ukuran yang seringkali digunakan adalah rasio, yang menunjukkan hubungan antara dua data keuangan. Analisis dan penafsiran berbagai rasio akan memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap prestasi dan kondisi keuangan daripada analisa hanya terhadap data keuangan saja Husnan Enny, 1995. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Karena itu, istilah rasio profitabilitas merujuk pada beberapa indikator atau rasio yang berbeda-beda yang bisa digunakan untuk menentukan profitabilitas dan prestasi kerja perusahaan Downey Erickson, 1989. Penilaian profitabilitas adalah ukuran kemampuan perusahaan perorangan atau badan untuk menghasilkan laba dengan memperhatikan modal yang digunakan. Dalam rencana pembangunan perusahaan, analisa ini sangat penting, karena profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya. Maka sebagai dasar penilaian perusahaan, penilaian profitabilitas sangat penting Harmaizar, 2006. Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, aset maupun laba bagi modal sendiri. Semakin tinggi profitabilitas berarti semakin baik akan tetapi profitabilitas profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan Sartono, 1997. Dua metode yang sering digunakan dalam menganalisa profitabilitas, yaitu: 1. ROE Return on Equity adalah perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri pemilik, dengan rumus sebagai berikut: Laba bersih ROE = Modal sendiri 2. ROI Return on Investment adalah perbandingan antara laba bersih dan bunga pinjaman dengan modal sendiri dan bunga pinjaman, dengan rumus sebagai berikut: Laba bersih + bunga pinjaman ROI = Modal sendiri + bunga pinjaman

C. Pepaya