Saat Muncul Kalus pada bidang sayatan

commit to user Kelembapan merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan pada perbanyakan vegetatif dengan metode cangkok pucuk. Ashari 1995 menyebutkan bahwa keadaan yang gelap dan lembap akan menyebabkan akar dapat tumbuh dengan cepat. Namun, hal ini akan berakibat sebaliknya jika kelembapan yang diperlukan untuk cangkok tumbuh optimal sangat tinggi. Kelembapan yang tinggi menyebabkan kebusukan pada bagian sayatan atau pelukaan sehingga cangkok akan mudah mati. Faktor genetik atau karakteristik dari belimbing manis Averrhoa carambola L. menjadi salah satu faktor kematian cangkok. Karakteristik pada batang belimbing dengan kulit tipis memungkinkan kambium yang terdapat di dalam batang menjadi mudah kering saat terjadi luka dan hal ini menyebabkan kematian cangkok. Keberadaan OPT seperti jamur pada batang cangkok dapat mematikan cangkok tersebut bahkan jika tidak dikendalikan dengan segera dapat menyebabkan kematian pada tanaman induk.

B. Kalus

1. Saat Muncul Kalus pada bidang sayatan

Kalus merupakan kumpulan sel-sel parenkim yang laju pertumbuhannya tidak seragam Sumeru, 1995. Kalus juga dapat didefinisikan sebagai suatu jaringan hidup hasil dari suatu petumbuhan yang terdiri dari massa yang tidak teratur Wetherell, 1982. Saat muncul kalus diamati satu kali dalam setiap minggu dan dihitung persentasenya. Pengamatan berfungsi untuk mengetahui waktu kemunculan kalus dibidang sayatan pada cangkok pucuk belimbing manis setiap minggunya. Perlakuan yang mampu menginduksi kalus pada minggu pertama adalah spagnum I dan IBA 100 ppm, spagnum II dan IBA 100 ppm, dan moss dan IBA 100 ppm. Namun, pada perlakuan spagnum I dan IBA 150 ppm kemunculan kalus baru terlihat pada umur 6 MST, sedangkan perlakuan spagnum I dan IBA 200 ppm sampai pada akhir pengamatan belum menunjukkan kemunculan kalus pada bidang sayatan gambar 1. commit to user 25 50 75 100 M1H1 M1H2 M1H3 M2H1 M2H2 M2H3 M3H1 M3H2 M3H3 Perlakuan P e rs e n ta s e 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST Keterangan : M1H1 = Spagnum I dan IBA 100 ppm; M1H2 = Spagnum I dan IBA 150 ppm; M1H3 = Spagnum I dan IBA 200 ppm; M2H1 = Spagnum II dan IBA 100 ppm; M2H2 = Spagnum II dan IBA 150 ppm; M2H3 = Spagnum II dan IBA 200 ppm; M3H1 = Moss dan IBA 100 ppm; M3H2 = Moss dan IBA 150 ppm; M3H3 = Moss dan IBA 200 ppm. Gambar 1. Histogram saat muncul kalus pada bidang sayatan dengan berbagai macam media dan konsentrasi IBA Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kalus tidak muncul pada bidang sayatan yaitu adanya perubahan kondisi lingkungan dan kontaminasi pada bidang sayatan. Perubahan kondisi lingkungan dapat terjadi pada saat pengamatan dilakukan dengan cara membuka media tanam sehingga kemunculan maupun pertumbuhan kalus pada bidang sayatan menjadi terganggu, bahkan dapat menyebabkan kalus yang telah muncul mengalami stagnasi dan kematian. Hal ini juga menyebabkan penurunan persentase kalus yang muncul pada umur tanam setelahnya, seperti pada perlakuan moss dan IBA 100 ppm saat umur tanam 3 MST yang telah mampu menumbuhkan kalus hingga mencapai persentase sebesar 100, namun pada umur tanam 4 MST persentase kalus menurun hingga 50. Faktor lain ialah terkontaminasinya bidang sayatan pada cangkok. Fowler 1983 menyatakan bahwa terbentuknya kalus disebabkan karena adanya rangsangan luka pada bagian tanaman, namun apabila terjadi kontaminasi pada bidang sayatan atau luka, kalus tidak akan muncul pada bidang tersebut. commit to user Penambahan zat pengatur tumbuh IBA kurang mempengaruhi waktu kemunculan kalus pada setiap perlakuan dari cangkok tersebut karena adanya perbedaan respon yang diterima pada masing-masing perlakuan. Waktu kemunculan kalus mulai efektif terlihat saat tanaman berumur 4 MST gambar 1. Menurut Widyarso 2010 perbedaan waktu saat muncul kalus tersebut akibat adanya perbedaan tanggapan respon sel-sel atau jaringan tanaman terhadap ketersedian auksin endogen dan eksogen. Penjelasan tersebut diperkuat oleh pendapat Bhaskaran dan Smith 1990 bahwa efektifitas zat pengatur tumbuh auksin eksogen bergantung pada konsentrasi hormon endogen dalam jaringan tanaman.

2. Saat Muncul Kalus di luar bidang sayatan