Pengaruh Pendapatan Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi

untuk melakukan KB, sehingga semakin meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang mengetahui dan menggunakan kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya.

5.4. Pengaruh Pendapatan Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi

Hasil analisis bivariat menunjukkan 55 55,6 responden berpendapatan tinggi memakai alat kontrasepsi. Sementara diantara responden yang berpendapatan rendah diperoleh sebanyak 9 31,0 memakai kontrasepsi. Berdasarkan hasil uji Chi Square diperolah nilai p=0,020 p0,05 dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Berdasarkan hasil analisis regeresi logistik ganda dibuktikan tidak ada pengaruh yang bermakna dari pendapatan responden terhadap pemakaian alat kontrasepsi dimana p=0,154 p0,05. Berdasarkan informasi dari responden yang tidak memakai alat kontrasepsi, mereka beralasan walaupun mereka memiliki biaya untuk membeli alat kontrasepsi, namun petugas kesehatan ataupun tempat pelayanan kesehatan didaerah mereka sangat jarang sekali menyediakan kondom sehingga mereka sulit memperolehnya. 5.5. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Hasil analisis bivariat menunjukkan 55 57,9 responden memakai alat kontrasepsi dengan pengetahuan kategori baik. Sementara diantara responden dengan pengetahuan kategori tidak baik, diperoleh 9 27,3 responden memakai alat kontrasepsi. Hasil uji chi-square diperoleh nilai p = 0,002 p0,05, maka dapat Universitas Sumatera Utara disimpulkan ada hubungan yag bermakna antara pengetahuan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Berdasarkan analisis regresi logistik ganda dibuktikan adanya pengaruh yang bermakna dari pengetahuan responden terhadap pemakaian alat kontrasepsi dimana nilai p=0,054 p0,05. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan Purwoko 2000, yang mengatakan bahwa pengetahuan menyumbangkan peran dalam menentukan pengambilan keputusan untuk memilih alat kontrasepsi tertentu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang alat kontrasepsi, maka makin meningkat pula perannya sebagai pengambil keputusan. Kurang berperannya suami dalam program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi disebabkan oleh pengetahuan suami mengenai KB secara umum relatif rendah, sebagaimana terungkap pada penelitian Suherni, dkk. 1999 bahwa pria yang mengetahui secara lengkap tentang alat kontrasepsi wanita dan pria hanya 6.2. Itupun hanya diantara priasuami yang menggunakan alat kontrasepsi. Hasil studi kualitatif BKKBN di DKI dan DIY tahun 1999, memperlihatkan bahwa sebagian besar pria mengetahui tujuan KB yaitu untuk mengatur kelahiran, membentuk keluarga yang bahagia serta menyadari bahwa KB itu penting. Hasil yang relatif sama juga dijumpai dari temuan studi di Jawa Tengah dan Jawa Timur tahun 2001 yang dilakukan 393 pria kawin. Hasil studi ini memperlihatkan bahwa pengetahuan pria tentang pengertian dan tujuan KB pada umumnya cukup baik meskipun belum semua dapat menerangkan secara jelas. Lebih dari setengah responden 58 menyatakan bahwa KB bermaksud untuk mengatur jarak kelahiran, sebesar 43,5 mengetahui bahwa KB bertujuan untuk mencegah kehamilan, dan Universitas Sumatera Utara yang mengetahui bahwa dengan menjadi peserta KB dapat membatasi kelahiran disampaikan oleh responden sebanyak 41.2 BKKBN, 2001.

5.6. Pengaruh Sikap Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi