commit to user 32
Perubahan konsep tata ruang dan arsitektur Candi Sukuh menyimpang dari pola India memiliki alasan sosial dan kultural. Sukatno 2003 menjelaskan
bahwa konsep mandala suatu candi tidak hanya berkait dengan konteks arsitektural bangunan candi yang suci.
Bangunan ini segera terasa pada amplifikasi penokohan relief-relief Candi Sukuh yang mengangkat tokoh Sadewa. Padahal, tokoh tersebut di
dalam Mahabharata India adalah tokoh pendukung setelah Arjuna. Mengenai cerita yang mendasari relief, Candi Sukuh pernah dibahas oleh
Callenfels 1925 yang membahas relief-relief yang ada hubungannya dengan Kisah Sudamala. Cerita Sudamala tersebut kemudian juga dibahas panjang
lebar oleh Zoetmulder 1974 dalam bukunya Kalangwan yang menyoroti secara mendalam Kisah Sudamala dari sisi filologis dan sastra. Relief Candi
Sukuh dan Kisah Sudamala pernah juga dibahas oleh Sri Mulyono 1978 ketika membahas mengenai tokoh Semar. Menurut Sri Mulyono, di Candi
Sukuh tokoh Semar pertama-tama muncul dalam relief. Candi Sukuh juga disinggung oleh Holt 19672000 bahwa di kedua candi tersebut muncul
unsur-unsur prehistoris dan penyajian alat seks secara vulgar. Arca-arca di Candi Sukuh mencerminkan nenek moyang masa purba.
2. Sejarah Singkat Penemuan Candi Sukuh
Situs candi Sukuh ditemukan kembali pada masa pemerintahan Britania Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta.
Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan
commit to user 33
data-data guna menulis bukunya The History of Java. Kemudian setelah masa pemerintahan Britania Raya berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, yang
berwarganegara Belanda melakukan penelitian. Pada tahun 1928, pemugaran dimulai. Hasil penelitian tersebut dilaporkan dalam buku Van der Vlis yang
berjudul Prove Eener Beschrijten op Soekoeh en Tjeto. Penelitian terhadap Candi Sukuh kemudian dilanjutkan oleh Hoepermans pada tahun 1864-1867
dan dilaporkan dalam bukunya yang berjudul Hindoe Oudheiden van Java. Pada tahun 1889, Verbeek mengadakan inventarisasi terhadap Candi Sukuh,
yang dilanjutkan dengan penelitian oleh Knebel dan WF. Stutterheim pada tahun 1910. Diparta Karanganyar, 2010 ; 20
Candi Sukuh berlatar belakang agama Hindu dan diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-15 M. Berbeda dengan umumnya candi Hindu di Jawa
Tengah, arsitektur Candi Sukuh dinilai menyimpang dari ketentuan dalam kitab pedoman pembuatan bangunan suci Hindu, Wastu Widya. Menurut
ketentuan, sebuah candi harus berdenah dasar bujur sangkar dengan tempat yang paling suci terletak di tengah. Adanya penyimpangan tersebut diduga
karena Candi Sukuh dibangun pada masa memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa. Memudarnya pengaruh Hinduisme di Jawa rupanya menghidupkan
kembali unsur-unsur budaya setempat dari zaman Megalitikum. Pengaruh zaman prasejarah terlihat dari bentuk bangunan Candi Sukuh
yang merupakan teras berundak. Bentuk semacam itu mirip dengan bangunan punden berundak yang merupakan ciri khas bangunan suci pada masa pra-
commit to user 34
Hindu. Ciri khas lain bangunan suci dari masa pra-Hindu adalah tempat yang paling suci terletak di bagian paling tinggi dan paling belakang.
3. Lokasi Candi Sukuh