BAB II PENGATURAN PEMBERIAN JAMINAN PRODUK HALAL
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL
A. Kewajiban Muslim untuk Mengkonsumsi Produk Halal berdasarkan Al-
quran dan Hadist
Halal atau haram suatu produk pangan yang telah termaktub dalam Alquran dan Sunnah adalah salah satu ketentuan yang harus dipatuhi oleh
pemeluknya. Secara subtsansi produk yang dihasilkan yang diharam-halalkan pada dasarnya memiliki kadungan hikmah dan manfaat. Kehalalan dan keharaman
produk pangan menurut ajaran islam merupakan otoritas mutlak yang dimiliki oleh Allah SWT. Manusia tidak bisa mengubah apapun ketetapan yang diberikan-
Nya, karena keterbatasan daya jangkau akal yang dimiliki oleh manusia. Mengonsumsi makanan halal diwajibkan oleh Agama Islam bagi
umatnya,dimana hal ini terdapat dalam Al-quran dan hadist.
1. Mengkonsumsi produk halal berdasarkan Al-quran dan Hadist
Suatu produk halal dalam Islam memiliki konsep bahwa produk tersebut harus sesuai dengan Syar’i atau dengan kata lain sesuai dengan dasar hukum
Islam. Produk yang dimaksud dalam hal ini adalah dapat berupa makanan atau minuman yang mana dikonsumsi oleh setiap orang khususnnya Muslim.
Kata “halal” berasal dari bahasa Arab yang berarti melepaskan dan tidak terikat. Secara etimologi halal berarti hal-hal yang dapat dilakukan karena bebas
dan tidak terikat dengan sesuatu yang bebas dari bahaya duniawi dan ukhrawi. Sedangkan thayyib berarti makanan yang tidak kotor dan rusak dari segi zatnya
14
atau tercampur benda najis dengan pengertian baik. Ada juga yang mengartikan sebagai makanan yang mengundang selera konsumennya dan tidak
membahayakan fisik serta akalnya yang secara luas dapat diartikan dengan makanan yang menyehatkan.
14
Makanan dan minuman yang haram dan yang halal adalah merujuk pada zatnya substansinya, dan bukan karena faktor eksternalnya
seperti karena hasil rampasan, curian dan sebagainya. Mengetahui halal dan haramnya suatu makanan atau minuman bagi umat Muslim adalah hal yang sangat
penting karena mengetahui halal dan haram adalah fardhu ain.
15
Allah SWT berfirman yang artinya “Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.
16
Di dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa mengkonsumsi makanan yang halal dan thayyib adalah sama dengan menghindari diri dari seruan untuk
mengikuti langkah-langkah syetan yang merupakan musuh yang nyata yang mengajak manusia untuk menjauhi keridhoan Allah SWT. Seruan ini dari Allah
SWT kepada mereka dalam statusnya sebagai ummat manusia. Syetan berusaha untuk menghiasi hal-hal yang haram agar manusia cenderung tersesat dan
menjerumuskan sebagian yang lain dengan mengharamkan hal-hal yang dihalalkan Allah SWT.
17
14
Aisjah Girindra, Pengukir Sejarah Sertifikasi Halal Jakarta: LPPOM-MUI, 2005, hlm. 20.
15
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat: Sitem Transaksi dalam Fiqh Islam Jakarta: AMZAH, 2010, hlm. 463-464.
16
Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 168.
17
Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam Solo: Era Intermedia, 2003, hlm. 72.
Kata thayyib yang disandingkan dengan kata halal untuk memberi sifat kepada makanan yang halal disebutkan sebanyak empat kali di dalam al-Qur’an,
yaitu dalam surat al-Baqarah ayat 168, surat al-Ma’idah ayat 88, surat al-Anfal ayat 69 dan surat an-Nahl ayat 114. Berdasarkan maknanya, makna thayyib ini
merujuk kepada tiga pengertian,
18
yaitu : sesuatu yang tidak membahayakan tubuh dan akal fikiran, sesuatu yang lezat, dan halal itu sendiri, yaitu suci, tidak najis
dan tidak diharamkan. Lawan kata thayyib adalah khabits
19
, sebagaimana firman Allah SWT yang artinya “Dan menghalalkan bagi semua segala yang baik dan
mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.
20
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah antara rezeki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kamu kepada Allah, jika benar-
benar hanya kepada-Nya kamu menyembah”.
21
“Mereka menanyakan kepadamu: “apakah yang dihalalkan bagi mereka?” katakanlah: “dihalalkan bagimu yang
baik-baik:.
22
Bagi seorang muslim, makanan bukan sekedar pengisi perut dan penyehat badan saja, sehingga diusahakan harus sehat dan bergizi, tetapi di samping itu
juga harus halal. Baik halal pada zat makanan itu sendiri, yaitu tidak termasuk makanan yang diharamkan oleh Allah, dan halal pada cara mendapatkannya. Di
dalam Al-Quran, Allah SWT memerintahkan seluruh hamba-Nya yang beriman dan yang kafir agar mereka makan makanan yang baik lagi halal, sebagaimana
18
Ali Mustafa Yaqub, Kriteria Halal-Haram Untuk Pangan, Obat, dan Kosmetika Menurut AL-Quran Dan Hadist Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009, hlm. 15.
19
Ibid, hlm. 23.
20
Al-Quran Surat Al-A’raf Ayat 157.
21
Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 172.
22
A l-Quran Surat Al-Maidah Ayat 4.
firman-Nya yang artinya “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.”
23
a. Jenis makanan yang disebutkan keharamannya dalam Al-Quran, antara
lain; daging binatang yang mati tanpa disembelih. Allah SWT berfirman yang artinya
2.Kriteria makanan yang halal dan haram Ada dua kriteria yang menjadi makanan itu menjadi haram, yakni
makanan yang diharamkan secara lidzaatihi, yaitu jenis makanan yang diharamkan karena secara zatnya diharamkan dan makanan yang diharamkan
secara lighairihi, yaitu jenis makanan yang diharamkan karena cara mendapatkannya haram. Namun dalam pembahasan ini, yang menjadi fokus
pembahasan hanyalah sebatas haram secara lidzaatihi. Makanan yang diharamkan secara lidzaatihi adalah jenis makanan yang diharamkan karena secara zatnya
diharamkan. Adapun jenis makanan yang haram secara lidzaatihi, antara lain:
1 “Sesungguhgnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi dan binatang yang ketika disembelih disebut nama selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya
sedang ia tidak menginginkannya dan tidak pula melampui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”.
24
2 Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, daging
hewan yang disembelih atas nama selain Allah, yang tecekik, yang
23
Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 168.
24
Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 123.
dipukul, yang jatuh ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali kamu sempat menyembelihnya.
25
3 Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu
yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena
sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
26
b. Jenis makanan yang diharamkan seperti minumanmakanan yang
memabukkan serta turunannya. Allah SWT berfiman, yang artinya: 1
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan keduanya lebih besar dari
manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah:” yang lebih baik dari keperluan”. Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya jamu berfikir.
27
2 Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamar,
berduji berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syeitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
28
25
Al-Quran Surat Al-Maidah Ayat 3.
26
Al-Quran Surat Al-An’am Ayat 145.
27
Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 219.
28
Al-Quran Surat Al-Maidah Ayat 90.
3 Sesungguhnya syeitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan
dan kebencian di antara kamu lantaran meminum khamar dan berjudi itu, dan mengahalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang;
maka berhentilah kami dari mengerjakan pekerjaan itu.
29
Hal senada juga disampaikan oleh Departemen Agama Republik Indonesia bahwa produk makanan halal adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan
sesuai dengan syariat Islam, antara lain:
30
a. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.
b. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti bahan-bahan yang
berasal dari organ manusia, darah dan kotoran. c.
Semua bahan yang yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara syariat Islam.
d. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, tempat pengolahan, tempat
pengolahan dan dan transportasi tidak boleh digunakan untuk babi dan atau barang tidak halal lainnya. Jika pernah digunakan untuk babi danatau
barang tidak halal lainnya terlebih dahulu harus dibersihkan dengan tata cara syariat Islam.
e. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.
Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa semua yang memabukkan adalah khamar, dan khamar adalah haram. Selanjutnya Nabi Muhammad SAW bersabda
bahwa apa yang memabukkan karena diminum banyak, maka diminum sedikit adalah diharamkan. Selain itu dilarang memakan binatang buas yang bertaring
29
Al-Quran Surat Al-Maidah Ayat 91.
30
Departemen Agama RI, Panduan Sertifikasi Halal Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2008, hlm. 2 .
seperti anjing, kucing, harimau, dan sebagainya. Hadis riwayat Abu Tsa`labah ra., ia berkata: Nabi saw. melarang memakan binatang buas yang bertaring. Haram
juga memakan keledai: Bahwa Rasulullah saw. melarang makan daging keledai piaraan. Kelima hewan ini haram dimakan, berdasarkan hadits Abu Hurairah -
radhiallahu ‘anhu-, beliau berkata “Rasulullah SAW melarang membunuh shurad, kodok, semut, dan hud-hud. HR. Ibnu Majah dengan sanad yang shohih.
Nabi pernah bersabda “Lima jenis hewan yang harus dibunuh, baik di tanah haram maupun di tanah biasa, yaitu : ular, kalajengking, tikus, anjing buas dan
burung rajawali” H.R. Abu Daud dalam riwayat lain disebutkan juga burung gagak.
31
Makanan halal secara dzatiyah subtansi barangnya, menurut Thobieb dibagi dalam dua kategori, yaitu jamad benda mati dan hayawan binatang.
Yang termasuk makanan dan minuman yang halal adalah:
32
a. Bukan terdiri dari atau mengandung bagian atau benda dari binatang yang dilarang oleh ajaran Islam untuk memakannya atau yang tidak disembelih
menurut ajaran Islam b. Tidak mengandung sesuatu yang digolongkan sebagai najis menurut ajaran
Islam. c. Dalam proses, menyimpan dan menghidangkan tidak bersentuhan atau
berdekatan dengan makanan yang tidak memenuhi persyaratan
31
Husein Bahriesj, Himpunan Fatwa Al-Ikhlas: Surabaya, 1987, hlm. 489.
32
Thobieb Al-asyhar, Bahaya Makanan Haram bagi Kesehatan Jasmani Dan Rohani Jakarta, Al Mawardi Prima, 2003, hlm.125.
B. Jaminan Produk Halal