commit to user
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai Januari 2011 di Desa Tajurhalang, Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor, dengan
ketinggian tempat 300 m dpl.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tanaman induk belimbing manis varietas Dewi, media tanam spagnum I, spagnum II, dan
moss lampiran 3, dan zat pengatur tumbuh IBA konsentrasi 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm. Alat yang digunakan meliputi siletpisau, plastik, busa,
tali rafia, label nama, dan alat tulis.
C. Cara Kerja Penelitian
1. Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan Rancangan Acak Lengkap
RAL yang terdiri atas dua faktor perlakuan sebagai berikut : a. Faktor pertama yaitu macam media dengan tiga taraf, yaitu :
M1 : Media spagnum I M2 : Media spagnum II
M3 : Media moss b. Faktor kedua yaitu konsentrasi IBA dengan tiga taraf, yaitu :
H1 : Perlakuan dengan penambahan IBA 100 ppm H2 : Perlakuan dengan penambahan IBA 150 ppm
H3 : Perlakuan dengan penambahan IBA 200 ppm Sehingga diperoleh 9 kombinasi perlakuan, yaitu :
M1H1 : Media spagnum I dan IBA 100 ppm M1H2 : Media spagnum I dan IBA 150 ppm
M1H3 : Media spagnum I dan IBA 200 ppm M2H1 : Media spagnum II dan IBA 100 ppm
10
commit to user M2H2 : Media spagnum II dan IBA 150 ppm
M2H3 : Media spagnum II dan IBA 200 ppm M3H1 : Media moss dan IBA 100 ppm
M3H2 : Media moss dan IBA 150 ppm M3H3 : Media moss dan IBA 200 ppm
Kemudian masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 4 ulangan.
2. Pelaksanaan Penelitian a. Pembuatan larutan IBA
Bahan pelarut yang dipakai adalah NaOH 1 N. Konsentrasi 100 ppm artinya setiap 1 liter larutan mengandung 100 mg IBA. Begitu
pula dengan konsentrasi 150 ppm dan 200 ppm. Langkah pembuatan larutan IBA adalah sebagai berikut :
1 IBA ditimbang sesuai dengan kebutuhan masing-masing perlakuan yaitu 100, 150, dan 200 mg.
2 IBA yang telah ditimbang ditambahkan dengan NaOH sebanyak 5 – 10 tetes sampai IBA larut. NaOH berguna sebagai pelarut dari
bentuk serbuk menjadi larutan. 3 Larutan IBA ditambahkan aquadest hingga volume larutan menjadi
1 liter kemudian diaduk sampai rata. 4 IBA siap digunakan sesuai dengan perlakuan masing-masing
konsentrasi. b. Penyiapan media cangkok
Menaruh masing-masing media cangkok yang akan digunakan pada sebuah wadah kemudian merendam media tersebut pada larutan
IBA yang telah dibuat sesuai dengan perlakuan selama 3 jam. Perendaman dapat disesuaikan dengan konsentrasi larutan yang
digunakan.
commit to user c. Pemilihan tanaman induk
Melakukan pemilihan tanaman induk yang akan digunakan. Tanaman induk yang dipilih yaitu tanaman yang kuat, sehat, dan subur.
d. Pemilihan batang cangkok Memilih batang cangkok pada bagian pucuk batang tanaman induk.
Bagian batang yang digunakan untuk cangkok diambil pada buku nodus ke-20 dari bagian pucuk.
e. Pencangkokan Pencangkokan dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1 Memilih batang cangkok yang sehat sebagai bahan tanam. Cangkok dilakukan pada buku nodus ke-20 dari bagian pucuk.
2 Melakukan penyayatan pada batang secara miring dari bagian pangkal ke ujung batang hingga ¾ bagian, namun jangan sampai
batang terputus. 3 Bagian batang bawah yang telah disayat, ditutupi dengan plastik
dan ditengah-tengah sayatan tersebut diberi sedikit media. 4 Meletakkan media pada batang yang telah dicangkok hingga
menutupi bagian tersebut kemudian diatas media tersebut dibalut dengan busa lalu membungkusnya dengan plastik lampiran 5.
f. Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan dengan melakukan penyiraman pada
tanaman induk dan cangkokan agar kelembapan pada media cangkok dapat tetap terjaga.
3. Variabel Pengamatan a. Persentase cangkok hidup
Persentase cangkok yang hidup dihitung pada saat umur cangkok 8 MST Minggu Setelah Tanam atau pada akhir pengamatan.
100 sec
x ruhcangkok
Jumlahselu kokhidup
Jumlahcang p
angkokhidu Persenta
=
b. Saat muncul kalus pada bidang sayatan
commit to user Pengamatan kemunculan kalus dilakukan pada saat umur cangkok
1 MST hingga akhir pengamatan 8 MST setiap 1 minggu sekali pada bidang sayatan.
c. Saat muncul kalus di luar bidang sayatan Pengamatan kemunculan kalus dilakukan pada saat umur cangkok
1 MST hingga akhir pengamatan 8 MST setiap 1 minggu sekali di luar bidang sayatan.
d. Persentase pertumbuhan kalus di luar bidang sayatan Persentase kalus yang terbentuk dihitung pada saat umur cangkok
1 MST hingga akhir pengamatan 8 MST setiap 1 minggu sekali di luar bidang sayatan.
e. Persentase cangkok tumbuh akar Persentase cangkok tumbuh akar dihitung pada saat umur cangkok
8 MST atau pada akhir pengamatan. 100
sec x
ruhcangkok Jumlahselu
kar koktumbuha
Jumlahcang uhakar
angkoktumb Persenta
= f. Jumlah akar
Jumlah akar diamati pada saat umur cangkok 1 MST hingga akhir pengamatan 8 MST setiap 1 minggu sekali.
g. Panjang akar Panjang akar diamati pada saat umur cangkok 1 MST hingga akhir
pengamatan 8 MST setiap 1 minggu sekali. 4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara deskriptif yang digunakan untuk menjabarkan hasil penelitian.
commit to user
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN