Dukungan Sosial

2.3.2 Dimensi dukungan sosial

Sarafino (2011) membagi dukungan sosial ke dalam empat bentuk, yaitu;

a) emotional support, dapat berupa ungkapan empati, perhatian, maupun kepedulian terhadap individu yang bersangkutan.

b) instrumental support, yang merupakan dukungan berupa batuan secara nyata yang bisa mendukung pekerjaan atau aktivitas sehari hari.

c) informational support, dukungan berupa nasihat, pengarahan, feed back,

mengenai hal-hal yang dilakukan oleh individu.

d) companionship support, yaitu dukungan yang berupa adanya kebersamaan, kesediaan, dengan mengerjaan aktivitas secara bersamaan.

2.3.3 Pengukuran dukungan sosial

Alat ukur dukungan sosial yang telah banyak digunakan, antara lain adalah:

1. Social Support Questionnaire (SSQ) yang dikembangkan oleh Sarason, Levine, Basham, dan Sarason pada tahun 1981 dan paling banyak digunakan untuk mengukur dukungan sosial. Alat ukur ini terdiri dari 27 item.

2. Berlin Social Support Scale (BSSS) yang dikembangkan oleh Schulz & Schwarzer pada tahun 2003 terdiri dari delapan item yang dikukur melalui empat poin skala likert (Shakespeare-Finch & Patricia, 2011).

3. 2-Way Social Support Scale (2-way SSS) yang dikembangkan oleh Shakespeare-Finch dan Patricia pada tahun 2011 yang terdiri dari 29 item yang dibentuk untuk mengukur emotional support, recieving intrumental support, giving emotional support, dan giving instrumental support (Shakespeare-Finch & Patricia, 2011).

Dari beberapa alat ukur yang ada, penulis memilih untuk mengkonstruk sendiri alat ukur berdasarkan teori dari Sarafino (2011) dengan menggunakan empat dimensi yang ada yaitu;

a) emotional support, dapat berupa ungkapan empati, perhatian, maupun kepedulian terhadap individu yang bersangkutan.

b) instrumental support, yang merupakan dukungan berupa batuan seraca nayata yang bisa mendukung pekerjaan atau aktivitas sehari hari.

c) informational support, dukungan berupa nasihat, pengarahan, feed back,

mengenai hal-hal yang dilakukan oleh individu mengenai hal-hal yang dilakukan oleh individu

2.4 Work Family Conflict

2.4.1 Definisi work family conflict Carlson, Kacmar, dan Williams (2000) menyatakan work-family conflict adalah kondisi yang dirasakan seseorang karena salah satu peran (pekerjaan atau keluarga) menganggu peran yang lain (keluarga atau pekerjaan).

Work-family conflict adalah salah satu dari bentuk interrole conflict yaitu tekanan atau ketidakseimbangan antara peran di dalam pekerjaan dengan peran di dalam keluarga (Greenhaus & Beutell, 1985).

Dalam teori peran menunjukkan bahwa sebagai karyawan yang loyal kepada perusahaan, mereka cenderung memiliki sedikit waktu dan tenaganya untuk mengabdi kepada pasangan dan tanggung jawab mereka di dalam keluarga (Hochschild, 1997).

Menurut Greenhaus dan Beutell (1985) work-family conflict memiliki sifat yang bidirectional . Tekanan dari peran pekerjaan dan keluarga bisa terjadi secara simultan di kedua arah. Artinya, tuntutan peran yang berlebihan dari domain kerja (yaitu jam kerja, jadwal kerja yang fleksibel, dll) dapat mengakibatkan konflik dari tanggung jawab pekerjaan yang mengganggu tanggung jawab terhadap keluarga ( work-to-family conflict ).

Demikian pula, peran yang di tuntut dari domain keluarga (yaitu mengurus anak, pekerjaan rumah tangga, dll) dapat mengakibatkan konflik dari tanggung jawab keluarga yang mengganggu tanggung jawab terhadap pekerjaan ( family-to- Demikian pula, peran yang di tuntut dari domain keluarga (yaitu mengurus anak, pekerjaan rumah tangga, dll) dapat mengakibatkan konflik dari tanggung jawab keluarga yang mengganggu tanggung jawab terhadap pekerjaan ( family-to-

Meskipun konflik dari pekerjaan ke keluarga ( work-to-family conflict ) dan konflik dari keluarga ke pekerjaan ( family-to-work conflict ) telah dibedakan secara konseptual (Greenhaus & Beutell, 1985), namun sebagian besar penelitian telah menilai bahwa hanya pekerjaan yang dapat mengganggu peran dalam keluarga di bawah istilah umum work family conflict (Netemeyer, 1996).

Dari beberapa definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa work family conflict secara mendasar oleh Carlson, Kacmar, dan Williams (2000) yaitu kondisi yang dirasakan seseorang karena salah satu peran (pekerjaan atau keluarga) menganggu peran yang lain (keluarga atau pekerjaan).

2.4.2 Dimensi work-family conflict

Menurut Carlson, Kacmar, dan Williams (2000) work-family conflict terdiri dari dimensi yaitu:

1. Time based conflict Time based conflict adalah konflik yang terjadi karena waktu yang digunakan untuk memenuhi satu peran tidak dapat digunakan untuk memenuhi peran lainnya, artinya pada saat yang bersamaan seorang yang mengalami konflik peran ganda tidak akan bisa melakukan dua atau lebih peran sekaligus. Menurut Staines dan O'Connor (1980) peran ganda mungkin dapat menyulitkan dan seolah berlomba mendapatkan prioritas dari seseorang yang mengalaminya. Time based

conflict memiliki 2 bentuk, yaitu: conflict memiliki 2 bentuk, yaitu:

b. Adanya tuntutan waktu dapat menyebabkan individu terokupasi dengan peran yang satu pada saat seharusnya individu mencoba memenuhi tuntutan peran yang lain (Bartolome & Evans, dalam Greenhaus & Beutell, 1985).

2. Strain based conflict S train based conflict yaitu ketegangan yang dihasilkan oleh salah satu peran membuat seseorang sulit untuk memenuhi tuntutan peran yang lain sehingga menimbulkan ketegangan bagi individu dalam bentuk ketidakpuasan, tekanan, kecemasan, dan kelelahan.

Strain based conflict masuk dalam salah satu domain yang mengakibatkan ketegangan baik fisik maupun psikologis sehingga menghambat kinerja peran

dalam domain lain.

3. Behavior based conflict Behavior based conflict adalah konflik yang muncul ketika suatu tingkah laku berperan secara efektif untuk satu peran namun tidak efektif digunakan untuk peran yang lain. Sebagai contoh, perilaku agresif, konfrontatif dan asertif dalam penyelesaian masalah yang yang diinginkan pada konteks pekerjaan mungkin tidak pantas diterapkan dalam lingkungan keluarga di mana pendekatan penuh kehangatan, pola asuh yang baik dan kolaboratif lebih diinginkan (Greenhaus & Beutell, 1985; Edwards & Rothbard, 2000).

2.4.3 Pengukuran work family conflict Pengukuran work family conflict pada penelitian ini menggunakan skala yang dikembangkan oleh Carlson, Kacmar, dan Williams (2000) yang terdiri dari 18 item.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25