Latar Belakang Analisis Manfaat Sosial Ekonomi Ruang Terbuka Hijau pada Normalisasi Waduk Ria Rio Jakarta

7 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Fungsi Waduk

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2010, waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan. Bendungan adalah bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, beton, atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang, atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk. Waduk berfungsi untuk pengelolaan sumberdaya air yang ditujukan untuk meningkatkan pemanfaatan sumberdaya air guna kepentingan wilayah sekitar atau lingkungan waduk, serta pada kawasan hilir waduk, yang meliputi penyimpanan air dan pengendalian banjir. Situ adalah suatu wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan, dengan sumber air berasal dari air tanah atau air permukaan. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 1990 tentang pengawasan kawasan lindung waduk memiliki jarak sempadan hingga radius 200 meter, sedangkan untuk situ memiliki jarak sempadan 50-100 meter. Termasuk dalam kategori situ apabila luas permukaannya kurang dari 0,5 m 2 dengan kedalaman kurang dari 20 meter, termasuk dalam kategori waduk apabila luas permukaannya lebih dari 0,5 m 2 dan memiliki kedalaman dari 50 meter. Menurut Naryanto et al. 2009, fungsi waduk terbagi menjadi fungsi sosial, ekonomi, budaya, dan fungsi ekologi. Fungsi sosial, ekonomi, dan budaya waduk diantaranya adalah untuk keperluan air minum, keperluan pertanian, sarana transportasi, pembangkit tenaga listrik, sarana olahraga air, dan pariwisata. Selain itu terdapat juga fungsi ekologi waduk yakni sebagai pengendali banjir, pengatur tata air, habitat kehidupan liar atau spesies endemik. 2.1 Konsep Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan 2.1.1 Definisi dan Pengertian Ruang terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area atau kawasan maupun dalam bentuk area memanjangjalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa 8 bangunan. Ruang terbuka hijau adalah area memanjangjalur mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam, sedangkan izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, proporsi RTH pada wilayah kota adalah minimal sebesar 30 dari luas wilayah kota. Proporsi 30 merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta dapat meningkatkan nilai estetika kota.

2.1.2 Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau RTH

Penurunan kualitas dan kuantitas RTH membuat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai konsentrasi untuk melakukan upaya penambahan RTH mengingat fungsi RTH yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Berdasarkan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05PRT2008 RTH memiliki empat fungsi, yaitu sebagai fungsi ekologis yakni memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara paru-paru kota, pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin. Hal ini termasuk ke dalam fungsi utama intrinsik dari RTH. Pada sisi lain RTH memiliki fungsi tambahan ekstrinsik yaitu fungsi sosial dan budaya yakni menggambarkan ekspresi budaya lokal, merupakan media komunikasi warga kota, tempat rekreasi, wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam. Fungsi ekonomi yaitu sebagai sumber produk yang bisa dijual seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur, menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain. Fungsi estetika yakni meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan pemukimam, maupun makro: lansekap kota 9 secara keseluruhan, menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota, pembentuk faktor keindahan arsitektural, menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun. Berdasarkan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05PRT2008 manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung dalam pengertian cepat dan bersifat tangible, yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan teduh, segar, sejuk dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual kayu, daun, bunga, buah, dan manfaat tidak langsung berjangka panjang dan bersifat intangible, yaitu pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada konservasi hayati atau keanekaragaman hayati.

2.2 Persepsi

Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses menggabungkan dan mengorganisir data-data indera untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri Shaleh 2009. Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono 2002 adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya. Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Pada persepsi sosial ada dua hal yang ingin diketahui, yaitu keadaan dan perasaan orang lain saat ini, di tempat ini komunikasi non lisan kontak mata, busana, gerak tubuh, dan lain sebagainya atau lisan dan kondisi yang lebih permanen yang ada dibalik segala yang tampak saat ini baik niat, sifat, motivasi, dan sebagainya yang diperkirakan menjadi penyebab kondisi saat ini. Selanjutnya, perlu diperhatikan bahwa berbeda dari persepsi pada umumnya, persepsi sosial sangat menggantungkan diri pada komunikasi. Persepsi seseorang tentang sesuatu sangat tergantung pada komunikasi yang terjadi antara keduanya. Adapun perbedaan persepsi antara satu orang dengan orang lainnya disebabkan oleh lima faktor. Kelima faktor tersebut antara lain, pertama perhatian yakni rangsangan yang ada di sekitar kita tidak ditangkap secara sekaligus, tetapi hanya 10 difokuskan pada beberapa objek saja. Perbedaan fokus antara satu orang dengan orang lainnya akan menyebabkan perbedaan persepsi, kedua adalah set yakni harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul misalnya seorang pelari siap di garis awal terdapat set bahwa akan terdengar pistol di saat ia harus berlari, ketiga adalah kebutuhan, yakni kebutuhan-kebutuhan sesaat atau yang menetap akan mempengaruhi persepsi orang tersebut, keempat adalah sistem nilai seperti adat istiadat, kepercayaan yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi, dan kelima adalah ciri kepribadian, misalnya watak, karakter dan kebiasaan akan mempengaruhi pula persepsi Nurhayati 2010.

2.3 Teknik Valuasi Non Pasar Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Secara umum, teknik valuasi ekonomi sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan non-market valuation dapat digolongkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana Willingness to Pay WTP terungkap melalui model yang dikembangkan. Teknik ini disebut juga dengan revealed WTP atau keinginan membayar yang terungkap. Beberapa teknik yang termasuk ke dalam kelompok pertama ini adalah travel cost , hedonic pricing, dan teknik yang relatif baru yang disebut random utility model . Kelompok kedua adalah teknik valuasi yang didasarkan pada survey dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkan secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup populer dan juga akan digunakan dalam penelitian ini adalah Contingent Valuation Method CVM. Pada penelitian ini CVM dilakukan dengan teknik survei. Pendekatan CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif nilai non- pemanfaatan sumber daya alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaan. CVM pada hakikatnya bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar masyarakat, keinginan menerima misalnya kerusakan suatu lingkungan Fauzi 2010. Secara umum analisis CVM melibatkan tiga tahapan utama, yakni identifikasi barang dan jasa yang akan dievaluasi, konstruksi skenario hipotetik, dan elisitasi nilai moneter Pearce et al. dalam Fauzi 2014. Identifikasi barang dan jasa yang akan dievaluasi merupakan tahapan yang krusial dalam analisis