17
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek komitmen organisasi yang dijadikan sebagai indikator alat ukur skala komitmen
organisasi yaitu aspek komitmen afektif, komitmen kontinuans, dan komitmen normatif.
B. Sikap Terhadap Kompensasi
1. Pengertian sikap
Sikap merupakan orientasi yang dipelajari terhadap objek atau predisposisi untuk bertindak dengan suatu cara terhadap sekelompok objek pribadi, benda,
konsep dan sikap itu mempunyai kecenderungan positif dan negatif Lebih lanjut Azwar 1998 menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek-objek dengan cara tertentu. Agar tidak keliru bila ditafsirkan sebagai kesiapan, dalam definisi ini sebagai suatu kecenderungan potensial untuk
bereaksi apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respon.
Walgito 1990 memandang sikap sebagai suatu tingkah laku perasaan, baik itu bersifat positif maupun negatif, dalam hubungannya dengan objek-objek
psikologi. Perasaan yang positif adalah perasaan senang, tercermin dalam sikap menerima atau setuju, sedang negatif adalah sebaliknya yaitu sikap menolak atau
tidak senang. Oleh karena itu suatu objek dapat menimbulkan perbedaan tingkat perasaan baik itu positif dan negatif. Allen Azwar, 1998 memberi definisi sikap
sebagai organisasi keadaan psikologi yang meliputi motivasi, persepsi, pikiran dan perasaan yang berhubungan dengan sesuatu yang dianggap penting oleh
seseorang dan mempunyai asosiasi positif dan negatif.
18
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah derajat atau kesesuaian terhadap suatu objek tertentu, dengan kata lain merupakan
kecenderungan seseorang untuk mengadakan reaksi atau respon yang berupa tindakan-tindakan yang bersifat positif dan negatif yang didasarkan pada proses-
proses kognitif, afektif dan konatif. 2. Pengertian kompensasi
Salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang paling sulit adalah untuk menyusun struktur kompensasi. Hal ini tidak hanya merupakan tugas
yang paling rumit tetapi juga paling penting baik bagi organisasi maupun bagi karyawan. Bagi organisasi penentuan tingkat upah dan gaji sangatlah penting
karena merupakan satu-satunya biaya perusahaan terbesar sedang bagi karyawan merupakan alat satu-satunya bagi kelangsungan hidup secara ekonomis disamping
salah satu faktor yang paling berpengaruh menentukan status dalam masyarakat. Kompensasi memiliki arti berbeda untuk orang-orang yang berbeda. Hal
ini tergantung pada perspektif seseorang. Sebagai karyawan kompensasi dipandang sebagai kembalian return atas jasa-jasanya atau imbalan bagi
pekerjaan yang memuaskan atau menonjol. Kompensasi sering diindikasikan sebagai nilai yang dilekatkan perusahaan pada keahlian dan kemampuan
karyawan. Bagi sebagian besar karyawan gaji yang diperoleh merupakan sumber penghasilan, sehingga sangat menentukan status ekonomi.
Mondy dan Noe dalam Kusumawati, 1999, menyebutkan bahwa kompensasi adalah setiap jenis balas jasa yang diterima oleh setiap orang sebagai
balasan untuk pekerjaan karyawan. Menurut Mohyi 2005 kompensasi diartikan
19
sebagai semua bentuk kembalian return finansial, jasa-jasa, tunjangan-tunjangan yang diperoleh karyawan sebagai bagian dari sebuah hubungan kepegawaian.
Kompensasi berkenaan tidak hanya pada imbalan-imbalan moneter ekstrinsik saja tetapi juga pada tujuan-tujuan dan imbalan-imbalan intrinsik organisasi
seperti pengakuan, kesempatan untuk promosi, dan kesempatan kerja yang lebih menantang.
Menurut Anoraga dan Widiyanti, 2004 kompensasi adalah keseluruhan balas jasa yang diterima oleh pegawai sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan
di organisasi dalam bentuk uang atau lainnya, yang dapat berupa gaji, upah, bonus, insentif, dan tunjangan lainnya seperti tunjangan kesehatan, tunjangan hari
raya, uang makan, uang cuti, dan lain-lain. Pada intinya tujuan setiap organisasi merancang sistem kompensasi haruslah untuk memikat dan menahan karyawan
yang cakap dan juga memotivasi karyawan mematuhi semua peraturan-peraturan hukum.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompensasi adalah semua bentuk kembalian return finansial, jasa-jasa, tunjangan-tunjangan
yang diperoleh karyawan sebagai bagian dari sebuah hubungan kepegawaian. 3. Pengertian sikap terhadap kompensasi
Berdasarkan teori-teori yang telah disebutkan di atas, sikap diartikan sebagai derajat atau kesesuaian terhadap suatu objek tertentu, dengan kata lain
merupakan kecenderungan seseorang untuk mengadakan reaksi atau respon yang berupa tindakan-tindakan yang bersifat positif dan negatif yang didasarkan pada
proses-proses kognitif, afektif dan konatif. Adapun kompensasi diartikan sebagai
20
semua bentuk kembalian return finansial, jasa-jasa, tunjangan-tunjangan yang diperoleh karyawan sebagai bagian dari sebuah hubungan kepegawaian.
Mengacu pada dua pengertian tersebut di atas maka pada penelitian ini sikap terhadap kompensasi diartikan sebagai penilaian yang mengarah pada
perilaku karyawan dengan menggunakan norma subjektif untuk menerima mendukung, bersikap positif ataupun menolak, tidak mendukung, bersikap
negatif terhadap semua bentuk kembalian return finansial, jasa-jasa, tunjangan- tunjangan yang diperoleh karyawan sebagai bagian dari hubungan kepegawaian.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap kompensasi