Perkembangan Impor Beras di Indonesia

meningkat di tahun 2012 yaitu sebesar 3,01 persen. Peningkatan produktivitas petanian pada tahun 2012 tidak terlepas dari peningkatan kemampuan petani dalam mengaplikasikan teknologi yang dibutuhkan dalam kegiatan usahatani serta kegiatan pendapingan dan penyuluhan yang dilakukan pemerintah. Pentingnya inovasi teknologi dalam pembangunan pertanian dapat dilihat dari peningkatan produksi padi dari tahun ke tahun dan peranan penyuluhan sangat penting dalam mengembangkan kemampuan petani.

4.1.4 Perkembangan Impor Beras di Indonesia

Perkembangan impor beras di Indonesia mengalami pola yang berubah- ubah setiap tahunnya. Pada tahun 1986, impor beras Indonesia 27.765 ton dan pada tahun 1987 impor beras mengalami peningkatan sebesar 27.217 ton, peningkatan ini telah mencapai 98.03 persen. Pada tahun 1988 impor beras di Indonesia menunjukkan penurunan sebesar 22,252 ton. Hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi beras, keberhasilan produksi beras disebabkan kebijakan yang menekankan penggunaan teknologi baru, investasi infrastruktur, dan harga-harga yang menguntungkan petani. Penggunaan varietas unggul, penggunaan pupuk, penyuluhan kepada petani dan perbaikan pengolahan air irigasi adalah faktor-faktor kunci dalam meningkatkan produksi beras. Penurunan impor beras di Indonesia tidak bertahan lama karena pada tahun 1989 impor beras di Indonesia kembali menunjukkan peningkatan besar yaitu mencapai 235.591 ton. Pola impor beras di Indonesia yang hampir setiap tahun menunjukkan perubahan pada sektor pertaniannya, memperlihatkan bahwa Indonesia belum mampu menjaga stabilisasi kondisi yang Universitas Sumatera Utara mempengaruhi peningkatan impor beras dan kurangnya perhatian pemerintah untuk menjaga stabilisasi impor beras. Perkembangan impor beras di Indonesia dari tahun 1986 sampai 2012 dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2 Perkembangan Impor Beras di Indonesia Tahun 1986-2012 ton No Tahun Impor Beras Pertumbuhan Impor Beras 1 1986 27765 2 1987 54982 98.03 3 1988 32730 -40.47 4 1989 268321 719.8 5 1990 49577 -81.52 6 1991 170994 244.9 7 1992 611697 257.73 8 1993 24580 -95.98 9 1994 633048 2475.4 10 1995 1807875 185.5 11 1996 2149758 18.91 12 1997 349681 -83.73 13 1998 2895118 727.9 14 1999 4751398 39.06 15 2000 1355666 -71.46 16 2001 644733 -52.44 17 2002 1805380 180.01 18 2003 1428506 -20.87 19 2004 236867 -83.42 20 2005 189617 -19.95 21 2006 438108 131.04 22 2007 1406847.6 221.1 23 2008 289689.4 -79.4 24 2009 250473.1 -13.53 25 2010 687581.5 174.5 26 2011 2750476.2 300.02 27 2012 1810372.3 -34.17 Sumber: Badan Pusat Statistik diolah Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1993 impor beras Indonesia mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar 587.117 ton dari tahun 1992. Penurunan impor beras ini dipengaruhi oleh kebijakan pada program repelita VI 1984-1989, dimana yang menjadi sasaran pembangunan pertanian dalam repelita VI adalah meningkatnya pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan, meningkatnya diversifikasi usaha dan hasil pertanian, serta meningkatnya intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian yang didukung oleh industri pertanian, yang menjadi sasaran pula dalam pembangunan pertanian dalam repelita VI adalah meningkatnya produktivitas tenaga kerja dan kesempatan kerja di sektor pertanian serta terpeliharanya kemantapan swasembada pangan dengan meningkatkan kemampuan petani dalam menerapkan dan menguasai teknologi pertanian, meningkatkan produktivitas usaha tani, meningkatkan daya saya saing dan pangsa hasil pertanian di pasar dalam negeri dan luar negeri dan meningkatkan kemampuan kelembagaan pertanian dalam mengembangkan agrobisnis dan agroindustri. Pada tahun 1993 menunjukkan bahwa kebijakan yang dibuat mengenai pembangunan pertanian berpengaruh kepada peningkatan produktivitas pertanian dan secara langsung juga mempengaruhi besarnya impor. Pada tahun 1994 pertumbuhan impor beras di Indonesia meningkat sangat signifikan yaitu mencapai 2475,4 persen, hal ini dipengaruhi produksi padi yang menurun, dimana penurunan produksi padi disebabkan karena musim kemarau yang panjang serta bencana banjir dibeberapa daerah. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah melakukan penyediaan pangan nasional dengan melakukan impor beras yang cukup besar. Impor beras yang dilakukan sangat menekan Universitas Sumatera Utara produksi yang dilakukan oleh petani di Indonesia karena impor yang besar akan mempengaruhi harga domestik dan penjualan beras domestik sehingga pendapatan petani akan berkurang dan tidak mampu membayar biaya produksi. Gambar 4.4 Pertumbuhan Impor Beras Upaya khusus yang dilakukan pihak-pihak yang berkepentingan seperti pemerintah dan para petani untuk meningkatkan produksi padi, yaitu melalui percepatan pengolahan tanah pada areal yang mengalami kekeringan, penanaman padi gogo sebagai tanaman sela di areal perkebunan, melakukan rehabilitasi irigasi kecilperdesaan dan peningkatan mutu intensifikasi dapat mempengaruhi pertumbuhan impor beras, sehingga pada tahun 1995 Indonesia tidak terlalu tinggi melakukan impor beras. Pada dasarnya Indonesia merupakan negara yang subur dan dapat diolah, sehingga upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi padi dapat dimaksimalkan. Untuk tanaman padi masalah kualitas dan standarisasi merupakan -100 100 300 500 700 900 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan Impor Beras Pertumbuhan Impor Beras Universitas Sumatera Utara suatu masalah yang harus diperhatikan bangsa Indonesia, karena selama ini yang menjadi perioritas utama dalam produksi masih lebih memperhatikan pada upaya peningkatan produksi. Kualitas padi yang baik akan mempengaruhi permintaan dalam negeri bahkan laur negeri. Impor beras setiap tahunnya mengalami perubahan. Peningkatan pertumbuhan impor beras terbesar terjadi pada tahun 1998, dimana pertumbuhan impor beras meningkat sebesar 727,9 persen dari tahun 1997. Peningkatan impor beras dipengaruhi oleh krisis keuangan dan ekonomi Asia pada pertengahan tahun 1997, sehingga krisis keuangan yang terjadi berpengaruh terhadap nilai rupiah semakin menurun, inflasi meningkat tajam dan perpindahan modal dipercepat. Kondisi perekonomian di pertengahan tahun 1997 dan pengaruh politik pada tahun 1998 dimana terjadi pergantian presiden dari Soeharto menjadi B.J. Habibie dan menjadi tanda berakhirnya masa orde baru dan masuknya era reformasi berpengaruh terhadap kesetabilan ekonomi Indonesia sehingga menyebabkan harga alat-alat produksi meningkat dan jumlah produksi dalam negeri semakin menurun karena semakin berkurangnya kemampuan petani untut membeli alat produksi. Selain kondisi politik peningkatan impor beras ini juga dipengaruhi oleh musim kemarau yang panjang. Pada tahun 1999 Indonesia melakukan inpor beras mencapai 4,7 juta ton dan ini merupakan impor beras yang tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Impor beras yang tinggi pada tahun 1999 ini dikaitkan dengan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998, selain itu tingginya impor beras disebabkan karena tanaman padi di Indonesia mengalami kerusakan akibat iklim El-nino yang Universitas Sumatera Utara terjadi. Impor beras yang terjadi tidak terlepas dari kebijakan Badan Urusan Logistik Bulog untuk melakukan impor beras secara terus menerus yang berakibat pada anjloknya harga beras hingga tahun 2000. Sejak taun 1998 impor beras tidak lagi dimonopoli oleh bulog tetapi pihak swasta diperbolehkan mengimpor beras. Munculnya beras impor dalam jumlah yang besar dari jumlah yang dibutuhkan menyebabkan harga jual petani cenderung menurun sehingga menimbulkan keresahan dikalangan petani beras. Berdasarkan data BPS tercatat bahwa impor beras di Indonesia pada tahun 2000 mengalami penurunan sebesar 3.395.732 ton. Penurunan impor beras dipengaruhi oleh peningkatan produktivitas petanian dan luas panen sehingga produksi padi meningkat. Dari tahun 2000 sampai tahun 2005 rata-rata impor beras mengalami penurunan, penurunan pertumbuhan impor beras terbesar terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 83,42 persen, hal ini dipengaruhi oleh peningkatan jumlah produksi, dimana penyebaran produksi padi padi sawah dan padi ladang di Indonesia menunjukkan terkosentrasinya produksi padi pada pulau tertentu. Pada tahun 2004 pulau jawa menghasilkan padi sekitar 54,82 persen dari seluruh produksi padi di Indonesia atau sebesar 29,64 juta ton. Tingginya produksi padi di pulau jawa disebabkan oleh tingginya produktivitas dan luas panen di pulau tersebut. Dibanding dengan pulau-pulau lainnya, luas panen di pulau jawa pada tahun 2004 mencapai 47,98 persen dari seluruh luas panen di Indonesia dengan produktivitas 5,18 tonha. Impor beras secara keseluruhan pada tahun 2004 mengalami penurunan baik volume maupun nilai, penurunan volume impor adalah sebesar 1.191,6 ribu Universitas Sumatera Utara ton atau mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 83,42 persen, sedangkan nilai impor mengalami penurunan sebesar 229,67 juta US dollar 78,81 . Hal ini disebabkan menurunnya impor beras terutama dari Vietnam dan Muangthai. Tahun 2011 pertumbuhan impor beras kembali meningkat mencapai 300,02 persen dari tahun 2010. Hal ini dipengaruhi oleh produktivitas pertanian menurun, dimana produktivitas pertanian pada tahun 2011 sebesar 4,98 mengalami penurunan 0,03 ton dari tahun 2010 dan dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk, dimana berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk menunjukkan peningkatan sebesar 31.376.731 jiwa dari tahun 2000. Peningkatan jumlah penduduk yang tidak disertai peningkatan produktivitas dan produksi beras akan berdampak pada besarnya permintaan akan beras. Pertambahan penduduk yang tinggi akan dapat mempengaruhi luas lahan pertanian, karena pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi akan meningkatkan permintaan terhadap lahan perumahan dan infrastruktur. Peningkatan jumlah impor beras ini tidak terlepas dari kondisi yang terjadi pada tahun 2010, dimana pada tahun 2010 petani menghadapi berbagai kondisi alam, seperti banjir bandang dan longsor, letusan gunung merapi dan gunung bromo di ujung tahun 2010 perubahan iklim, kebijakan atas penggunaan tanahlahan, sarana dan input produksi, serta akses modal dan investasi. Upaya pemenuhan kebutuhan produksi pangan dalam negeri semakin diserahkan kepada korporasi dan produk-produk impor, walaupun dalam rencana strategis 2010-2014 kementrian pertanian direncanankan adanya swasembada Universitas Sumatera Utara untuk jagung, kedelai, gula, dan daging sapi, dan swasembada berkelanjutan untuk padi. Hingga pada tahun 2012 Indonesia masih melakukan impor beras yang cukup tinggi yaitu mencapai 1,8 juta ton. Impor beras ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan stok beras dalam negeri. Dalam melakukan impor beras Indonesia sering melakukan kerjasama dengan negara Thailand, Vietnam, Kamboja dan Myanmar.

4.2 Analisis Data