Modulus of Rupture MOR

partikel dari jenis kayu sengon 16292 kgcm 2 dibandingkan jenis kayu afrika 11104 kgcm 2 dan mangium 14339 kgcm 2 . Setiawan 2008 menyatakan bahwa semakin tinggi nilai MOE maka papan akan semakin tahan terhadap perubahan bentuk. Nilai MOE papan partikel yang rendah dapat disebabkan karena partikel kayu yang digunakan sebagai bahan baku belum memiliki ukuran yang seragam. Partikel ideal untuk mengembangkan kekuatan dan stabilitas dimensi adalah partikel serpih tipis dengan ketebalan seragam dengan perbandingan tebal ke panjang yang tinggi Haygreen dan Bowyer 1989. Ukuran partikel kayu yang biasanya digunakan memiliki ukuran tebal 0,2-0,4 mm, lebar 0,3-30 mm, dan panjang 10-60 mm Rowell 2005, sedangkan ukuran partikel yang digunakan pada penelitian ini pada umumnya memiliki tebal 0,1-0,2 mm, lebar 0,1-0,3 mm, dan panjang 10-15 mm.

4.2.2. Modulus of Rupture MOR

Keteguhan patah atau disebut juga dengan Modulus of Rupture adalah kekuatan mekanis yang harus diketahui dan sangat penting karena berhubungan dengan penggunaan suatu benda sebagai komponenen structural. Haygreen dan Bowyer 1989 menyatakan bahwa keteguhan patah adalah beban maksimum yang mampu ditahan oleh papan. Dari pengujian MOR papan partikel yang telah dilakukan menunjukkan bahwa untuk target kerapatan 0,4 gcm 3 memiliki nilai MOR rata-rata sebesar 68,57 kgcm 2 , dengan nilai tertinggi sebesar 101,30 kgcm 2 adalah papan partikel dari jenis kayu sengon, sedangkan nilai terendah sebesar 52,84 kgcm 2 adalah papan partikel dari jenis kayu campuran. Untuk target kerapatan 0,6 gcm 3 nilai MOR rata-ratanya adalah sebesar 153,65 kgcm 2 , dengan nilai tertinggi sebesar 210,49 kgcm 2 adalah papan partikel dari jenis kayu sengon, sedangkan nilai terendah sebesar 108,75 kgcm 2 adalah papan partikel dari jenis kayu cempaka. Nilai MOR hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 MOR papan partikel. Berdasarkan Gambar 10 diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai MOR yang cukup signifikan dari papan partikel dengan kerapatan 0,4 gcm 3 menuju kerapatan 0,6 gcm 3 , dan ini dialami oleh papan partikel dari seluruh jenis kayu yang digunakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai kerapatan suatu papan partikel maka nilai MOR dari papan partikel tersebut juga akan semakin meningkat, sama halnya dengan nilai MOE papan partikel pada pengujian sebelumnya. Maloney 1993 menambahkan bahwa MOR dipengaruhi oleh kandungan dan jenis perekat yang digunakan, daya ikat perekat, dan ukuran partikel. Dari hasil analisis keragaman pada Lampiran 5 dengan menggunakan uji F pada tingkat kepercayaan 95 diperoleh nilai signifikansi yang lebih kecil dari α α=0,05, sehingga F hitung lebih besar dari F tabel. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan setiap jenis kayu yang digunakan untuk papan partikel memperoleh nilai MOR yang berbeda. Hasil uji lanjut Duncan yang terdapat pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa jenis kayu sengon adalah yang memiliki nilai MOR paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Akan tetapi nilai MOR menjadi tidak berbeda antar jenis kayu apabila analisis keragaman dilakaukan pada masing-masing target kerapatan. Nilai F hitung yang lebih besar dari F tabel juga diperoleh untuk target kerapatan, sehingga perubahan target kerapatan papan partikel menghasilkan nilai MOR yang berbeda dalam setiap jenis kayu yang sama. Papan partikel dengan target kerapatan 0,6 gcm 3 memiliki nilai MOR yang lebih tinggi dibandingkan papan partikel dengan target kerapatan 0,4 gcm 3 . 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 sengon cempaka manglid campuran M O R kgcm 2 JENIS KAYU Target 0.4 Target 0.6 Menurut Kollman 1975 kekuatan lentur patah atau Modulus of Rupture MOR merupakan sifat mekanis kayu yang berhubungan dengan kekuatan kayu yaitu ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban atau gaya luar yang bekerja padanya dan cenderung merubah bentuk dan ukuran kayu tersebut. Apabila nilai hasil pengujian MOR dibandingkan dengan JIS A 5908-2003 maka papan partikel dengan target kerapatan 0,6 gcm 3 telah memenuhi syarat untuk seluruh jenis, dan untuk papan partikel dengan target kerapatan 0,4 gcm 3 telah memenuhi syarat untuk jenis kayu sengon, sehingga papan partikel dari jenis kayu sengon menjadi yang terbaik untuk pengujian MOR ini. Nilai MOR papan partikel yan ditetapkan JIS A 5908-2003 adalah minimal 82 kgcm 2 . Hasil yang tidak jauh berbeda juga diperoleh pada penelitian sebelumnya Alam 2009 yang menggunakan jenis kayu sengon, afrika dan mangium, seluruh papan partikelnya telah sesuai dengan JIS A 5908-2003 yaitu memiliki nilai MOR yang berkisar antara 150,69 –192,90 kgcm 2 .

4.2.3. Internal Bond IB