1
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus terpenuhi, sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan yang sekaligus
merupakan tuntutan kemajuan peradaban dan teknologi suatu bangsa. Peradaban suatu bangsa ditentukan oleh tingkat pendidikan warga negaranya, sehingga
pendidikan adalah tolok ukur kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia berkualitas. Adapun fungsi dan tujuan
pendidikan nasional disebutkan : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
UU RI No 20 Tahun 2003.
Kalau membandingkan kualitas Sumber Daya Manusia SDM negara tetangga dan negara-negara lain disebutkan bahwa, menurut data yang
dipublikasikan oleh United Nations Development Program UNDP yang diberi judul Human Development Report 2005, kualitas SDM bangsa Indonesia berada pada
posisi yang sangat memprihatinkan. Laporan UNDP itu memuat angka indeks kualitas SDM Human Development Index – HDI dari 174 negara dunia. Hasil
laporan itu sangat mengejutkan dan memprihatinkan, yaitu Indonesia berada pada peringkat ke 110 source : UNDP – Human Development Report 2005.
Rendahnya kualitas sumber daya manusia disebabkan oleh rendahnya kualitas pendidikan, sekaligus kurang berhasilnya proses pembelajaran di kelas.
2
2
Rendahnya hasil ujian nasional tentunya tidak lepas dari beberapa faktor. Indra Djati Sidi 2001 : 14 menyatakan: Dalam hal pendidikan faktor proses dan
konteks sangat menentukan output pendidikan. Karena itu masalah-masalah semacam kurikulum, kualitas guru, metode pengajaran yang efektif dan
menyenangkan serta manajemennya menjadi sangat penting dalam proses pendidikan di sekolah.
Dalam dunia pendidikan, matematika dikenal mulai dari siswa kanak-kanak sampai pada tingkat perguruan tinggi. Hal ini disebabkan karena matematika
digunakan secara luas dalam segala bidang kehidupan manusia, seperti dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu diperlukan suatu upaya
pembelajaran yang optimal agar peserta didik dapat menerima matematika dengan baik dan benar.
Matematika harus diakui tidak mudah dimengerti oleh banyak siswa. Sehingga lebih sering mereka membuat kesalahan, yang berarti mereka lebih sering
mendapat hukuman daripada pujian Marpaung : 2004. Yang menjadi masalah adalah masih banyak proses pembelajaran yang menggunakan paradigma mengajar,
yaitu guru sebagai sumber belajar yang mengajari siswa Marpaung : 2004, sehingga terkadang siswa pasif yang sering mengalami kesulitan dalam memahami
konsep dan menerapkan rumus-rumus, bahkan kesulitan dalam menyelesaikan soal- soal.
Model pembelajaran yang seharusnya senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi guru dengan siswa Sardiman, 2004 : 14 serta interaksi antar siswa yang
akan membentuk sinergi yang saling menguntungkan semua anggota Anita Lie, 2004 : 33, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Model ini
merupakan cara belajar dan mengajar yang lebih menekankan pada upaya
3
3
menanamkan kerjasama antar siswa terutama pada saat menyelesaikan soal-soal matematika. Selain sebagai salah satu metode penyelesaian soal, model pembelajaran
kooperatif diharapkan lebih efektif dalam menanamkan pengertian atau menjelaskan konsep.
Di samping model pembelajaran, aktivitas merupakan prinsip penting dalam proses pembelajaran Sardiman, 2004 : 96. Pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan aktivitas sendiri. Model pembelajaran konvensional, dimana guru sebagai pusat
sentral proses pembelajaran, menyebabkan aktivitas siswa menjadi kurang serta potensi yang ada pada diri siswa tidak bisa terpacu dengan optimal, sehingga timbul
permasalahan yang dihadapi oleh siswa dengan proses pembelajaran metematika. Dengan model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa benar-benar aktif,
sebab dengan belajar aktif dapat menyebabkan ingatan siswa mengenai apa yang dipelajarinya akan lebih lama dan akan menimbulkan sikap kreatif dalam diri siswa.
Aktivitas belajar merupakan kegiatan belajar siswa yang diorientasikan pada pembekalan bagaimana belajar itu sebenarnya. Pada kegiatan belajar tersebut siswa
diarahkan pada latihan menyelesaikan masalah dengan kelompok belajarnya di kelas.
B. Identifikasi Masalah