BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keluarga Berencana
Keluarga Berencana family planning adalah kegiatan untuk melakukan pembatasan kelahiran baik untuk sementara agar dapat dicapai jarak antara dua
kelahiran, maupun untuk selamanya agar dapat dicegah bertambahnya anak. Paradigma baru program Keluarga Berencana telah diubah visinya selain untuk
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera juga untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015, dimana keluarga yang berkualitas adalah
keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru program Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai
upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga DepKes RI, 2003.
2.2. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata: Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan sel telur sel wanita yang matang dengan sel
sperma sel pria yang mengakibatkan kehamilan. Tujuan dari kontrasepsi adalah untuk menghindarimencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel
telur dengan sel sperma tersebut Sou,yb, J, 1989. Cara kerja kontrasepsi bermacam- macam tetapi pada umumnya:
Universitas Sumatera Utara
1. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi. 2. Melumpuhkan sperma.
3. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma. 2.3. Kondom
Kondom merupakan selubungsarung karet yang tipis yang terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks karet, plastik vinil, atau bahan alami produk
hewani berwarna atau tidak berwarna yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan
efektivitasnya misalnya penambahan spermicide maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual. Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal: bentuk, warna, pelumas,
rasa, ketebalan, dan bahan Hartanto, 2010.
2.3.1. Keuntungan
Menurut Hartanto 2010, keuntungan menggunakan kondom, yaitu 1. Mencegah kehamilan
2. Memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seks PHS. 3. Dapat diandalkan
4. Relatif murah 5. Sederhana, ringan, disposable
6. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervise atau follow-up. 7. Reversibel
8. Pria ikut secara aktif dalam program KB.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Kerugian
Menurut Hartanto 2010, kerugian menggunakan kondom, yaitu 1. Angka kegagalan relatif tinggi
2. perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang kondom
3. Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada setiap senggama. Keuntungan-keuntungan kontraseptif tersebut akan diperoleh kalau kondom
dipakai secara benar dan konsisten pada setiap senggama, karena umumnya kegagalan yang timbul disebabkan pemakaian yang tidak benar, tidak konsisten,
tidak teratur atau tidak hati-hati.
2.3.3. Indikasi Kondom
Adapun indikasi dalam penggunaan kondom, yaitu Hartanto, 2010: 1. Pria
a. Penyakit genitalia b. Sensitivitas penis terhadap secret vagina
c. Ejakulasi prematur 2. Wanita
a. Vaginitis, termasuk yang dalam pengobatan b. Kontraindikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD, sedangkan pemasangan
diafragma atau kap serviks secara anatomis atau psikologis tidak memungkinkan.
c. Untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang dilepaskan di dalam vagina.
Universitas Sumatera Utara
d. Metode temporer: − Belum mengadakan senggama secara teratur
− Selama haid − Selama mid-siklus pada pemakaian IUD
− Selama siklus pertama dari kontrasepsi oral dosis-rendah. − Gagal memakai kontrasepsi oral secara benartepat.
− Selama periode awal post-partum. − Keengganan psikologis untuk bersentuhan dengan semen.
− Keengganan psikologis atau religius untuk menggunakan suatu kontraseptivum.
3. Pasangan Pria dan Wanita a. Pengendalian dari pihak pria lebih diutamakan
b. Senggama yang jarang c. Penyakit kelamin aktif atau tersangka.
d. Herpes genitalis atau kondiloma akuminata e. Urethritis karena sebab apapun, termasuk yang sedang dalam terapi.
f. Sistitis, disuria atau pyuria, sampai penyebabnya ditegakkan. g. Metode sementara sebelum menggunakan kontrasepsi oral atau IUD.
2.3.4. Macam-Macam Kondom
Kondom terdapat dalam berbagai macam, yaitu Hartanto, 2010: 1. Kulit
a. Dibuat dari membrane usus biri-biri caecum
Universitas Sumatera Utara
b. Tidak meregang atau mengkerut c. Menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi
sensitivitas selama senggama. d. Lebih mahal.
e. Jumlahnya 1 dari semua jenis kondom 2. Lateks
a. Paling banyak dipakai b. Murah
c. Elastis 3. Plastik
a. Sangat tipis 0.025 – 0.035 mm b. Juga menghantarkan panas tubuh.
c. Lebih mahal dari kondom lateks Untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan fisiologis calon akseptor, kondom
dibuat dalam aneka-ragam model: − Opaque
− Transparant − Berwarna merah, hitam, biru, hijau, kuning, dan lain-lain
− Berujung datar atau berujung-kantongreservoir. − Keringberpelumas non toksiknon irritans
Universitas Sumatera Utara
2.3.5. Syarat-Syarat Standar yang Harus Dipenuhi oleh Kondom
1. Test elektronik a. Untuk menemukan lubang kecil”lubang jarum” pada kondom.
b. Dasar test ini: karet tidak menghantarkan arus listrik. 2. Test pengisian air water volume tets
a. Untuk menemukan ada tidaknya lubang pada kolom. b. Kondom diisi dengan 300 cc air, diikat, dan diletakkan pada kertas
absorbent atau kain. 3. Kekuatan kondom
a. Ini merupakan faktor terpenting dari kondom. b. Untuk menentukan kekuatan kondom dilakukan:
a Test pengisian udara Air burst test : - Kondom diisi dengan 20-25 liter udara.
- Test ini menguji kekuatan seluruh kondom. b Tesile test :
- Sebagian kecil dari kondom direganggan dan diukur kekuatannya sampai bagian tersebut pecah minimal: 200 kgcm
2
. - Test ini hanya menguji sebagian dari kondom.
4. “Umur” kondom aging Dilakukan pemanasan dari kondom pada 70±2
C selama 166±2 jam, lalu didiamkan pada suhu 23±5
C selama 12-96 jam, lalu kondom dibuka dan diperiksa ada tidaknya kerusakan.
Universitas Sumatera Utara
5. Kemasan kondom a. Kemasan kondom harus kedap udara karena udara dapat merusak karet.
b. Demikian pula dengan panas dan cahaya, yang bila disertai adanya udara O
2
dapat mempercepat kerusakan karet. 6. Ukuran kondom
a. Ada 2 kelas ukuran kondom: Kelas I
: panjang 160 mm, lebar 52 ± 2 mm Kelas II
: panjang 150 mm, lebar 48 ± 2 mm. b. Umumnya ukuran standar kondom adalah:
Panjang : minimal 160 mm
Lebar : 45-55 mm
Tebal : maksimal 0.07-0.16 mm
2.3.6. PenerimaanAkseptabilitas
Sebab utama dari tidak efektifnya kondom adalah penggunaan yang tidak konsisten, dan ini disebabkan antara lain Hartanto, 2010:
1. Berkurangnya sensitivitas pria, dan juga wanita, selama senggama. 2. Ketidaknyamanan metode ini “merepotkan”.
3. Bayanganreputasi yang kurang baik mengenai kondom dihubungkan dengan pelacuran, penyakit kelamin.
4. Adanya anggapan yang salah perihal efektivitas dan efek samping, misalnya adanya kepercayaan bahwa:
a. Semen merupakan suatu tonikum health tonic yang diperlukan oleh wanita. b. Kondom dapat menyebabkan impotensi.
Universitas Sumatera Utara
2.3.7. Efek Non-Kontraseptif
1. Perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seks PHS, yang sedang hangat dewasa ini yaitu AIDS.
2. Perlindungan terhadap PIDinfeksi cairan amnion pada wanita hamil. 3. Kadang-kadang kondom dianjurkan untuk mengobati ejakulasi-prematur, karena
kondom mengurangi sensitivitas glans penis. 4. Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kondom mempunyai efek
melindungi, dan mungkin juga efek terapeutik, terhadap timbulnya sel-sel serviks yang abnormal mungkin oleh Human Papilloma Virus = HPV, sehingga
kemungkinan timbulnya cervical displasia ataupun karsinoma serviks menjadi lebih kecil.
5. Terapi Infertilitas. Pada wanita-wanita tertentu, ditemukan adanya antibody terhadap spermatozoa,
yang penyebab sampai sekarang belum diketahui. Dengan memakain kondom, diharapkan titerkadar antibody tersebut menurun.
Dan setelah pemakaian jangka waktu tertentu, pada senggama biasa tanpa kondom yang diatur waktunya sekitar masa ovulasi, diharapkan dapat terjadi
fertilitas.
2.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi pada Pria
a. Umur
Kesehatan pasangan usia subur sangat memengaruhi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga waktu melahirkan, jumlah kelahiran atau banyaknya anak
Universitas Sumatera Utara
yang dimiliki dan jarak anak tiap kelahiran. Maka dari itu umur merupakan salah satu faktor seseorang untuk menjadi akseptor KB, sebab umur berhubungan dengan
potensi reproduksi dan juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang melakukan vasektomi dan tubektomi sebagai cara kontrasepsi BKKBN, 2007. Sementara
menurut Suprihastuti 2000 dalam Ekarini 2008, diketahui bahwa umur pemakai alat kontrasepsi pria cenderung lebih tua dibanding yang tidak pemakai alat
kontrasepsi. Indikasi ini memberi petunjuk bahwa kematangan pria juga ikut mempengaruhi untuk saling mengerti dalam kehidupan keluarga.
b. Jumlah anak
Salah satu faktor yang menentukan keikutsertaan pasangan suami istri dalam gerakan Keluarga Berencana adalah banyaknya anak yang dimilikinya. Diharapkan
pada pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak, kemungkinan untuk memulai kontrasepsi lebih besar dibandingkan dengan pasangan yang mempunyai
anak lebih sedikit. BKKBN 2007 menerangkan bahwa yang dimaksud keluarga kecil adalah keluarga yang jumlah anaknya paling banyak dua orang.
c. Pendidikan