Penelitian Terdahulu LANDASAN TEORI

commit to user 8

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Andrianie 2006: 64-68 dalam penelitiannya tentang ”Analisis Usahatani Tumpangsari Wijen dan Jagung pada Lahan Tegalan ditinjau Dari Segi Peningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten Sragen” menyatakan bahwa usahatani tumpangsari jagung dan wijen memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp. 3.946.476,90HaMT sedangkan usahatani monokultur jagung memiliki rata-rata penndapatan sebesar Rp. 2.527.554,00HaMT. Hasil analisis RC ratio usahatani tumpangsari jagung dan wijen adalah sebesar 1,86, sedangkan RC ratio pada usahatani monokultur jagung sebesar 1,66. Berdasarkan hasil analisis RC ratio tersebut menunjukkan bahwa usahatani tumpangsari jagung dan wijen lebih efisien dibandingkan usahatani monokultur jagung. Penelitian Mardiyanti 2003: 59-64 yang berjudul ”Studi Komparatif Usahatani Jagung Sistem Tanam Tumpangsari Jagung-Kedelai dan Monokultur Jagung di Kabupaten Wonogiri” menghasilkan kesimpilan bahwa biaya usahatani tumpangsari jagung dan kedelai Rp. 1.460.329HaMT sedangkan untuk monokultur jagung sebesar Rp. 1.373.691HaMT. Dari hasil analisis juga diperoleh bahwa penddapatan usahatani tumpangsari jagung dengan kedelai Rp. 2.347.063HaMT dan pendapatan usahatani monokultur jagung sebesar Rp. 1.704.367HaMT. Pada usahatani tumpangsari jagung dengan kedelai diperoleh nilai RC ratio sebesar 2,6 dan RC ratio usahatani monokultur jagung sebesar 2,2 yang berarti bahwa usahatani tumpangsari jagung dengan kedelai lebih efisien daripada usahatani monokultur jagung. Menurut hasil penelitian Ekwasita 2007: 102-104 “Kajian Kelayakan Usahatani Sambiloto dengan Jagung” menunjukkan bahwa pada usahatani monokultur sambiloto membutuhkan biaya sebesar Rp. 4.232.300 dengan penerimaan sebesar Rp. 5.368.985, pendapatan bersih Rp. 1.136.685 dengan nilai BC 1,27. Pada usahatani tumpangsari sambiloto dan jagung dengan jarak tanam 90 cm x 20 cm membutuhkan biaya Rp. 2.644.813 dengan penerimaan commit to user 9 Rp. 3.833.173, pendapatan bersih Rp. 1.188.360 dan nilai BC 1,5. Biaya pada usahatani tumpangsari jagung-sambiloto dengan jarak 90 cm x 20 cm lebih rendah dari pada biaya usahatani monokultur sambiloto. Penurunan biaya ini juga diikuti dengan penurunan penerimaan, usahatani tumpangsari jagung- sambiloto memberikan pendapatan yang lebih besar. Usahatani tumpangsari jagung-sambiloto juga membrikan nilai BC yang lebih tinggi.

B. Tinjauan Pustaka