Manfaat Sosial Ekonomi pada Normalisasi Waduk Ria Rio
46 masyarakat, sehingga tercipta RTH yang lestari dan meningkatkan kualitas
lingkungan tempat tinggal masyarakat.
6.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Nilai WTP Masyarakat Terhadap Upaya Pelestarian RTH di Sekitar
Waduk Ria Rio
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya nilai WTP masyarakat terhadap upaya pelestarian RTH di sekitar Waduk Ria Rio dilakukan dengan
menggunakan regresi linear berganda. Tabel hasil analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil uji keandalan menunjukkan bahwa R² yang
didapatkan sebesar 84,40 yang dapat diinterpretasikan bahwa sebesar 84,40 keragaman WTP responden dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang
ada pada model, sedangkan sisanya 15,60 dijelaskan oleh faktor lain diluar model.
Persamaan regresi yang dihasilkan dari Lampiran 3 adalah sebagai berikut: WTP = 7,327 + 4,528 JK + 4,912 U + 7,560 PDPT + 13,592 PDDK + 1,809 JTK
+ 10,285 STT – 9,536 LT – 3,780 JTT ..................................................6.1
Keterangan: WTP
= Nilai WTP responden Rpbulan JK
= Jenis kelamin 1 = laki-laki, 0 = perempuan U
= Usia responden tahun PDDK
= Lama pendidikan formal tahun PDPT
= Pendapatan kepala rumah tangga Rpbulan JTK
= Jumlah tanggungan keluarga orang STT
= Status tempat tinggal 1 = milik sendiri, 0 = kontrak LT
= Lama tinggal di lokasi penelitian tahun JTT
= Jarak tempat tinggal meter Hasil uji F diperoleh nilai F
hitung
sebesar 35,174 dengan nilai probability 0,000 alpha 10 menunjukkan variabel-variabel bebas dalam model secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden. Hasil uji t pada masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
47 1. Pengaruh Jenis Kelamin JK terhadap WTP
Hasil uji t menunjukkan nilai probability 0.0988 alpha 10 artinya jenis kelamin berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 4,528127
artinya adalah beda rata-rata WTP antara laki-laki dengan perempuan sebesar Rp4.528. Hal ini sesuai dengan hipotesis, karena responden laki-laki bertindak
sebagai kepala keluarga dalam sebuah rumah tangga cenderung lebih tegas dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan responden perempuan, maka WTP
yang bersedia dibayarkan juga lebih tinggi. 2. Pengaruh Usia U terhadap WTP
Hasil uji t menunjukkan nilai probability 0,0140 alpha 10 artinya usia berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 4,911892 artinya setiap
kenaikan kategori usia 1 satuan maka akan meningkatkan WTP sebesar Rp4.912. Hal ini sesuai dengan hipotesis, karena usia cenderung mempengaruhi pola pikir
seseorang dalam pengambilan keputusan dan kepedulian terhadap lingkungan. Semakin tinggi usia maka akan meningkatkan pemahaman dan pengalaman akan
lingkungan yang lebih baik. 3. Pengaruh Pendapatan PDPT terhadap WTP
Hasil uji t menunjukkan nilai probability 0.0022 alpha 10 artinya pendapatan berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 7,559237
artinya setiap kenaikan kategori pendapatan satu satuan maka akan meningkatkan WTP sebesar Rp7.559. Hal ini sesuai dengan hipotesis, karena tingkat pendapatan
keluarga yang tinggi mengindikasikan tingginya kemampuan finansial rumah tangga.
4. Pengaruh Pendidikan PDDK terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai probabilty 0,000 alpha 10 artinya
pendidikan berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 13,59255 artinya setiap kenaikan kategori pendidikan satu satuan maka akan meningkatkan
WTP sebesar Rp13.592. Hal ini sesuai dengan hipotesis, karena tingkat pendidikan cenderung mempengaruhi pola pikir seseorang untuk mendapatkan
suatu kondisi lingkungan yang lebih baik dan nyaman. 5. Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga JTK terhadap WTP
48 Hasil uji t menunjukkan nilai probability 0,385 alpha 10 artinya jumlah
tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata terhadap WTP. Menurut kriteria ekonomi variabel ini memiliki tanda parameter estimasi yang tidak sesuai dengan
hipotesis. Hal ini disebabkan berdasarkan hasil survey lapang, keluarga yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang besar cenderung berpendapatan tinggi.
Oleh karena itu jumlah WTP yang bersedia diberikan juga tinggi. 6. Pengaruh Status Tempat Tinggal STT terhadap WTP
Hasil uji t menunjukkan nilai probability 0,0078 alpha 10 artinya status tempat tinggal berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar 1,809360
artinya beda rata-rata WTP antara orang dengan status tempat tinggal milik sendiri dengan yang kontrak sebesar Rp1.809. Hal ini sesuai dengan hipotesis, karena
berdasarkan hasil survey lapang, responden dengan status tempat tinggal milik sendiri akan merasa lebih memiliki dan peduli akan lingkungan tempat tinggalnya.
7. Pengaruh Lama Tinggal LT terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai probability 0.000 alpha 10 artinya lama
tinggal berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar -9,536010 artinya setiap kenaikan kategori lama tinggal satu satuan maka akan menurunkan
WTP sebesar Rp9.536. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis, karena berdasarkan hasil survey lapang masyarakat yang sudah lama tinggal di lingkungan tempat
tinggal mereka cenderung sudah terbiasa dengan kejadian banjir yang terjadi apabila intensitas curah hujan tinggi, sehingga ada atau tidaknya ruang terbuka
hijau tidak mempengaruhi masyarakat untuk melakukan pelestarian ruang terbuka hijau.
8. Pengaruh Jarak Tempat Tinggal JTT terhadap WTP Hasil uji t menunjukkan nilai probability 0,1633 alpha 10 artinya jarak
tinggal tidak berpengaruh nyata terhadap WTP. Nilai koefisien sebesar -1,414131 artinya setiap kenaikan kategori jarak tempat tinggal satu satuan maka akan
menurunkan WTP sebesar Rp1.414. Hal ini sesuai dengan hipotesis, karena berdasarkan hasil survey lapang masyarakat yang tempat tinggalnya jauh dari
lokasi ruang terbuka hijau di sekitar Waduk Ria Rio cenderung tidak peduli terhadap keberadaan ruang terbuka hijau tersebut karena masyarakat yang jauh
49 dari lokasi ruang terbuka hijau cenderung belum secara signifikan merasakan
manfaat dari ruang terbuka hijau tersebut. Pengujian ekonometrika terhadap model dilakukan dengan uji asumsi klasik.
Pada penelitian ini Model regresi linear berganda sudah memenuhi uji asumsi klasik tersebut. Adapun hasil dari masing-masing uji adalah sebagai berikut:
1. Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas dalam model dapat dilihat pada nilai Variance
Inflation Factor VIF. Tabel hasil analisis regresi linear berganda pada Lampiran
3 menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas memiliki nilai VIF 10. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi pelanggaran multikolinearitas pada
model. 2. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dalam model dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson.
Nilai Durbin Watson yang didapatkan adalah sebesar 1,69. Menurut Firdaus 2004 apabila nilai statistik Durbin Watson berada pada selang 1,55
sampai 2,46 maka tidak terjadi autokorelasi. Autokorelasi juga dapat dilihat dengan uji Breusch-Godfrey yang dapat dilihat dalam tabel pada Lampiran 4.
Lampiran 5 menunjukkan bahwa p-value yang dihasilkan adalah sebesar 0,2996 alpha 10 yang artinya asumsi tidak ada autokorelasi terpenuhi.
3. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dalam model dilakukan dengan uji White yang
dapat dilihat dalam tabel pada Lampiran 5. Lampiran 5 menunjukkan bahwa p- value
yang dihasilkan adalah sebesar 0,9413 alpha 10 yang artinya asumsi homoskedasitisitas terpenuhi.
4. Uji Normalitas Pada Lampiran 6 menunjukkan p-value yang dihasilkan sebesar 0,726329
alpha 10 yang artinya asumsi normalitas terpenuhi atau hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal.