Berdasarkan Tabel 4.19. diperoleh sebanyak 31 73,8 dari 42 responden memakai alat kontrasepsi dengan akses pelayanan KB kategori mudah. Sementara
diantara responden dengan akses pelayanan KB kategori sulit, diperoleh sebanyak
33 38,4 dari 95 responden memakai alat kontrasepsi. Hasil chi-square diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan secara signifikan antara akses
pelayanan KB dengan pemakaian alat kontrasepsi.
4.4. Analisis Multivariat
Analisi multivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat secara bersama-sama dan untuk melihat variabel paling
dominan dari variabel independen. Berdasarkan hasil uji Chi-Square terdapat 6 variabel jumlah anak, pendidikan, tingkat pendapatan, pengetahuan, sikap dan akses
pelayanan layak dimasukkan pada model analisis multivariat p25. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.19
Tabel 4.20. Hasil Analisis Bivariat Variabel
p Jumlah anak
Pendidikan Tingkat Pendapatan
Pengetahuan Sikap
Akses Pelayanan Umur
0,032 0,003
0,020 0,002
0,014 0,000
0,478
Dari tabel 4.20 diketahui variabel jumlah anak, pendidikan, tingkat pendapatan, pengetahuan, sikap dan akses pelayanan mempunyai nilai p 0,05 dan
diolah secara bersama-sama dengan menggunakan metode forward stepwise pada
Universitas Sumatera Utara
tingkat kepercayaan 95. Pada tabel 4.21 terdapat 5 variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan alat kontrasepsi.
Tabel 4.21. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda dengan Tingkat Kepercayaan 95
Variabel B
Exp B OR
95 CI for Exp B
p
Pendidikan Jumlah anak
Pengetahuan Sikap
Akses pelayanan 1,131
0,971 0,969
1,111 1,587
3,098 2,640
2,636 3,039
4,887 1,236-7,766
1,138-6,124 0,983-7,067
1,127-8,184
1,957-12,205 0,016
0,024 0,054
0,028 0,001
Konstanta -3,393
0,034 0,000
Berdasarkan tabel 4.21. diketahui besar risiko Odds Ratio variabel pendidikan responden adalah 3,098 yang berarti bahwa responden yang
berpendidikan minimal SLTA memiliki peluang 3 kali lebih besar untuk memakai alat kontrasepsi dibandingkan suami yang berpendidikan SD-SLTP setelah dikontrol
variabel jumlah anak, pengetahuan, sikap dan akses pelayanan 95 CI : 1,236- 7,766.
Besar risiko Odds Ratio variabel jumlah anak adalah 2,646 yang berarti bahwa responden yang memiliki anak 2 orang memiliki peluang 3 kali lebih besar
untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan responden yang memiliki anak ≤
2 orang setelah dikontrol variabel pendidikan, pengetahuan, sikap dan akses pelayanan 95 CI : 1,138-6,124.
Berdasarkan risiko Odds Ratio variabel pengetahuan 2,636 yang berarti bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik memiliki peluang 3 kali lebih
besar untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan responden yang
Universitas Sumatera Utara
berpengetahuan rendah setelah dikontrol variabel pendidikan, jumlah anak, sikap dan akses pelayanan 95 CI : 0,983-7,067.
Besar risiko Odss Ratio variabel sikap adalah 3,039 yang berarti bahwa responden yang memiliki sikap baik memiliki peluang 3 kali lebih besar untuk
memakai alat kontrasepsi dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap tidak baik setelah dikontrol variabel pendidikan, jumlah anak, pengetahuan dan sikap
95 CI : 1,127-8,194. Besar risiko Odds Ratio variabel akses pelayanan adalah 4,887 yang berarti
bahwa responden yang mudah mengakses pelayanan KB memiliki peluang 5 kali lebih besar untuk memakai alat kontrasepsi dibandingkan responden yang sulit
mengakses pelayanan KB setelah dikontrol variabel pendidikan, jumlah anak, pengetahuan dan sikap 95 CI : 1,957-12,205. Dari lima variabel yang
berpengaruh secara signifikan terhadap pemakaian alat kontrasepsi, akses pelayanan merupakan variabel yang paling besar berpengaruh terhadap pemakaian alat
kontrasepsi di Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Umur Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi
Hasil analisis bivariat menunjukkan sebanyak 3347,1 responden berumur 36 tahun menggunakan alat kontrasepsi. Sementara diantara responden yang
berumur ≥ 36 Tahun, diperoleh sebanyak 31 53,4 dari 58 responden memakai
alat kontrasepsi. Berdasarkan hasil perhitungan statistik Chi square ditemukan tidak ada hubungan yang bermakna dari umur responden dimana p=0,478 p0,05 dan
tidak dapat dilanjutkan keanalisis multivariat p0,25. Hal ini berbeda dengan Suprihastuti 2000 dalam Ekarini 2008, diketahui
bahwa umur pemakai alat kontrasepsi pria cenderung lebih tua dibanding yang tidak pemakai alat kontrasepsi. Indikasi ini memberi petunjuk bahwa kematangan pria juga
ikut mempengaruhi untuk saling mengerti dalam kehidupan keluarga. Peneliti menemukan bahwa responden pada kelompok umur
≤ 36 tahun yang masih tinggi frekuensi senggamanya, justru lebih banyak menggunakan kondom.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, ternyata mereka menggunakan kondom dengan alasan mudah diperoleh, mudah digunakan dan karena saat ini telah banyak
variasi rasa dan bentuk kondom yang dijual sehingga mereka lebih senang menggunakan kondom sebagai alat kontrasepsi. Sementara pada kelompok pria di
atas 36 tahun yang lebih sedikit menggunakan kondom beralasan jika mereka sudah jarang melakukan senggama, sehingga mereka hanya butuh kontrasepsi hanya
pada saat-saat tertentu.
Universitas Sumatera Utara