4.8. Konsumsi Oksigen O
2
Ulat Sutera
Konsumsi oksigen O
2
ulat sutera Bombyx mori L. yang diberi vitamin B1 pada pakan daun murbei Morus sp. pada instar III, IV dan V dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Rata-rata konsumsi oksigen ulat sutera Bombyx mori L. yang diberi
pakan daun murbei Morus sp. dengan menggunakan vitamin B1
dengan konsentrasi yang berbeda Perlakuan
Konsumsi Oksigen ml mg100ml
Instar III Instar IV
instar V
0,0 0,024±0,005
b
0,049±0,007
b
0,060±0,008
a
0,1 0,044±0,005
a
0,052±0,004
a
0,055±0,005
a
0,2 0,026±0,005
b
0,049±0,007
b
0,059±0,005
a
0,3 0,025±0,005
b
0,052±0,006
b
0,056±0,008
a
0,4 0,046±0,005
a
0,058±0,004
a
0,062±0,006
a
keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata p0,05
Berdasarkan Tabel 4.6 konsumsi oksigen pada instar III, IV dan V lebih tinggi pada ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi vitamin B1 pada
konsentrasi 0,4mg100ml mencapai 0,046 ml; 0,058 ml dan 0,062 ml. Uji statistika laju konsumsi oksigen pada instar III dan IV berbeda nyata pada konsentrasi vitamin
B1 0,1mg100ml dan 0,4mg100ml dengan kontol, namun pada instar V konsumsi oksigen tidak berbeda nyata antara kelompok perlakuan dengan kontrol. Hal ini
menunjukkaan bahwa konsumsi oksigen ulat sutera yang diberi vitamin B1 pada daun murbei lebih berpengaruh pada konsentrasi 0,4mg100ml. Menurut Hamano et al.,
1995 menyatakan bahwa konsumsi oksigen yang dibutuhkan larva akan berpengaruh terhadap tingkat metabolisme dan juga pada masa pertumbuhan larva.
4.9. Jumlah Pengeluaran Karbon Dioksida CO
2
Jumlah pengeluaran karbon dioksida CO
2
ulat sutera Bombyx mori L. yang diberi vitamin B1 pada pakan daun murbei Morus sp. pada instar III, IV dan V dapat
dilihat pada Tabel 4.7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Rata-rata jumlah pengeluaran karbon dioksida ulat sutera Bombyx
mori L. yang diberi pakan daun murbei Morus sp. dengan menggunkan vitamin B1 dengan konsentrasi yang berbeda
Perlakuan Jumlah pengeluaran Karbon Dioksida ml
mg100ml Instar III
Instar IV Instar V
0,0 0,024±0,005
b
0,047±0,006
b
0,058±0,007
a
0,1 0,034±0,008
a
0,051±0,005
a
0,057±0,008
a
0,2 0,024±0,005
b
0,044±0,005
b
0,059±0,005
a
0,3 0,022±0,004
b
0,046±0,005
b
0,061±0,007
a
0,4 0,043±0,004
a
0,061±0,008
a
0,062±0,009
a
keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata p0,05
Berdasarkan Tabel 4.7 jumlah pengeluaran karbon dioksida pada instar III, IV dan V meningkat pada ulat sutera yang mengkonsumsi daun murbei yang diberi
vitamin B1 pada konsentrasi 0,4mg100ml mencapai 0,043 ml; 0,061 ml dan 0,062 ml. Uji statistika jumlah pengeluaran karbon dioksida ulat sutera yang diberi vitamin
B1 pada daun murbei instar III dan IV pada konsentarasi 0,1mg100ml dan 0,4mg100ml berbeda nyata p0,05 dengan kontrol, sedangkan pada instar V tidak
berbeda nyata p0,05 antara kontrol dengan kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin B1 pada daun murbei terhadap jumlah
pengeluaran karbon dioksida lebih berpengaruh pada konsentrasi 0,4mg100ml karena vitamin B1 yang diberi pada daun murbei mempengaruhi pertumbuhannya untuk
menghasilkan karbon dioksida pada ulat sutera.
Menurut Hamano et al., 1995 jumlah pengeluaran karbon dioksida dapat mempengaruhi pertumbuhan pada larva, karena laju respirasi yang tinggi pada kondisi
fisiologis yang normal akan berpengaruh terhadap aktivitas metabolisme dalam gizi yang dianggap paling penting sebagai salah satu penentu pertumbuhan, perkembangan
dan aktivitas fisiologis pada larva.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan