1.66 1.63 1.73 Analisis Ketimpangan Perekonomian Pada Provinsi di Pulau Jawa Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah, Serta Solusi Dengan Peningkatan Pendapatan dari Sektor Basis

Tabel 29 memperlihatkan bahwa sektor yang menjadi sektor basis di Provinsi Banten diantaranya sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Minum serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sedangkan sektor lainnya merupakan sektor non-basis. Nilai LQ sektor basis di provinsi ini cenderung meningkat, dimana pada tahun 2000 nilai LQ sektor Industri Pengolahan sebesar 1.72 dan pada tahun 2010 nilai LQ sektor ini meningkat menjadi 1.88. Demikian juga dengan sektor Listrik, Gas dan Air minum dimana pada tahun 2000 nilai LQ sektor in sebesar 2.55, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 2.75. Artinya pada masa otonomi daerah produktifitas kedua sektor ini cenderung meningkat. Namun, berbeda dengan sektor basis Pengangkutan dan Komunikasi yang turun dari 1,47 pada tahun 2000 menjadi 1.16 pada tahun 2010, artinya terjadi penurunan produktifitas pada sektor ini. Sebagai Provinsi yang baru terbentuk pada tahun 2000, rata-rata nilai multiplier sektor basis di Provinsi Banten sebesar 1.538. Artinya, pada jika terjadi peningkatan pendapatan dari sektor basis sebesar 1 miliyar Rupiah maka akan terjadi peningkatan PDRB di provinsi ini sebesar 1.538 miliyar Rupiah. Tabel 29 Perhitungan LQ Sembilan Sektor Perekonomian di Provinsi Banten Sektor Setelah Otonomi daerah 2000 2010 Pertanian 0.76 0.08 Pertambangan dan Penggalian 0.05 0.08 Industri Pengolahan 1.72 1.88 Listrik, gas dan air minum

2.55 2.75

BangunanKonstruksi 0.41 0.49 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.84 0.84 Pengangkutan dan Komunikasi

1.47 1.16

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.21 0.35 Jasa 0.56 0.50 Rata-rata Multiplier 1.538 Sumber: BPS, 1993-2011 diolah. Analisis Sektor Basis di Pulau Jawa Tahun1991-2010 Berikut ini merupakan hasil analisis sektor basis yag ada di pulau Jawa secara keseluruhan yang terdiri dari enam provinsi dari tahun 1991 hingga tahun 2010. Berdasarkan Tabel perhitungan LQ di Pulau Jawa, dapat dilihat bahwa terdapatnya perbedaan beberapa sektor yang terklasifikasi pada sektor basis pada masa sebelum otonomi dan setelah otonomi. Diantaranya sektor Pertanian dan sektor BangunanKonstruksi yang sempat terklasifikasi sebagai sektor basis pada masa sebelum otonomi, namun tidak lagi menjadi sektor basis pada masa otonomi daerah. Berdasarkan rata-rata nilai LQ di Pulau Jawa, sektor yang terklasifikasi sebagai sektor non-basis yaitu sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan Penggalian serta sektor BangunanKonstruksi. Sedangkan sektor basis diantaranya sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, gas dan air minum, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Bank dan Lembaga Keuangan serta sektor Jasa Tabel 30 Perhitungan LQ Sembilan Sektor Perekonomian di Pulau Jawa Sektor 1991 1995 1999 2002 2006 2010 Rata-rata Pertanian 1.01 0.75 0.73 0.80 0.79 0.75 0.80 Pertambangan dan Penggalian 0.26 0.23 0.16 0.15 0.16 0.17 0.20 Industri Pengolahan

1.22 1.15 1.07 1.10 1.08 1.13 1.12

Listrik, gas dan air minum

3.24 1.52 1.45 2.25 2.12 1.86 2.00

Bangunan Konstruksi 0.88

1.14 1.09 0.98 0.93 0.91 0.99

Perdagangan, Hotel dan Restoran

1.08 1.24 1.36 1.33 1.34 1.38 1.28

Pengangkutan dan Komunikasi 1.34 0.93

1.06 1.09 0.96 0.84 1.00

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

1.31 1.18 1.42 1.38 1.27 1.18 1.33

Jasa 1.49 1.08 1.05 1.00 1.01 0.98 1.10 Sumber: BPS, 1993-2011 diolah. Peranan Sektor Basis Dalam Mengurangi Ketimpangan Pendapatan di Pulau Jawa Pengaruh sektor basis dalam mengurangi ketimpangan pendapatan pendapatan di Pulau Jawa dilakukan dengan cara menghitung selisih antara Indeks ketimpangan pendapatan IW wilayah dengan Indeks ketimpangan pendapatan IW wilayah tanpa sektor basis. Besarnya nilai selisih menunjukkan pengaruh sektor basis terhadap ketimpangan pendapatan pendapatan di Pulau Jawa. Pengaruh dari masing-masing sektor basis terhadap ketimpangan pendapatan berbeda-beda. Berikut perhitungan peranan masing-masing sektor basis terhadap ketimpangan pendapatan di Pulau Jawa. Peranan Sektor Basis Industri Pengolahan Dalam Mengurangi Ketimpangan Pendapatan di Pulau Jawa Tabel 31 menunjukkan bahwa Sektor Industri Pengolahan termasuk sektor basis pada masa sebelum dan setelah otonomi daerah. Dengan demikian sektor ini mampu bertahan dari situasi perekonomian dan dinamika pemerintahan di Indonesia yang mungkin memberikan dampak yang negatif terhadap sektor perekonomian lainnya. Berdasarkan Tabel 31, pada masa sebelum otonomi daerah 1991-1999 rata-rata Indeks Williamson IW sebesar 0.67. Kemudian rata-rata nilai Indeks Williamson tanpa sektor Industri adalah sebesar 2.56. Artinya, pada