Penggalian serta sektor BangunanKonstruksi. Sedangkan sektor basis diantaranya sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, gas dan air minum, sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Bank dan Lembaga Keuangan serta sektor Jasa
Tabel 30 Perhitungan LQ Sembilan Sektor Perekonomian di Pulau Jawa
Sektor 1991 1995 1999 2002 2006 2010 Rata-rata
Pertanian 1.01
0.75 0.73 0.80 0.79 0.75 0.80 Pertambangan dan
Penggalian 0.26 0.23 0.16 0.15 0.16 0.17 0.20
Industri Pengolahan
1.22 1.15 1.07 1.10 1.08 1.13 1.12
Listrik, gas dan air minum
3.24 1.52 1.45 2.25 2.12 1.86 2.00
Bangunan Konstruksi
0.88
1.14 1.09 0.98 0.93 0.91 0.99
Perdagangan, Hotel dan
Restoran
1.08 1.24 1.36 1.33 1.34 1.38 1.28
Pengangkutan dan Komunikasi
1.34
0.93
1.06 1.09 0.96 0.84 1.00
Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya
1.31 1.18 1.42 1.38 1.27 1.18 1.33
Jasa 1.49 1.08 1.05 1.00 1.01 0.98 1.10
Sumber: BPS, 1993-2011 diolah. Peranan Sektor Basis Dalam Mengurangi Ketimpangan Pendapatan di
Pulau Jawa
Pengaruh sektor basis dalam mengurangi ketimpangan pendapatan pendapatan di Pulau Jawa dilakukan dengan cara menghitung selisih antara Indeks
ketimpangan pendapatan IW wilayah dengan Indeks ketimpangan pendapatan IW wilayah tanpa sektor basis. Besarnya nilai selisih menunjukkan pengaruh
sektor basis terhadap ketimpangan pendapatan pendapatan di Pulau Jawa. Pengaruh dari masing-masing sektor basis terhadap ketimpangan pendapatan
berbeda-beda. Berikut perhitungan peranan masing-masing sektor basis terhadap ketimpangan pendapatan di Pulau Jawa.
Peranan Sektor Basis Industri Pengolahan Dalam Mengurangi Ketimpangan Pendapatan di Pulau Jawa
Tabel 31 menunjukkan bahwa Sektor Industri Pengolahan termasuk sektor basis pada masa sebelum dan setelah otonomi daerah. Dengan demikian sektor ini
mampu bertahan dari situasi perekonomian dan dinamika pemerintahan di Indonesia yang mungkin memberikan dampak yang negatif terhadap sektor
perekonomian lainnya. Berdasarkan Tabel 31, pada masa sebelum otonomi daerah 1991-1999 rata-rata Indeks Williamson IW sebesar 0.67. Kemudian rata-rata
nilai Indeks Williamson tanpa sektor Industri adalah sebesar 2.56. Artinya, pada
masa sebelum otonomi sektor ini mampu mengurangi ketimpangan pendapatan di Pulau Jawa sebesar 2.56 persen.
Tabel 31 Peranan Sektor Basis Industri Pengolahan Terhadap Ketimpangan
Pendapatan di Pulau Jawa Periode 1991-2010
Sebelum Otonomi Daerah Setelah Otonomi Daerah
Tahun IW IW
tanpa S.Basis
Perubahan Tahun IW IW
tanpa S.Basis
Perubahan 1991 0.549
0.492 -10.33 2000 0.738 0.850 15.24 1992 0.553
0.470 -15.05 2001 0.871 1.091 25.23 1993 0.704
0.717 1.87 2002 0.892 1.110 24.51
1994 0.703 0.742 5.66
2003 0.891 1.097 23.19 1995 0.712
0.760 6.87 2004 0.892 1.097 23.01
1996 0.708 0.769 8.65
2005 0.886 1.095 23.57 1997 0.710
0.780 9.91 2006 0.874 1.084 24.05
1998 0.686 0.743 8.33
2007 0.892 1.109 24.30 1999 0.664
0.711 7.14 2008 0.895 1.117 24.84
2009 0.889 1.113 25.30 2010 0.875 1.095 25.10
Rataan 0.67 0.69 2.56 Rataan 0.87 1.08 23.49
Sumber: BPS, 1993-2011 diolah. Peranan Sektor Basis Listrik, Gas dan Air Minum Dalam Mengurangi
Ketimpangan Pendapatan di Pulau Jawa Tabel 32 Peranan Sektor Basis Listrik, Gas dan Air Minum Terhadap
Ketimpangan Pendapatan di Pulau Jawa Periode 1991-2010
Sebelum Otonomi Daerah Setelah Otonomi Daerah
Tahun IW IW tanpa
S.Basis Perubahan Tahun IW
IW tanpa S.Basis Perubahan
1991 0.549 0.527 -3.929 2000 0.738
0.746 1.119 1992 0.553
0.529 -4.335 2001 0.871 0.879 0.932
1993 0.704 0.700 -0.524 2002 0.892
0.901 1.008 1994 0.703
0.700 -0.427 2003 0.891 0.900 1.043
1995 0.712 0.710 -0.233 2004 0.892
0.902 1.124 1996 0.708
0.707 -0.093 2005 0.886 0.896 1.135
1997 0.710 0.709 -0.150 2006 0.874
0.882 0.940 1998 0.686
0.686 -0.009 2007 0.892 0.901 0.967
1999 0.664 0.664 0.092
2008 0.895 0.904 0.951
2009 0.889 0.897 0.960
2010 0.875 0.884 1.014
Rataan 0.665 0.659 -1.068
Rataan 0.872 0.881 1.017
Sumber: BPS, 1993-2011 diolah.