0.77 0.60 0.53 Analisis Ketimpangan Perekonomian Pada Provinsi di Pulau Jawa Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah, Serta Solusi Dengan Peningkatan Pendapatan dari Sektor Basis
kantor, dan perusahaan jasa lain yangsangat cepat dengan basis kegiatan diantaranya Jakarta Pusat Thamrin-Sudirman, Harmoni dan Kemayoran, Jakarta
Selatan Kuningan, MT. Haryono, Gatot Subroto, Jakarta Barat Grogol, Slipi, Palmerah, dan Jakarta Utara Kemayoran, Tanjung Priok dan Kelapa Gading.
109
Rata-rata nilai multiplier sektor Basis di Provinsi DKI Jakarta pada masa sebelum otonomi sebesar 0.172 sedangkan pada masa otonomi 0.386. Artinya pada jika
terjadi peningkatan pendapatan dari sektor basis sebesar 1 miliyar Rupiah pada masa sebelum otonomi akan meningkatkan PDRB sebesar 0.172 miliyar Rupiah,
sedangkan jika terjadi peningkatan pendapatan dari sektor basis sebesar 1 miliyar Rupiah pada masa otonomi, maka akan meningkatkan PDRB sebesar 0.386
miliyar Rupiah. Analisis Sektor Basis di Jawa Barat Sebelum Otonomi Daerah 1991 dan
1999 dan Setelah Otonomi Daerah 2001 dan 2010
Berdasarkan Tabel 25, sektor yang termasuk sektor basis di Provinsi Jawa Barat pada masa sebelum dan sesudah otonomi hanya sektor Pertambangan.
Sektor Pertanian, Industri Pengolahan dan sektor Listrik, Gas dan Air Minum hanya menjadi sektor basis pada akhir periode sebelum otonomi daerah 1999.
Kemudian sektor Bangunan dan Konstruksi serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran hanya menjadi sektor basis pada tahun 1991. Sektor Bank dan lembaga
keuangan lain serta sektor Jasa hanya menjadi sektor non-basis pada masa sebelum dan setelah otonomi. Kebijakan desentralisasi di Provinsi Jawa Barat
tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan ekonomi basis dan non-basis. Hal ini terlihat dari tidak adanya perubahan klasifikasi sektor basis dan non-basis saat
sebelum dan setelah otonomi daerah. Tabel 25 Perhitungan LQ Sembilan Sektor Perekonomian di Provinsi Jawa
Barat
Sektor Sebelum Otonomi Daerah Setelah Otonomi daerah
1991 1999 2000 2010 Pertanian
0.94