Pengaruh Jumlah Anak Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi

5.2. Pengaruh Jumlah Anak Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi

Hasil analisis bivariat menunjukkan sebanyak 21 38,9 responden memakai alat kontrasepsi dengan jumlah anak ≤ 2 orang. Sementara diantara responden yang memiliki jumlah anak 2 orang, diperoleh sebanyak 4358,1 responden memakai alat kontrasepsi. Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p=0,032p0,05 ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan pemakaian alat kontrasepsi. Dan hasil analisis regeresi logistik ganda dibuktikan ada pengaruh yang bermakna antara jumlah anak terhadap pemakaian alat kontrasepsidimana p=0,024p0,05. Berdasarkan hasil penelitian Afif Rifai 2011, diketahui bahwa Jumlah anak hidup mempunyai hubungan dengan pemakaian jenis kontrasepsi baik di kalangan responsden Islam maupun responden non Islam. Kecenderungan pemakaian kontrasepsi efektif di kalangan responden Islam baru terlihat ketika jumlah anak yang dipunyai mencapai lima atau lebih, sedang pada kelompok responden non Islam kecenderungan pemakaian kontrasepsi efektif sudah terlihat pada jumlah anak 3-4 orang anak. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah anak yang diinginkan, dimana proporsi yang menginginkan jumlah anak lebih dari empat lebih besar di kalangan responden Islam dari pada di kalangan responden non Islam. 5.3. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi Hasil analisis bivariat menunjukkan 50 59,5 responden yang memiliki pendidikan tinggi menggunakan alat kontrasepsi. Sedangkan responden yang memiliki pendidikan rendah 14 31,8 menggunakan alat kontrasepsi. Hasil uji Chi Universitas Sumatera Utara Square diperoleh nilai p=0,003 p0,05 disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemakaian alat kontrasepsi. Secara analisis regresi logistik ganda dibuktikan ada pengaruh yang bermakna dari pendidikan responden terhadap pemakaian alat kontrasepsi dimana p=0,016 p0,05. Hasil penelitian Suprihastuti 2000 yang dikutip Ekarini 2008, diketahui bahwa pria yang berpendidikan tinggi cenderung memilih kondom dibanding yang berpendidikan rendah. Dimana kelompok pria berkontrasepsi pendidikannya lebih tinggi, yaitu tamat SLTA dan Perguruan Tinggi dibanding yang tidak ber KB yaitu sebesar 11,4 dan 6,2. Secara statistik ternyata tingkat pendidikan berpengaruh secara bermakna terhadap pemakaian kontrasepsi pria p0.05. Pendidikan suami yang rendah akan mempengaruhi daya nalar suami atau keluasan wawasannya sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan dalam pemilihan alat kontrasepsi. Penelitian menemukan 59,5 responden yang menggunakan alat kontrasepsi memiliki pendidikan minimal SLTA. Hal ini dipertegas dengan penelitian Purwoko 2000, pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional daripada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha-usaha pembaharuan. Ia juga lebih dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan sosial. Secara langsung maupun tidak langsung dalam hal Keluarga Berencana KB. Karena pengetahuan KB secara umum diajarkan pada pendidikan formal di sekolah. Semakin tinggi tingkat pendidikan pasangan yang ikut KB, makin besar pasangan suami istri memandang anaknya sebagai alasan penting Universitas Sumatera Utara untuk melakukan KB, sehingga semakin meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang mengetahui dan menggunakan kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya.

5.4. Pengaruh Pendapatan Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi