commit to user 36
Dilantai dasar dari gapura ini terdapat relief yang menggambarkan phallus berhadapan dengan vagina. Relief ini mengandung makna yang
mendalam. Relief ini mirip lingga-yoni dalam agama Hindu yang melambangkan Dewa Syiwa dengan istrinya Dewi Parwati.
a. Teras Pertama
Pada teras pertama terdapat pintu gerbang gapura utama. Bentuk gapuranya amat unik yakni dibuat miring seperti trapezium, layaknya
pylon gapura pintu masuk ke tempat suci di Mesir. Pada sisi gapura sebelah utara terdapat relief “manusia ditelan raksasa” yakni sebuah
“sengkalan rumit” yang bisa dibaca “Gapura buta mangan wong “ gapura raksasa memakan manusia. Gapura dengan karakter 9, buta karakternya 5,
mangan karakternya 3, dan wong mempunyai karakter 1.
Jadi candrasangkala tersebut dapat dibaca 1359 Saka atau tahun 1437 M, menandai selesainya pembangunan gapura pertama ini. Dilantai
dasar dari gapura ini terdapat relief yang menggambarkan phallus penis berhadapan dengan vagina dengan di kelilingi oleh kalungan sperma.
Sepintas relief ini mempunyai kesan porno, namun relief ini mengandung makna yang mendalam, lingga-yoni ini merupakan lambang kesuburan.
Relief tersebut dipahat di lantai pintu masuk dengan maksud agar siapa saja yang melangkahi relief tersebut segala kotoran yang melekat di
badan menjadi sirna sebab sudah terkena “suwuk”. Relief tersebut
commit to user 37
berfungsi sebagai “suwuk” untuk “ngruwat”, yakni membersihkan segala kotoran yang melekat di hati setiap manusia. Relief-relief yang ada di
Candi Sukuh tersebut merupakan suatu sengkalan yang cukup rumit yaitu : “ Wiwara Wiyasa Anahut Jalu “. Wiwara artinya gapura yang suci dengan
karakter 9, Wiyasa diartikan daerah yang terkena “suwuk” dengan karakter 5, Anahut mencaplok dengan karakter 3, Jalu laki-laki berkarakter 1.
Jadi bisa di ketemukan angka tahun 1359 Saka.
b. Teras kedua
Gapura yang terletak di teras kedua kondisinya telah rusak. Di kanan dan kiri gapura yang biasanya terdapat patung penjaga pintu atau
dwarapala dalam keadaan rusak dan sudah tidak jelas bentuknya lagi. Gapura sudah tidak memiliki atap dan pada teras ini tidak dijumpai banyak
pathjung-patung. Pada bagian tengah terdapat relief yang menggambarkan Ganesya dengan tangan yang memegang ekor.
Relief ini terdapat sebuah candrasangkala pula yang dalam bahasa Jawa berbunyi “gajah wiku anahut buntut”, artinya dalam bahasa
Indonesia adalah “Gajah pendeta menggigit ekor”. Kata-kata ini memiliki makna 8, 7, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1378 Saka atau
tahun 1456 Masehi. Jika angka tahun ini benar menunjukkan pembangunan gapura ini, maka ada selisih hampir duapuluh tahun antara
gapura di teras kedua ini dengan gapura di teras pertama.
commit to user 38
Trap kedua ini lebih tinggi daripada trap pertama dengan pelataran yang lebih luas. Terdapat jejeran tiga tembok dengan pahatan-pahatan
relief yang menggambarkan peristiwa sosial yang menonjol di masyarakat sekitar pada saat pembangunan Candi Sukuh, relief ini disebut relief Pande
Besi. Relief sebelah selatan menggambarkan seorang wanita berdiri di depan tungku pemanas besi, kedua tangannya memegang tangkai
“ububan” peralatan mengisi udara pada pande besi. Pande besi adalah pengrajin yang membuat peralatan untuk menunjang kehidupan, seperti
alat-alat pertanian, alat rumah tangga dan lain-lain.
c. Teras ketiga