Metode Konvensional Uji Hipotesis Penelitian

17 17 17

4. Metode Konvensional

Konvensional berasal dari kata konvensi yang berarti pemufakatan umum atau kebiasaan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia 1995:523, konvensional mempunyai arti menurut apa yang sudah terjadi kebiasaan atau sudah menjadi tradisional. Jadi berdasarkan pengertian di atas, pembelajaran matematika yang umum digunakan pada saat ini adalah metode ceramah, sebagai alat bantu utamanya adalah papan tulis. Gambaran pembelajaran matematika dengan pendekatan ceramah adalah sebagai berikut : definisi dan rumus diberikan guru, perumusan rumus dilakukan sendiri oleh guru, contoh soal diberikan dan dikerjakan sendiri oleh guru. Langkah–langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa. Mereka meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru. Metode konvensional yang digunakan saat proses pembelajaran pada dasarnya menitikberatkan pada keaktifan guru, sedang siswa cenderung pasif sehingga metode konvensional dianggap efektif jika ditinjau dari sisi guru. Karena metode konvensional merupakan metode yang sudah umum digunakan dan sedikitnya keterlibatan siswa pada kegiatan belajar mengajar, maka metode ini tidak akan dijabarkan lebih lanjut.

5. Aktivitas Belajar Siswa

Keadaan siswa pada saat proses kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung berbeda-beda, kadang ada siswa diam tidak beraktivitas apapun, setelah ditanya guru justru memberi respon terkejut. Dengan kondisi diam tidak beraktivitas pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung berarti dapat dikatakan siswa tersebut tidak sedang dalam kondisi belajar. Karena menurut kaum Konstruktivisme belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi 18 18 18 arti entah teks, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses membuat penalaran atas apa yang dipelajari dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan apa yang telah ia ketahui serta menyelesaikan ketegangan antara apa yang telah ia ketahui dengan apa yang ia perhatikan dalam pengalaman yang baru Paul Suparno, 2004 : 61 Menurut Montesori dalam Sardiman 2004 : 96 mengatakan bahwa: “anak-anak memiliki tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak didiknya”. Pernyataan Montesori tersebut di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran yang lebih banyak melakukan aktivitas proses pembentukan diri siswa adalah siswa sendiri, sedangkan guru hanya memberikan bimbingan, merencanakan kegiatan, dan menyiapkan fasilitas yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Rouseau dan Sardiman 2004 : 96 mengatakan : “dalam kegiatan belajar mengajar segala pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang yang bekerja harus aktif sendiri, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi”. Dierich menyebutkan dalam Sardiman 2004 : 1001 bahwa kegiatan belajar dibagi menjadi 8 delapan kelompok, yaitu:

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya : membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 19 19 19

b. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian percakapan,

diskusi, musik, pidato.

d. Writing activities, seperti misalnya : menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin. e. Drawing activities, misalnya : menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

g. Mental activities, sebagai contoh misalnya : menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h. Emosional activities, seperti misalnya : menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosakan dan benar - benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya sebagai pusat dan tranformasi kebudayaan. Tetapi sebaliknya ini semua merupakan tantangan yang menuntut jawaban dari para guru. Kreativitas guru mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan siswa yang sangat bervariasi itu. Sedangkan kadar keaktifan siswa pada dasarnya adalah ciri-ciri yang tampak dan dapat diamati serta dapat diukur oleh siapapun yang terlibat dalam pembelajaran, yaitu guru. Memahami indikator keaktifan siswa akan dapat 20 20 20 bermanfaat bagi guru. Adapun indikator keadaan keaktifan siswa dalam pembelajaran menurut Nana Sujana dalam Suharno, Chodijah, Suwalni 1999 : 10 dijelaskan sebagai berikut: 1 adanya aktivitas belajar siswa secara individual untuk penerapan konsep, prinsip, dan generalisasi. 2 adanya aktivitas belajar siswa dalam bentuk kelompok untuk memecahkan masalah problem solving. 3 adanya partisipasi siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya. 4 adanya keberanian siswa dalam mengajukan pendapatnya. 5 adanya aktivitas belajar menganalisis, penilaian dan kesimpulan. 6 setiap siswa dapat mengomentari dan memberi tanggapan pendapat siswa lain. 7 adanya kesempatan bagi setiap siswa untuk menggunakan berbagai sumber belajar yang tersedia. 8 adanya upaya bagi setiap siswa untuk menilai hasil belajar yang dicapai. 9 adanya upaya siswa untuk bertanya guru dan atau meminta pendapat siswa yang lainnya dalam upaya kegiatan pembelajaran .

B. Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini juga menggunakan acuan dari penelitian-penelitian yang relevan dengan ini, diantaranya: Penelitian yang dilakukan oleh Dwiyana 2003 yang berjudul “Pembelajaran Kooperatif Model STAD sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Trigonometri Siswa kelas 2 SMUN 1 Malang”. Berdasarkan penelitian tersebut disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar di dalam kelas merupakan hal terpenting dalam proses pendidikan. KBM dipengaruhi beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah model pembelajaran. Dengan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada siswa. 21 21 21 Berdasarkan penelitian Tri Widodo 2002 yang berjudul, ”Efektifitas Pembelajaran Matematika dengan teknik the Windows untuk pencapaian prestasi belajar matematika ditinjau dari aktivitas belajar Siswa”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara penggunaan teknik the Windows terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan teknik the Windows terhadap prestasi belajar siswa dan ada pengaruh signifikan antara aktivitas belajar siswa dengan prestasi belajar Siswa, tetapi tidak ada interaksi antara penggunaan teknik the Windows dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar matematika. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh dua orang peneliti di atas terdapat persamaan obyek yang diteliti oleh peneliti dan persamaan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini obyek yang digunakan peneliti adalah model pembelajaran kooperatif dan aktivitas belajar Siswa. Kesimpulan dari dua penelitian di atas bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif dengan prestasi belajar matematika. Yang membedakan adalah subyek dan pokok bahasan yang diteliti. Subyek yang diteliti adalah siswa kelas X. Pada penelitian ini akan diteliti sejauh mana efektivitas model pembelajaran STAD terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari aktivitas belajar siswa. .

C. Kerangka Berpikir

Dengan aktivitas belajar yang tinggi berarti Siswa tersebut akan aktif mengikuti pelajaran, aktif memperhatikan, menulis, bertanya, mengerjakan soal, mempelajari buku paket dan lain-lain. Dengan aktif melakukan hal-hal tersebut 22 22 22 secara otomatis penguasaan materi pelajaran akan lebih mendalam sehingga prestasi belajarnyapun akan meningkat. Dengan model pembelajaran kooperatif, siswa aktif dan bekerja untuk menyelesaikan materi atau soal dengan kerja sama secara berkelompok. Model pembelajaran kooperatif juga merupakan daya tarik tersendiri bagi siswa saat mengerjakan soal matematika. Dengan hal-hal tersebut tingkat pemahaman siswa terhadap materi akan lebih mendalam sehingga belajarnya pun akan meningkat. Dalam model pembelajaran kooperatif siswa dituntut bekerja dalam kelompoknya. Sehingga siswa yang aktif akan berusaha memanfaatkan kesempatan dalam belajar kelompok tersebut untuk menyelesaikan soal-soal atau menemukan rumus atau menyelesaikan materi baru, model pembelajaran kooperatif sangat bermanfaat bagi siswa yang aktif dalam belajar. Sedang pada siswa yang aktivitas belajarnya rendah kelompok belajar tersebut hanya akan menambah bingung saja karena sejak awal mereka kurang berminat dalam belajar, sehingga mereka menganggap model pembelajaran kooperatif merupakan hal yang sama saja dengan teknik pembelajaran yang lainnya. Dari uraian tersebut di atas maka diduga terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dan aktivitas belajar siswa terdapat prestasi belajar matematika. Artinya prestasi belajar matematika yang dicapai siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dan memiliki aktivitas belajar tinggi diduga lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang pembelajarannya tidak menggunakan model kooperatif dan aktivitas belajar matematika rendah. 23 23 23 Dari pemikiran di atas dapat digambarkan skema penelitian sebagai berikut : Gambar 3.1 Skema Penelitian

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran serta perumusan masalah yang diajukan, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut : H 1 : Model pembelajaran kooperatif STAD lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. H 2 : Prestasi belajar siswa dengan aktivitas tinggi lebih baik daripada prestasi siswa dengan aktivitas rendah. H 3 : Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika. Model pembelajaran Aktivitas Belajar Prestasi Belajar Matematika 24

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 4 Madiun dan SMA Negeri 6 Madiun Kelas X tahun pelajaran 2007-2008. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester I bulan September sampai dengan bulan November 2007.

B. Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah cara yang digunakan dalam penelitian, yaitu langkah-langkah yang sistematis sebagaimana langkah dalam metode ilmiah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental semu karena tidak melibatkan semua variabel yang terkait. Di samping itu peneliti memandang metode ini perlakuan di lapangan dapat dilaksanakan secara realistis. Donald Ary Terjemahan Arief Furchan, 1982: 368 mengatakan : seorang peneliti dalam melakukan eksperimen mestinya menggunakan desain yang dapat memberikan pengendalian secara penuh melalui prosedur pengacakan atau yang disebut sebagai eksperimen sejati true experiment. Namun banyak situasi pendidikan yang tidak dapat diteliti dengan menggunakan eksperimen sejati ini karena pemberian kondisi secara teratur dan kemampuan mengacak tidaklah selalu dapat diwujudkan. Eksperimen yang dilakukan di kelas misalnya, tidak dapat mengelompokkan subyek secara acak karena terkait dengan berbagai hal seperti pengaturan jadwal dan pembagian kelas itu sendiri. Atas dasar tersebut Donald Ary 1982 : 368 menyarankan : seorang peneliti perlu mengetahui variabel mana yang tidak 25 25 sepenuhnya dapat dikendalikan, sumber-sumber ketidakvalidan serta memperhitungkan sumber-sumber tersebut dalam interpretasinya. Penelitian ini sudah memenuhi syarat dalam eksperimen yaitu adanya kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut diasumsikan sama dalam segi yang sesuai dan hanya berbeda pada penggunaan metode dalam pembelajaran. Kelompok eksperimen dikenai model pembelajaran kooperatif sedangkan kelompok kontrol dengan model konvensional. Pada akhir penelitian baik kelompok kontrol maupun eksperimen diukur dengan alat ukur yang sama. Hasil pengukuran tersebut digunakan sebagai data yang kemudian diolah dan hasilnya dibandingkan dengan tabel statistik.

C. Populasi dan Sampel

Donald Ary terjemahan Arief Furchan, 1982 : 189 mengatakan bahwa : Populasi adalah semua anggota sekelompok orang, kejadian atau obyek yang telah dirumuskan secara jelas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Kota Madiun tahun pelajaran 2007-2008 sebanyak 1290 siswa terbagi ke dalam 6 SMA. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini, peneliti memilih dua SMA secara acak dari daftar nama SMA yang terpilih itu ke dalam sampel. Penarikan sampel seperti ini disebut penarikan sampel berkelompok cluster random sampling, Donald Ary Terjemahan Arief Furchan, 1982 : 196. Adapun langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 1. Langkah Pertama Populasi sebanyak 1290 siswa se Kota Madiun terbagi dalam 6 SMA Negeri yaitu SMA Negeri 1 Madiun 288 siswa , SMA Negeri 2 Madiun 26 26 288 siswa , SMA Negeri 3 Madiun 125 siswa , SMA Negeri 4 Madiun 266 siswa , SMA Negeri 5 Madiun 288 siswa dan SMA Negeri 6 Madiun 160 siswa , dengan teknik cluster random sampling terpilih dua SMA yaitu SMA Negeri 4 Madiun dan SMA Negeri 6 Madiun. 2. Langkah Kedua Dari SMA Negeri 4 Madiun dan SMA Negeri 6 Madiun dipilih dengan menggunakan teknik random dengan cara undian, maka terpilih SMA Negeri 4 Madiun sebanyak 126 siswa sebagai SMA eksperimen dan SMA Negeri 6 Madiun sebanyak 116 siswa sebagai SMA kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian Pada penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat, yaitu : a. Variabel bebas 1 Model Pembelajaran a Definisi Operasional Model Pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan atau menjelaskan materi ajar kepada siswa, agar materi ajar tersebut dipahami, dikuasai, diserap dan diingat informasi- informasi, pengetahuan, dan kecakapan baik dalam arti efisiensi dan efektif, sehingga informasi, pengetahuan dan kecakapan itu dapat dimanfaaatkan untuk kemajuan hidup dan kerja. b Skala pengukuran : nominal dengan dua kategori yaitu model pembelajaran kooperatif dan model konvensional. c Simbol : X 1 27 27 2 Aktivitas Belajar Siswa a Definisi Operasional Aktivitas belajar siswa adalah ciri-ciri yang tampak dan dapat diamati serta dapat diukur oleh siapapun yang terlibat dalam pembelajaran, yaitu guru. Memahami indikator keaktifan siswa akan dapat bermanfaat bagi guru. Adapun indikator keadaan keaktifan siswa dalam pembelajaran menurut Nana Sujana dalam Suharno, Chodijah, Suwalni 1999 : 10 dijelaskan sebagai berikut: 1 adanya aktivitas belajar siswa secara individual untuk penerapan konsep, prinsip, dan generalisasi. 2 adanya aktivitas belajar siswa dalam bentuk kelompok untuk memecahkan masalah problem solving. 3 adanya partisipasi siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya. 4 adanya keberanian siswa dalam mengajukan pendapatnya. 5 adanya aktivitas belajar menganalisis, penilaian dan kesimpulan. 6 setiap siswa dapat mengomentari dan memberi tanggapan pendapat siswa lain. 7 adanya kesempatan bagi setiap siswa untuk menggunakan berbagai sumber belajar yang tersedia. 8 adanya upaya bagi setiap siswa untuk menilai hasil belajar yang dicapai. 9 adanya upaya siswa untuk bertanya guru dan atau meminta pendapat siswa yang lainnya dalam upaya kegiatan pembelajaran . b Skala pengukuran : Data perolehan berskala interval yang kemudian ditransformasikan menjadi skala ordinal. Skala ordinal meliputi 3 kategori : rendah, sedang dan tinggi. c Simbol : X 2 d Indikator : jumlah skor dari angket aktivitas belajar matematika 28 28 b. Variabel Terikat Prestasi Belajar matematika a Definisi Operasional Prestasi belajar matematika adalah skor yang diperoleh siswa setelah menjawab beberapa soal matematika. b Indikator : Nilai tes pokok bahasan Persamaan dan Fungsi Kuadrat c Skala pengukuran : interval. 1 Simbol : Y 2. Teknik Pengambilan Data a. MetodeAngket Metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan item pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subyek penelitian, responden atau sumber data lain dan jawabannya diberikan secara tertulis. Dalam penelitian ini, metode angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa. Adapun prosedur skor untuk jawaban angket yang diberikan pada respoden adalah sebagai berikut: jawaban a diberi skor 5, b diberi skor 4, c diberi skor 3, d diberi skor 2 dan e diberi skor 1. b. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mengambil dari dokumen yang telah ada. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai nilai siswa yang menjadi sampel pada penelitian ini yaitu nilai ujian akhir SMPMTs mata pelajaran matematika. Data tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa yang termasuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah seimbang. 29 29 c. Metode Tes Metode Tes adalah metode pengumpulan data dengan cara memberikan sejumlah item pertanyaan kepada subyek penelitian. Pada penelitian ini metode tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar matematika pada sampel setelah dikenai suatu perlakuan. 3. Pengembangan Instrumen. a. Angket 1 Tujuan : untuk mengetahui aktivitas belajar siswa. 2 Langkah-langkah Penyusunan Angket: a. Menjabarkan komponen-komponen aktivitas belajar ke dalam indikator. Adapun komponen-komponen aktivitas belajar tersebut adalah : 1 Aktivitas mengikuti pelajaran di ruang kelas. 2 Frekuensi belajar di rumah. 3 Aktivitas mempelajari sumber pelajaran di perpustakaan. 4 Kegiatan belajar kelompok. 5 Usaha dalam mengatasi kesulitan belajar. 6 Pengerjaan Tugas. 7 Aktivitas menghadapi tes. 8 Aktivitas mempelajari sumber belajar selain buku pelajaran. b. Menyusun tabel kisi-kisi pembuatan instrumen aktivitas belajar matematika. c. Menjabarkan indikator ke dalam butir angket. d. Memberikan skor pada setiap butir angket yaitu : a = 5, b = 4, c = 3, d = 2, e = 1. 30 30 Kisi kisi angket aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 6, sedangkan angket penelitian tentang aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 7. b. Tes Untuk mendapatkan skor prestasi belajar matematika digunakan bentuk tes yang terdiri atas beberapa soal. Langkah langkah penyusunan perangkat tes prestasi belajar matematika sebagai berikut : 1 Menyusun tabel kisi kisi soal yang meliputi jenis atau tipe soal yang digunakan. 2 Menyusun butir butir soal berdasarkan kisi kisi tersebut. Kisi kisi tes prestasi belajar matematika yang akhirnya digunakan untuk mendapatkan data penelitian dapat dilihat pada lampiran 3, sedangkan soal tes prestasi belajar matematika pada lampiran 4. c. Uji Coba Intrumen Soal tes prestasi belajar matematika dan angket aktivitas belajar matematika akan diujicobakan untuk mendapatkan dan memperbaiki tingkat validitas dan reliabilitasnya. 1 Uji Validitas Suatu Intrumen disebut valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas di sini termasuk validitas internal karena setiap bagian instrumen mendukung misi instrumen secara keseluruhan yaitu mengungkap data dari variabel yang dimaksud. Dalam penelitian ini untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi moment produk Karl Pearson sebagai berikut: 31 31 xy r =       2 2 2 2 n XY X Y n X X n Y Y           dengan : xy r = koefisien korelasi antara variabel X dan Y X = skor butir item tertentu Y = skor total n = cacah subyek Dengan keputusan Uji : xy r r kritik : item pernyataan tersebut valid 2 Uji Reliabilitas Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran dengan alat tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada kelompok orang yang berlainan pada waktu yang sama. Reliabilitas di sini termasuk reliabel internal karena setiap bagian instrumen mendukung misi instrumen secara keseluruhan. Karena Skor dalam angket tidak 0 dan 1 tetapi antara 1 sampai 5 maka untuk uji reliabilitas digunakan rumus alpha. Adapun rumus alpha yang dimaksud adalah sebagai berikut :   2 11 2 1 1 1 b k r k                     Suharsimi Arikunto, 2005 : 109 32 32 dengan keterangan : r 11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan  2 b  = jumlah varians butir 2 1  = varians total Instrumen dikatakan reliabel jika tabel r r  11 . d. Tes 1 Tujuan : untuk mengukur prestasi belajar matematika pada pokok bahasan Persamaan dan Fungsi Kuadrat. 2 Penyusunan tes prestasi belajar matematika dilakukan oleh peneliti dengan berpedoman pada kurikulum yang berlaku. 3 Sistem penilaian tes prestasi belajar menggunakan Penilaian Acuan Patokan PAP, yaitu penilaian yang diacukan kepada tujuan instruksional yang harus dikuasai siswa. Dengan demikian derajat keberhasilan siswa dibandingkan dengan tujuan yang seharusnya dicapai, bukan dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Kriteria keberhasilan siswa sebesar 70 . 4 Uji validitas instrumen : Untuk menguji validitas instrumen tes prestasi belajar digunakan validitas kurikuler. Suatu tes dikatakan valid apabila telah disusun sesuai kurikulum materi dan tujuannya . Dengan demikian validitas kurikuler tidak memerlukan uji coba dan analisis statistik atau dinyatakan dalam bentuk angka-angka. 33 33 e. Analisis butir soal Untuk instrument tes prestasi belajar matematika, selain diuji validitas butirnya dengan menggunakan rumus yang sama seperti pada angket, juga dilakukan analisis butir soal mengenai Taraf Kesukaran dan Daya Pembedanya. 1.Taraf Kesukaran TK Untuk menentukan Taraf Kesukaran TK digunakan rumus sebagai berikut : TK = maks S N B A . 2    Depdiknas , Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengujian di mana, Σ A = jumlahtotal skor untuk kelompok atas 27 dari total data Σ B = jumlahtotal skor untuk kelompok bawah 27 dari total data N = jumlah siswa pada kelompok atas atau kelompok bawah S maks = skor tertinggimaksimum yang dapat diperoleh Interpretasipenafsiran Tingkat Kesukaran didasarkan pada tabel berikut ini. Tabel 3.1. Interpretasi Tingkat Kesukaran Tingkat Kesukaran TK Interpretasi atau Penafsiran TK TK 0,30 Sukar 0,30 ≤ TK 0,70 Sedang TK ≥ 0,70 Mudah Depdiknas , Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengujian 34 34 2. Daya Pembeda DP Untuk menentukan Daya Pembeda DP digunakan rumus sebagai berikut : DP = maks S N B A . 2    Depdiknas, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengujian Interpretasi atau penafsirannya dilakukan berdasarkan tabel berikut ini. Tabel 3.2. Interpretasi Daya Pembeda Daya Pembeda DP Interpretasi atau penafsiran DP DP 0,20 Lemah 0,20 ≤ DP 0,30 Kurang kuat 0,30 ≤ DP 0,40 Cukup kuat DP ≥ 0,40 Kuat Depdiknas,Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengujian

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Keseimbangan Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan seimbang atau tidak. Dalam bahasa statistik, uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan mean yang berarti signifikan dari dua sampel penelitian atau tidak. Statistik uji yang digunakan dalam uji keseimbangan adalah uji-t, yaitu : a Hipotesis 1 2 : H    kelompok mempunyai kemampuan awal yang sama 1 1 2 : H    kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang berbeda 35 35 b Tingkat signifikan : 05 ,   c Statistik uji   2 1 2 2 1 2 1 2 X X t s s n n    ~tv dengan 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 s s n n v s s n n n n                        Keterangan : t = t hitung; t ~ tv 1 X = rata-rata nilai UNAS Matematika kelompok eksperimen 2 X = rata-rata nilai UNAS Matematika kelompok kontrol 2 1 s = variasi kelompok eksperimen 2 2 s = variasi kelompok kontrol 1 n = jumlah siswa kelompok eksperimen 2 n = jumlah siswa kelompok kontrol. d Daerah kritik DK= {t t ; 2 v t  } atau DK= { t t ; 2 v t  a tau t - ; 2 v t  } e Keputusan uji H ditolak jika DK t  Budiyono, 2004 : 159 2. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah normalitas, uji homogenitas dan uji independensi. 36 36 a Uji Normalitas Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode Lilliefors sebagai berikut : 1 Hipotesis H : sampel berasal dari populasi normal H 1 : sampel berasal dari populasi tidak normal 2 Tingkat signifikansi : 05 ,   Statistik uji :   { } i i L Maks F z S z   Dimana : Fz i =PZ ≤ z i Z ~ N0,1 Sz i = Proposi banyaknya z ≤ z i terhadap banyaknya z i   i i X X z s   3 Daerah Kritik DK = ; { n L L L   } dengan ;n L  dari tabel Lilliefors. 4 Keputusan Uji H ditolak jika L DK atau H tidak ditolak jika L DK. Budiyono, 2004:170-171 b Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sampel-sampel tersebut berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Dalam bahasa statistik, uji ini 37 37 digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan Bartlett dengan prosedur sebagai berikut : 1 Hipotesis : H : 2 2 2 1 2 ... k       Populasi-populasi homogen atau memiliki sifat homoskedastisitas H 1 : paling sedikit terdapat satu variansi yang berbeda. Populasi-populasi tidak homogen atau tidak memiliki sifat homoskedastisitas 2 Tingkat signifikansi : 05 ,   3 Statistik Uji : 2 2 2, 203 log log j j f RKG f s c           Dengan : X 2 ≈ X 2 k-1 k = cacah sampel f = derajat kebebasan untuk RKG = N - k N = cacah semua pengukuran j f = derajat kebebasan untuk 2 j s ; j = 1, 2, ..., k j n = cacah pengukuran pada sampel ke-j RKG = rataan kuadrat galat = j j SS f   j SS = 2 2 2 1 j j j j j X X n s n      38 38 c = 1 1 1 1 3 1 j k f f             4 Daerah Kritik DK =  2 2 2 ; 1 { k       5 Keputusan Uji H ditolak jika  ²  DK atau tidak ditolak jika  ²  DK Budiyono, 2004:177

3. Uji Hipotesis Penelitian

Pengujian Hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis variansi dua jalan sel sama dengan model sebagai berikut : X ijk = μ +  i +  j +  ij +  ijk X ijk = pengamatan ke-k dibawah faktor A kategori i dan faktor B kategori j μ = rerata besar  i = efek faktor A kategori i  j = efek faktor B kategori j  ij = kombinasi efek faktor A kategori i dan faktor B kategori j  ijk = galat berdistribusi normal N0,  ε ² i = 1, 2, ..., p ; p = bilangan cacah j = 1, 2, ..., q ; q = cacah kolom k = 1, 2, ..., n ijk = cacah pengamatan pada sel ab ij Prosedur dalam pengujian menggunakan analisa variansi dua jalan yaitu : a. Hipotesis 1 1 H : i  ≠ 0 untuk paling sedikit satu harga i 2 2 H : j  ≠ 0 untuk paling sedikit satu harga j 39 39 3 3 H :  ij ≠ 0 untuk paling sedikit satu pasang ij Ketiga pasang hipotesis ini ekuivalen dengan ketiga pasang hipotesis berikut : 1 1 H : ada perbedaan efek antar baris terhadap variabel terikat. 2 2 H : ada perbedaan efek antar kolom terhadap variabel terikat. 3 3 H : ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat. b. Statistik Uji 1 Fa : RKG RKA 2 Fb : RKG RKB 3 Fab : RKG RKAB dengan : dkA JKA RKA  dkAB JKAB RKAB  dkB JKB RKB  dkG JKG RKG  Budiyono, 2004:207-212 c. Komputasi Bentuk tabel analisis variansi berupa bentuk baris dan kolom. Adapun bentuk tabelnya sebagai berikut : 40 40 Tabel 3.3 Tata Letak Data Pada Analisis Dua Jalan B A B 1 B 2 B 3 A 1 A 1 B 1 A 1 B 2 A 1 B 3 A 2 A 2 B 1 A 2 B 2 A 2 B 3 dengan : A : metode mengajar B : aktivitas belajar A 1 : pembelajaran matematika dengan model kooperatif A 2 : pembelajaran matematika dengan model konvensional B 1 : aktivitas belajar tinggi B 2 : aktivitas belajar sedang B 3 : aktivitas belajar rendah A 1 B 1 : hasil tes prestasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran matematika dengan model kooperatif dengan aktivitas belajar tinggi. A 1 B 2 : hasil tes prestasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran matematika dengan model kooperatif dengan aktivitas belajar sedang. A 1 B 3 : hasil tes prestasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran matematika dengan model kooperatif dengan aktivitas belajar rendah. 41 41 A 2 B 1 : hasil tes prestasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran matematika dengan model konvensional dengan aktivitas belajar tinggi. A 2 B 2 : hasil tes prestasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran matematika dengan model konvensional dengan aktivitas belajar sedang. A 2 B 3 : hasil tes prestasi belajar siswa yang menggunakan pembelajaran matematika dengan model konvensional dengan aktivitas belajar rendah. 1 Menghitung Komponen Jumlah Kuadrat Ada lima komponen yang berturut-turut dilambangkan dengan 1, 2, 3, 4, 5 dan dalam penelitian ini komponen yang dipakai adalah 1, 2, 3, 4, 5 yang dirumuskan sebagai berikut : 1 = N G 2 4 = 2 j j B np  2 = 2 , , ijk i j k X  5 = 2 , ij i j AB n  3 = 2 i i A nq  dengan : N = jumlah cacah pengamatan semua sel G 2 = Kuadrat jumlah rerata pengamatan semua sel 2 i A = Jumlah Kuadrat rerata pengamatan pada baris ke-i 2 j B = Jumlah Kuadrat rerata pengamatan pada baris ke-j 2 ij AB = Jumlah Kuadrat rerata pengamatan pada ab ij 42 42 2 Jumlah Kuadrat JKA = [ 3 – 1 ] JKB = [ 4 – 1 ] JKAB = [ 5 – 4 – 3 + 1 ] JKG = 2 – 5 JKT = 2 – 1 Atau JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG 3 Derajat kebebasan dkA = p - 1 dkB = q – 1 dkAB = p – 1 q – 1 = pq – p – q + 1 dkG = pqn – 1 = N - pq dkT = N – 1 Budiyono, 2004 : 212 d. Daerah Kritik Daerah kritik untuk F a adalah DK = {F | F F α ; p-1.N-pq } Daerah kritik untuk F b adalah DK = {F | F F α ; q-1.N-pq } Daerah kritik untuk F ab adalah DK = {F ab | F ab F α ; p-1 q-1.N-pq } e. Keputusan Uji H ditolak apabila F hit  DK f. Rangkuman analisis 43 43 Tabel 3.4 Rangkuman analisis variansi dua jalan . Sumber JK dk RK F obs F α p Baris A JKA p-1 RKA F a F α atau α Kolom B JKB q-1 RKB F b F α atau α Interaksi AB JKAB p-1q-1 RKAB F ab F α atau α Galat JKG N-pq RKG - - - Total JKT N-1 - - - - Budiyono, 2004:213

4. Uji Komparasi dengan Metode Scheffe

Dokumen yang terkait

The Effectiveness Of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Techniques in Teaching Reading

1 16 116

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI POKOK BAHASAN LINGKUNGAN

0 9 124

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA POKOK BAHASAN RELASI DAN FUNGSI DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN KABUPATEN LAMANDAU

0 4 127

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL

0 2 112