Aspek-aspek komitmen organisasi Komitmen Organisasi

15 maju, pimpinan yang bijaksana, lingkungan kerja yang nyaman, rekan kerja yang menyenangkan, dan pendidikan.

3. Aspek-aspek komitmen organisasi

Meyer dan Allen dalam Dahesihsari dan Seniati, 2002 menyatakan bahwa terdapat tiga komponen komitmen karyawan pada organisasi, yaitu komitmen afektif, komitmen kontinuans, dan komitmen normatif. Setiap komponen komitmen tersebut memiliki derajat yang berbeda-beda pada setiap orang, dan saling berinteraksi. a. Komitmen afektif berkaitan dengan kongruensi antara nilai dan tujuan pribadi karyawan dengan nilai dan tujuan organisasi. Hal ini berarti, semakin organisasi mampu menimbulkan keyakinan pada karyawan bahwa apa yang menjadi nilai dan tujuan organisasi memiliki kesamaan dengan nilai dan tujuan pribadi karyawan, semakin tinggi pula komitmen karyawan secara afektif pada organisasi tempat mereka bekerja. b. Komitmen kontinuans berkaitan dengan pertimbangan rasional dalam diri karyawan mengenai untung ruginya mereka bertahan dalam organisasi c. komitmen normatif berkaitan dengan “apa yang dianggap benar” dan “apa yang seharusnya dilakukan” oleh karyawan. Karyawan yang memiliki komitmen normatif yang tinggi merasa memiliki kewajiban untuk bertahan dalam organisasi. Ketiga jenis komitmen organisasi di atas pada dasarnya merupakan suatu konsep yang terpisah, yang memiliki penyebab dan dampak yang berbeda pula. 16 Namun profil dari ketiga jenis komitmen ini akan dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang komitmen karyawan terhadap organisasinya. Randall dalam Ghozali dan Wibowo, 2002 menyatakan bahwa kecenderungan pergeseran peran komitmen organisasi tersebut yang mulai banyak diumunculkan dalam teori-teori terkini tentang perilaku organisasi dan pengembangan organissi masih membutuhkan banyak pembuktian di lapangan, khususnya dalam konteks budaya yang berbeda. Terdapat peran budaya dalam dinamika terbentuknya komitmen karyawan dalam organisasi. Pada budaya yang berbeda, penyebab terbentuknya komitmen karyawan dapat bervariasi. Apabila secara umum karyawan akan memiliki komitmen afektif yang tinggi terhadap organisasi berdasarkan pertimbangan akan karakteristik pekerjaan yang dijalankannya dan sistem kompensasi yang diterima. Mathieu dan Zajaz dalam Nouri dan Parker, 1999 membedakan antara komitmen afektif dan komitmen kalkulatif. Komitmen afektif ditandai dengan: 1 kuatnya keyakinan dan pengakuan atas nilai serta tinjauan organisasi; 2 keinginan untuk berusaha demi kepentingan organisasi. Komitmen kalkulatif berawal dari pembiayaan yang dipertahankan berkaitan dengan usaha meninggalkan oragnisasi seperti hilangnya keuntungan dari senioritas. Randall Komitmen afektif punya hubungan yang lebih kuat dengan hasil kerja dari pada komitmen kalkulatif. Individu dengan komitmen organisasi kuat komitmen afektif yang sangat kuat mungkin punya fungsi manfaat yang berbeda dari individu dengan komitmen organisasi rendah. 17 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek komitmen organisasi yang dijadikan sebagai indikator alat ukur skala komitmen organisasi yaitu aspek komitmen afektif, komitmen kontinuans, dan komitmen normatif.

B. Sikap Terhadap Kompensasi