commit to user Penambahan zat pengatur tumbuh IBA kurang mempengaruhi
waktu kemunculan kalus pada setiap perlakuan dari cangkok tersebut karena adanya perbedaan respon yang diterima pada masing-masing
perlakuan. Waktu kemunculan kalus mulai efektif terlihat saat tanaman berumur 4 MST gambar 1. Menurut Widyarso 2010 perbedaan waktu
saat muncul kalus tersebut akibat adanya perbedaan tanggapan respon sel-sel atau jaringan tanaman terhadap ketersedian auksin endogen dan
eksogen. Penjelasan tersebut diperkuat oleh pendapat Bhaskaran dan Smith 1990 bahwa efektifitas zat pengatur tumbuh auksin eksogen
bergantung pada konsentrasi hormon endogen dalam jaringan tanaman.
2. Saat Muncul Kalus di luar bidang sayatan
Kemunculan kalus pada setiap perlakuan cangkok pucuk ini tidak hanya terdapat pada bidang sayatan atau bidang yang terluka, namun kalus
juga terlihat berkembang pada bidang di luar sayatan. Kemunculan kalus di luar bidang sayatan dapat tumbuh dan berkembang karena bidang
tersebut tertutupi oleh media kondisi gelap dan kelembapan menjadi salah satu faktor yang memungkinkan munculnya kalus serta adanya
pelukaan atau sayatan pada batang cangkok. Menurut Ashari 1995 keadaan yang gelap dan lembap akan menyebabkan akar dapat tumbuh
dengan cepat dan Fowler 1983 menjelaskan bahwa terbentuknya kalus disebabkan karena adanya rangsangan luka pada bagian tanaman dan
rangsangan tersebut menyebabkan kesetimbangan pada dinding sel berubah arah, sebagian protoplas mengalir keluar sehingga mulai terbentuk
kalus. Pembentukan akar pada cangkok terjadi karena penumpukan zat-
zat makanan yang berasal dari daun-daun dibagian atas sayatan yang tidak dapat bergerak menuju bagian bawah sayatan tersebut. Sehingga pada
bagian tersebut, kulit batang akan mengembung akibat adanya penumpukan auksin dan karbohidrat, dan dengan adanya media tanam
maka zat-zat tersebut akan menstimulir terbentuknya kalus atau akar
commit to user Rochiman dan Harjadi, 1974. Pembentukan kalus dilanjutkan dengan
pembentukan akar pada setek merupakan akibat dari kegiatan suatu jenis hormon tanaman. Beberapa macam hormon mempunyai pengaruh yang
berbeda-beda, baik pada banyak akar maupun kualitas akar yang dihasilkan. IBA biasanya menghasilkan sedikit akar yang cepat menjadi
panjang dan membentuk akar serabut yang kuat Kusumo, 1984. Pembentukan kalus di luar bidang sayatan pada tanaman belimbing
terlihat efektif pada minggu pertama hingga minggu keempat setelah tanam gambar 2. Keberadaan kalus pada bidang di luar sayatan
disebabkan oleh kontaminasi yang terjadi pada bidang sayatan. Penumpukan auksin, karbohidrat, zat-zat makanan, dan senyawa lainnya
pada bidang sayatan memaksa jaringan meristem pada bagian tersebut menginduksi kalus, namun kontaminasi menghalangi penginduksian
tersebut, maka pada bidang di luar sayatan terbentuk kalus dan pembentukan kalus terjadi karena pada bidang di atas luka atau sayatan
masih terdapat kambium. Penjelasan tersebut diperkuat oleh pendapat Gunawan 1987 bahwa kalus dapat terbentuk pada bagian yang
berkambium. Kalus tersebut dapat tumbuh pada jaringan kambium dan dapat tumbuh dari sel korteks atau galih rongga gabus yang kemudian
tumbuh akar adventif dari kalus Sumeru, 1995.
commit to user
25 50
75 100
M1H1 M1H2
M1H3 M2H1
M2H2 M2H3
M3H1 M3H2
M3H3
Perlakuan P
e rs
e n
ta s
e
1 MST 2 MST
3 MST 4 MST
5 MST 6 MST
7 MST 8 MST
Keterangan : M1H1 = Spagnum I dan IBA 100 ppm; M1H2 = Spagnum I dan IBA 150 ppm; M1H3 = Spagnum I dan IBA 200 ppm; M2H1 = Spagnum II dan IBA
100 ppm; M2H2 = Spagnum II dan IBA 150 ppm; M2H3 = Spagnum II dan IBA 200 ppm; M3H1 = Moss dan IBA 100 ppm; M3H2 = Moss dan IBA
150 ppm; M3H3 = Moss dan IBA 200 ppm.
Gambar 2. Histogram saat muncul kalus di luar bidang sayatan dengan berbagai macam media dan konsentrasi IBA
Persentase kemunculan kalus di luar bidang sayatan pada perlakuan spagnum I dan IBA 150 ppm merupakan hasil yang tertinggi
dengan nilai sebesar 73,75 dan diikuti dengan perlakuan spagnum I dan IBA 100 ppm yang mempunyai nilai persentase sebesar 70 gambar 3.
Penggunaan media spagnum memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap cangkok. Menurut Santoso 2004 spagnum termasuk dalam
salah satu jenis tumbuhan lumut yang bermanfaat. Sel daun dan bongkolnya yang kosong banyak mengandung air. Spagnum lebih
mengikat air dibandingkan pakis, tetapi lebih lancar dalam drainese dan aerasi udara. Media ini biasanya digunakan sebagai media cangkok
Anonim, 2010b. Selain pengaruh media, penambahan zat pengatur tumbuh ZPT IBA berperan dalam menginduksi kalus.
Perlakuan moss dan IBA 100 ppm, moss dan IBA 150 ppm, dan moss dan IBA 200 ppm persentase kemunculan kalus masing-masing yaitu
sebesar 5, 1,25, dan 3,75. Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan, atau kadaka yang banyak dijumpai di
commit to user hutan-hutan. Moss sering digunakan sebagai media tanam untuk masa
penyemaian sampai dengan masa pembungaan. Menurut sifatnya, media moss mampu mengikat air dengan baik serta memiliki sistem drainase dan
aerasi yang lancar Anonim, 2010a. Rendahnya persentase kalus yang muncul karena penggunaan media moss yang digunakan pada penelitian
kurang cocok sebagai media tanam cangkok dan kurang mampu untuk menginduksi kalus jika dibandingkan dengan media lainnya yaitu
spagnum I dan spagnum II yang lebih baik dalam pertumbuhan kalus. Hal ini dijelaskan oleh Santoso 2004 bahwa spagnum yang telah diuraikan
sebagian berupa abu organik juga masih dapat mengandung uap air sehingga saat ditambahkan ke dalam tanah dapat memperbaiki struktur
tanah dan mempertahankan kapasitas air dalam tanah. Perlakuan spagnum II dan IBA 150 ppm memperlihatkan nilai persentase terendah yaitu 0,
karena tanaman pada seluruh ulangan mati gambar 3.
70 73,75
41,25
6,25 67,5
5 1,25
3,75 10
20 30
40 50
60 70
80
M1H1 M1H2 M1H3 M2H1 M2H2 M2H3 M3H1 M3H2 M3H3
Perlakuan P
e rs
e n
ta s
e
Keterangan : M1H1 = Spagnum I dan IBA 100 ppm; M1H2 = Spagnum I dan IBA 150 ppm; M1H3 = Spagnum I dan IBA 200 ppm; M2H1 = Spagnum II dan IBA
100 ppm; M2H2 = Spagnum II dan IBA 150 ppm; M2H3 = Spagnum II dan IBA 200 ppm; M3H1 = Moss dan IBA 100 ppm; M3H2 = Moss dan IBA
150 ppm; M3H3 = Moss dan IBA 200 ppm.
Gambar 3. Histogram kemunculan kalus di luar bidang sayatan pada umur 8 MST dengan berbagai macam media dan konsentrasi
IBA
commit to user Bhaskaran dan Smith 1990 berpendapat bahwa efektifitas zat
pengatur tumbuh auksin eksogen bergantung pada konsentrasi hormon endogen dalam jaringan tanaman. Penambahan hormon IBA pada masing-
masing perlakuan menunjukkan hasil yang kurang efektif pada rerata kemunculan kalus, pendugaan terjadi karena adanya perbedaan tingkat
konsentrasi pada batang yang digunakan sebagai bahan cangkok pada setiap perlakuan.
3. Persentase Pertumbuhan Kalus di luar bidang sayatan