B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri di kota Bandung dengan kualifikasi sedang berdasarkan passing grade yang dikeluarkan
oleh Dinas Pendidikan Kota Bandung. Pertimbangan pengambilan kelas VIII adalah karena ketersediaan materi yang akan diujikan yaitu bab Kubus dan Balok,
serta Limas dan Prisma. Pengambilan sekolah sampel ditentukan secara acak dari sekolah yang
berkualifikasi sedang di kota Bandung, kemudian akan ditetapkan dua kelas yang diambil secara purposive yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan guru mata
pelajaran matematika di sekolah tersebut. Penetapan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara acak dari dua kelas yang telah ditetapkan oleh pihak
sekolah.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes dan non tes. Instrumen tes berupa tes kemampuan komunikasi dan tes kemampuan
pemecahan masalah matemtis yang berbentuk uraian. Sedangkan instrumen non tes berupa skala sikap dan lembar observasi selama proses pembelajaran.
1. Tes Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis
Dalam penelitian ini, instrumen tes terdiri dari satu set tes untuk mengukur kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis yang digunakan
untuk pretes dan postes. Pretes diberikan pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol untuk mengukur kemampuan awal masing-masing kelompok dan diberikan sebelum pembelajaran dilakukan. Sedangkan postes digunakan
untuk mengukur peningkatan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Dalam penyusunan tes kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahan masalah matematis ini, diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal yang
mencakup pokok bahasan, sub pokok bahasan, aspek kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah yang diukur, indikator, serta jumlah butir soal. Setelah
pembuatan kisi-kisi, dilanjutkan dengan menyusun soal disertai kunci jawaban dan pedoman penskoran untuk setiap kemampuan yang diukur. Adapun
pemberian skor kemampuan komunikasi di adaptasi dari Cai, Lane, Jacabcin 1996 dan pemberian skor kemampuan pemecahan masalah matematis diadaptasi
dari Oregon Mathematics Problem Solving Scoring Guide seperti tertera pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.
Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Skor Menulis
Matematika Menggambar
Matematika Ekpresi Matematika
Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa.
1 Hanya sedikit dari penjelasan
yang benar Hanya sedikit dari gambar,
tabel atau diagram yang benar
Hanya sedikit dari model matematika yang benar
2 Penjelasan secara matematk
masuk akal namun hanya sebagian yang lengkap dan
benar Melukiskan,
diagram, gambar atau tabel namun
kurang lengkap dan benar Membuat
model matematika
dengan benar,
namun salah
dalam mendapatkan
solusi 3
Penjelasan secara matematik masuk
akal dan
benar, meskipun tidak tersusun secara
logis atau terdapat sedikit kesalahan bahasa
Melukiskan diagram,
gambar dan tabel dengan lengkap dan benar
Membuat model
matematika dengan
benar, kemudian
melakukan perhitungan ataupun
mendapatkan solusi secara lengkap
4 Penjelasan secara matematik
masuk akal dan jelas serta tersusun secara logis
Skor Max
4 3
3
Diadaptasi dari model Cai, Lane dan Jakabcin 1996
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Aspek Pemecahan Masalah Matematis
1 2
3 4
5 6
Pemahaman Konsep
Conceptual Understanding
Jawaban tidak
mengarah ke solusi
Minimal, ineffective
or not evident
Jawaban tidak
spesifik atau hanya
sekedar garis besarnya
saja underdevelo
p or sketchy Jawaban
mengara h pada
solusi, tetapi
belum lengkap
partiall y
effective or
partially complete
Jawaban sesuai
dengan solusi
seharusny a
complete Jawaban
dilengkapi dengan
langkah- langah
penyelesaia n yang
rinci thoroughly
developed Memberika
n alternatif solusi yang
lain enhanced
Proses dan Strategi
Processes and Strategies
Komunikasi dan Koneksi
Communicati on and
Connecting Path
Argumentasi Verification
Keakuratan Accuracy
Jawaban salah atau
benar tetapi tidak
didukung oleh
langkah- langkah
yang benar Incorrect
or correct albeit
unsupporte d by the
student’s work
Jawaban benar,
tetapi terdapat
sedikit kesalahan
correct up to a
minor mistake
Jawaban benar dan
lengkap completel
y correct
Diadaptasi dari Oregon Mathematics Problem Solving Guide dalam Fung dan Roland, 2004: 296
Agar memenuhi kriteria tes yang baik, maka sebelum digunakan dalam penelitian terlebih dahulu tes ini diujicobakan agar dapat diketahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya. Uji coba ini dilaksanakan
terhadap 36 siswa kelas VIII MTSN Cikancung yang sebelumnya telah memperoleh materi yang akan diujikan.
a. Analisis Validitas Tes
Kriteria yang mendasar dari suatu tes yang tangguh adalah tes mengukur hasil-hasil yang konsisten dengan tujuannya. Menurt Arikunto 2005: 65 sebuah
tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui validitas isi instrumen yang akan
digunakan sebelumnya dilakukan proses validasi oleh dosen pembimbing, dan beberapa mahasiswa S2 Sekolah Pascasarjana Pendidikan Matematika UPI.
Validitas soal yang dinilai oleh validator adalah kesesuaian antara indikator soal dan butir soal, keterbacaan soal, kebenaran konsep atau materi yang akan
diujikan, serta kesesuaian soal dengan kemampuan siswa. Validitas tes dikatakan baik jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam
arti memiliki kesejajaran antara hasil tes dengan kriteriumnya Arikunto,2005: 69. Untuk mengetahui kesejajaran antara hasil tes dengan kriterium digunakan
rumus Product Moment dari Pearson dengan rumus sebagai berikut: r
xy
=
∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑
∑
……….Arikunto, 2006, :72
keterangan: r
xy
= koefisien korelasi antara X dan Y N = banyaknya peserta tes
X = nilai hasil uji coba Y = Nilai rata-rata ulangan harian
Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien korelasi koefisien validitas, menurut Guilford
Suherman, 2003, :113:
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Validitas
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,90 ≤ r
xy
1,00 Validitas sangat tinggi
0,70 ≤ r
xy
0,90 Validitas tinggi
0,40 ≤ r
xy
0,70 Validitas sedang
0,20 ≤ r
xy
0,40 Validitas rendah
0,00 ≤ r
xy
0,20 Validitas sangat rendah
r
xy
0,00 Tidak valid
Setelah melakukan uji coba dan perhitungan, diperoleh nilai untuk
kemampuan Komunikasi sebesar 0,461 dan termasuk ke dalam kriteria validitas sedang. Sedangkan untuk kemampuan Pemecahan Masalah nilai
yang diperoleh adalah 0,464 dan termasuk ke dalam kriteria validitas sedang.
b. Analisis Validitas Butir Soal
Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas butir soal, skor setiap butir soal
dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal dikatakan memiliki validitas tinggi apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Untuk mengetahui
validitas butir soal digunakan rumus Product Moment dari Pearson. Kemudian untuk mengetahui signifikansi koefisien korelasi dilakukan uji-t. Uji-t dilakukan
untuk melihat apakah terdapat hubungan yang signifikan atau tidak antara dua variabel. Rumus hipotesisnya adalah:
H
o
: = 0
H
A
: ≠ 0
Untuk menghitung nilai digunakan rumus sebagai berikut Sudjana, 1992:
380: =
− 2 1 −
Keterangan: t = daya beda dari uji-t
n = banyak subjek r
xy
= koefisien korelasi Untuk taraf signifikasi
dan derajat kebebasan = − 2, H
o
diterima jika t
hitung
t
tabel
. Dalam keadaan lain, H
o
ditolak atau butir soal tersebut valid. Untuk instrumen tes kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahan
masalah matematis dengan = 0,05 dan derajat kebebasan 34, nilai t yang
diperoleh ber dasarkan tabel adalah
, ;+
= 2,0322. Hasil lengkap olahan data hasil uji coba ditampilkan dalam Tabel 3.4 dan Tabel 3.5 berikut ini :
Tabel 3.4 Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Komunikasi Matematis
No. Soal Koefisien
Korelasi Kriteria
Validitas
-
.-012
Keterangan
1. 0,71
Tinggi 5,87
Valid 2.
0,86 Tinggi
9,83 Valid
3. 0,71
Tinggi 5,87
valid 4.
0,70 Tinggi
5,72 Valid
Tabel 3.5 Perhitungan Validitas Butir Soal Tes Pemecahan Masalah Matematis
No. Soal Koefisien
Korelasi Kriteria
Validitas
-
.-012
Keterangan
1. 0,856
Tinggi 9,655
Valid 2.
0,49 Sedang
3,28 Valid
3. 0,81
Tinggi 8,05
Valid
c. Analisis Reliabilitas
Reliabiltas suatu instrumen keajegan atau kekonsistenan instrumen tersebut bila diberikan kepada subjek yang sama meskipun oleh orang yang
berbeda, waktu yang berbeda, ataupun tempat yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama. Untuk mengetahui tingkat
reliabilitas pada tes yang berbentuk uraian digunakan rumus Alpha, sebagai berikut:
33
= 4
3
5 41 −
∑ 6
7
6
8
5 ……….Arikunto, 2005: 109
keterangan:
33
= koefisien reliabilitas n = banyak butir soal
∑9 = jmlah varians skor setiap items
9 = varians skor total
Koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan tolak ukur yang dibuat oleh J. P. Guilford Suherman, 2003: 139:
Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,90 ≤ r
xy
1,00 Reliabilitas sangat tinggi
0,70 ≤ r
xy
0,90 Reliablitas tinggi
0,40 ≤ r
xy
0,70 Reliabilitas sedang
0,20 ≤ r
xy
0,40 Reliabilitas rendah
r
xy
0,20 Reliabilitas sangat rendah
Berdasarkan hasil uji coba dan perhitungan maka diperoleh koefisien reliabilitas tes kemampuan komunikasi sebesar 0,79 kriteria reliabilitas tinggi.
Sedangkan koefisien reliabilitas tes kemampuan komunikasi sebesar 0,525 kriteria reliabilitas sedang.
d. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda atau indeks diskrimenasi tes menyatakan kemampuan butir soal tersebut membedakan antara testi yang berkemampuan tinggi dengan testi
yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda tes yang berbentuk uraian digunakan rumus Jihad, 2008 sebagai berikut:
:; =
=
− 1
2 . .
AB6
Keterangan : :;
= daya pembeda
=
= jumlah skor siswa kelompok atas = jumlah skor siswa kelompok bawah
= jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah
AB6
= skor maksimal soal yang bersangkutan Kemudian klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda Suherman, 2003:
161 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7 Klasifikasi Daya pembeda
Koefisien Korelasi Interpretasi
DP ≤ 0,00
Sangat jelek 0,00
DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 DP ≤ 0,40
Cukup 0,40
DP ≤ 0,70 Baik
0,70 DP ≤ 1,00
Sangat baik
Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh daya pembeda untuk setiap butir tes kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahan masalah matematis
sebagai berikut:
Tabel 3.8 Daya Pembeda Soal Kemampuan Komunikasi
No. Soal Daya Pembeda
Interpretasi
1. 0,32
Cukup 2.
047 Baik
3. 0,35
Cukup 4.
0,58 Baik
Tabel 3.9 Daya Pembeda Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
No. Soal Daya Pembeda
Interpretasi
1. 0,28
Cukup 2.
0,21 Cukup
3. 0,35
Cukup
e. Analisis Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran suatu soal menunjukkan apakah butir soal tersebut tergolong mudah, sedang, atau sukar. Untuk mengukur indeks kesukaran tes
berbentuk uraian digunakan rumus sebagai berikut Jihad: 2008: CD =
=
+ .
AB6
Keterangan : :;
= daya pembeda
=
= jumlah skor siswa kelompok atas = jumlah skor siswa kelompok bawah
= jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah
AB6
= skor maksimal soal yang bersangkutan Kemudian klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda Suherman, 2003:
169 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Koefisien Korelasi Interpretasi
TK = 0,00
Soal terlalu sukar 0,00
TK ≤ 0,30 Soal sukar
0,30 TK ≤ 0,70
Soal sedang 0,70
TK 1,00 Soal mudah
TK = 1,00 Soal terlalu sukar
Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh tingkat kesukaran untuk setiap butir tes kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahan masalah
matematis sebagai berikut:
Tabel 3.11 Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Komunikasi
No. Soal Tingkat Kesukaran
Interpretasi
1. 0,48
Sedang 2.
0,46 Sedang
3. 0,265
Sukar 4.
0,42 Sedang
Tabel 3.12 Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
No. Soal Tingkat Kesukaran
Interpretasi
1. 0,19
Sukar 2.
0,22 Sukar
3. 0,34
Sedang
Berdasarkan hasil perhitungan validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran uji coba instrumen yang telah dilakukan, maka seluruh
instrumen tes kemampuan komunikasi dan instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis akan digunakan sebagai instrumen tes dalam penelitian.
2. Skala sikap
Instrumen skala sikap digunakan untuk memperoleh informasi mengenai sikap siswa terhadap pelajaran matematika dan sikap siswa terhadap model
pembelajaran dengan model pembelajaran Means-ends Analysis. Skala sikap ini diberikan kepada kelompok eksperimen setelah semua kegiatan pembelajaran
berakhir, yaitu setelah dilaksanakan postes. Model skala sikap yang digunakan mengacu kepada model Skala Likert
yang terdiri dari 14 pernyataan yang terdiri dari 7 pernyataan positif dan 7 pernyataan negatif. Setiap butir pernyataan memiliki empat yaitu sangat setuju
SS, setuju S, tidak setuju TS, dan sangat tidak setuju STS. Dalam penyusunan skala sikap ini sebelumnya dibuat terlebih dahulu kisi-kisi skala
sikap. Selanjutnya dosen pembimbing melakukan uji validasi untuk setiap itemnya.
Pemberian skor skala sikap dalam penelitian ini ditentukan secara aposteriori, yaitu skala dihitung berdasarkan distribusi jawaban responden.
Langkah-langkah pemberian skor setiap butir skala sikap adalah sebagai berikut: a.
Menghitung banyaknya jawaban responden untuk setiap pilihan jawaban. b.
Menghitung persentase jawaban kumulatif. c.
Menghitung nilai z untuk setiap pilihan jawaban. d.
Menghitung nilai z + z untuk setiap pilihan jawaban, dengan z adalah negatif dari nilai z paling rendah.
e. Membulatkan nilai z + z.
f. Menambahkan nilai 1 pada setiap pilihan jawaban, sehingga diperoleh nilai
SS, S, TS, dan STS yang lebih dari atau sama dengan 1.
3. Pedoman Observasi
Pedoman observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk melihat dan mengukur aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan proses belajar
mengajar. Pedoman observasi digunakan untuk mengumpulkan semua data tentang aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Means-ends Analysis, interaksi antara siswa dengan guru, dan interaksi antar siswa. Pedoman observasi ini diisi oleh pengamat atau observer,
yaitu guru matematika dan mahasiswa Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana UPI.
D. Pengembangan Bahan Ajar
Pada penelitian ini, materi pelajaran matematika yang menjadi dasar pengembangan bahan ajar adalah materi kubus dan balok, serta limas dan prisma.
Bahan ajar ini dikembangkan dalam bentuk Rencana Pembelajaran yang disusun oleh peneliti dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
Rencana pembelajaran yang disusun dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar Kerja
Siswa terdiri dari masalah-masalah yang harus dipecahkan oleh siswa dan yang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa. Lembar Kerja Siswa tersebut dirancang dan disusun sesuai dengan model pembelajaran Means-ends Analysis serta melalui
pertimbangan dosen pembimbing.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan meliputi tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
1. Tahap Persiapan
Tahap ini diawali dengan pembuatan proposal penelitian. Proposal penelitian ini dibuat berdasarkan telaah kepustakaan tentang pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran Means-ends Analysis dan kemampuan komunikasi siswa serta kemampuan pemecahan matematis siswa.
Kegiatan selanjutnya adalah menyusun dan mengembangkan instrumen penelitian serta rancangan pembelajaran untuk kelompok eksperimen dan untuk
kelopmpok kontrol. Instrumen tes diujicobakan kepada siswa kelas VIII MTSN Cikancung. Instrumen penelitian terdiri dari soal tes kemampuan komunikasi dan
kemampuan pemecahan masalah matematis, skala sikap siswa dan pedoman observasi.
2. Tahap pelaksanaan
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti memilih sampel sebanyak dua kelas. Satu kelas sebagai kelompok eksperimen dan satu kelas yang lain sebagai
kelompok kontrol. Tempat penelitian yang dipilih adalah SMPN 17 Bandung. Setelah menentukan sampel penelitian, peneliti melaksanakan pretes.
Kegiatan pretes dilaksanakan sebelum pembelajaran berlangsung. Pretes diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Pretes diberikan kepada siswa
kelopmpok eksperimen dan siswa kelompok kontrol. Setelah diadakan pretes, selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran
Means-ends Analysis pada kelompok eksperimen dan pembelajaran dengan metode ekspositori pada kelompok kontrol.
Pada setiap pembelajaran dilakukan observasi terhadap aktivitas siswa dan guru. Setelah kegiatan pembelajaran berakhir, kedua kelompok diberikan postes
untuk mengetahui kemampuan siswa setelah pemberian perlakuan. Selain itu, untuk kelompok eksperimen diberikan skala sikap untuk mengetahui sikap siswa
terhadap pembelajaran matematika dan sikap siswa terhadap model pembelajaran Means-ends Analysis.
Kegiatan akhir dari penelitian ini adalah mengolah dan menganalisis data yang telah diperoleh baik kualitatif maupun kuantitatif. Dari hasil pengolahan dan
analisis data tersebut kemudian membuat penafsiran dan kesimpulan hasil penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes
Tes dilakukan sebelum pretes dan sesudah postes pembelajaran terhadap kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
2. Pedoman observasi
Pedoman observasi diisi oleh pengamat di setiap kegiatan pembelajaran kelompok eksperimen berlangsung. Dalam hal ini, pengamat adalah guru
matematika dan mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Sekolah Pasca Sarjana UPI.
3. Skala sikap
Skala sikap diberikan kepada siswa kelompok eksperimen dan diberikan setelah pembelajaran selesai dilaksanakan.
G. Teknik Analisis Data