ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TUMPANGSARI JAGUNG DAN KACANG TANAH DENGAN MONOKULTUR JAGUNG DI KABUPATEN WONOGIRI

(1)

commit to user

i

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TUMPANGSARI JAGUNG

DAN KACANG TANAH DENGAN MONOKULTUR JAGUNG

DI KABUPATEN WONOGIRI

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi

Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

Marlina Perdana Putri H 0307058

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user


(3)

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah begitu besar memberikan limpahan hidayah-Nya kepada penulis hingga karya ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa terlimpah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa berjuang di jalan-Nya.

Usaha dan upaya untuk senantiasa melakukan yang terbaik atas setiap kerja menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “Analisis Komparatif Usahatani Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah dengan Monokultur Jagung di Kabupaten Wonogiri”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, antara lain :

1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Sebelas Maret surakarta.

3. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti MS. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret surakarta

4. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

5. Ibu Wiwit Rahayu SP. MP selaku pembimbing utama yang dengan sabar memberikan masukan, nasehat dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Ibu Erlyna Wida Riptanti SP. MP selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing Pendamping yang benar-benar berperan sebagai ibu di kampus yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan arahannya sehingga penulis lebih matang dalam menghadapi masalah.


(4)

commit to user

iv

7. Ibu Prof. Dr. Ir Suprapti, MP. selaku penguji skripsi atas diskusi, bimbingan, serta arahannya kepada penulis.

8. Kepala BPS Kabupaten Wonogiri beserta staf atas bantuan dalam menyediakan data yang penulis butuhkan.

9. Kepala BAPPEDA Kabupaten Wonogiri beserta staf atas bantuan dalam menyediakan data yang penulis butuhkan.

10.Kantor Kecamatan Ngadirojo, Kepala Desa, Penyuluh lapangan Kecamatan Ngadirojo dan responden di Desa Gedong Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri atas bantuan kepada penulis selama penelitian.

11.Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

12.Bapak Mandimin, Bapak Syamsuri dan Mbak Ira yang dengan sabar membantu menyelesaikan segala urusan administrasi berkenaan dengan studi dan skripsi penulis.

13.Kedua orang tuaku Bapak Rina Mulato dan Ibu Winarti atas pengorbanan, doa dan restunya semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala dapat memberikan balasan kebaikan, cinta, dan surga-Nya .

14.Kakak-kakakku semuanya (Mbak Hesti, Mbak Novi, Mas Bagas, Mas Tri,), adikku (Pranata dan Azka), terima kasih atas kasih sayang, senyum, canda dan semua pengorbanan kalian semoga mendapat balasan kebaikan dari Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.

15.Sahabat-sahabatku SMA (Diar, Riska, Etik, Dina, Wahyu, Nuning, Tunjung, Joko, dan Isna) terima kasih atas nasehat, kebaikan, curhatannya, kasih sayang, perhatian, bantuan, motivasi dan persahabatan yang sudah kalian berikan kepadaku. Terima kasih sudah bersedia mendengarkan keluh kesahku selama aku kuliah, meskipun kita tidak satu kampus, selamanya kita bersahabat. Sahabat segalanya untukku, jangan putus ya, semoga ini selamanya,,, Amin

16.Sahabat-sahabatku kuliah (Feri, Ida, Yeni, Devi, Nurana, Isti, Riska, Maria dan Reni), terima kasih atas kasih sayang, gurauan, kebersamaan yang indah dan motivasinya yang telah mewarnai hidupku dan tetep semangat “SKRIPSI”nya ya…!!!!!.


(5)

commit to user

v

17.Temen-temen Agrobisnis 2007, kalian telah memberikan nuansa persaudaraan yang penuh kenangan di Fakultas Pertanian.

18.Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan.

19.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, trima kasih. Penulis sadari bahwa sesungguhnya karya ini hanya sedikit memberikan kontribusi bagi pihak pemerintah Kabupaten Wonogiri maupun bagi almamater. Namun begitu besar memberikan kemanfaatan bagi penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis berharap di balik kekurangsempurnaan karya ini masih ada manfaat yang bisa diberikan baik bagi penulis sendiri, bagi pihak almamater dapat menjadi tambahan referensi, dan bagi pembaca semoga bisa dijadikan tambahan pengetahuan.

Surakarta, Juli 2011


(6)

commit to user

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

RINGKASAN ... xi

SUMMARY ... xiii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 7

II. LANDASAN TEORI... 8

A. Penelitian Terdahulu ... 8

B. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Jagung ... 8

2. Kacang tanah ... 10

3. Monokultur dan tumpangsari ... 12

4. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani ... 14

5. Efisiensi Usahatani ... 12

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 19

D. Hipotesis... 21

E. Asumsi ... 21

F. Pembatasan Masalah ... 22

G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 22

III. METODE PENELITIAN ... 24

A. Metode Dasar Penelitian ... 24

B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian ... 24

1. Metode pengambilan daerah sampel ... 24

2. Metode Pengambilan sampel responden ... 25

C. Jenis dan Sumber Data ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data... ... 26

E. Metode Analisis Data ... 27

1. Analisis pendapatan ... 27

2. Analisis Efisiensi ... 29

IV.KEADAAN UMUM DAERAH A. Keadaan Geografi ……… 32


(7)

commit to user

vii

B. Keadaan Penduduk ……….. 34

C. Keadaan Pertanian ………... 37

D. Kondisi Sarana Perekonomian...……… 39

V.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah…………... 41

B. Identitas Petani Sampel ………... 47

C. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja .…..……… 50

D. Biaya Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah………... 69

E. Produktivitas, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah…... 71

F. Efisiensi Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung- Kacang Tanah……….. 72

G. Efisiensi……….. 67

H. Analisis Perbandingan Pendapatan ……….. 68

I. Analisis Perbandingan Efisiensi ………. 69

VI.PEMBAHASAN A. Biaya Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah………... 69

B. Produktivitas, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah…... 71

C. Efisiensi Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung- Kacang Tanah……….. 72

D. Kekurangan dan kelebihan Usahatani Monokultur Jagung dan tumpangsari Jagung-kacang tanah………... 72

VII.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………. 74

B. Saran………. 74 DAFTAR PUSTAKA


(8)

commit to user

viii DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bahan Makanan

di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ... 2 Tabel 2. Produksi Tanaman Jagung Dan Kacang Tanah Pada

Setiap Kecamatan Di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ... 4 Tabel 3. Kadar Kalori, Protein dan Kadar Karbohidrat pada

Berbagai Bahan Makanan Mentah ... 9 Tabel 4. Produksi Jagung dan Kacang tanah tiap Desa/Kelurahan

di Kecamatan Ngadirojo Tahun 2008 ... 26 .Tabel 5. Tinggi Wilayah Perkecamatan di Kabupaten Wonogiri

Tahun 2009 ... 33 Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 ... 35 Tabel 7. Komposisi Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut

Tingkat Pendidikan Tahun 2009 ... 37 Tabel 8. Tata Guna Lahan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 ... 38 Tabel 9. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bahan Makanan

di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 ... 39 Tabel 10. Sarana Perekonomian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 ... 39 Tabel 11. Identitas Petani Sampel Usahatani Monokultur Jagung

dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo

Kabupaten Wonogiri ... 48 Tabel 12. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Pada Usahatani

Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di

Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ... 51 Tabel 13. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani

Monokultur Jagung MT November 2010 sampai Februari

2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ... 53 Tabel 14. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani

Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo

Kabupaten Wonogiri ... 55 Tabel 15. Rata-rata Biaya Sarana Produksi pada Usahatani

Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di

Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ... 57 Tabel 16. Rata-rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani

Monokultur Jagung MT November 2010 sampai Februari


(9)

commit to user

ix

Tabel 17. Rata-rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo

Kabupaten Wonogiri ... 61 Tabel 18. Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Monokultur

Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan

Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ... 63 Tabel 19. Rata-rata Biaya Total Usahatani Monokultur Jagung dan

Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo

Kabupaten Wonogiri ... 64 Tabel 20. Rata-rata Penerimaan Total Usahatani Monokultur Jagung

dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo

Kabupaten Wonogiri ... 65 Tabel 21. Rata-rata Pendapatan Total Usahatani Monokultur

Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan

Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ... 67 Tabel 22. Rata-rata Efisiensi Total Usahatani Monokultur Jagung

dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo


(10)

commit to user

x DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 21 Gambar 2. Pola Tanam Pada Lahan Sawah di Kecamatan Ngadirojo ... 42


(11)

commit to user

xi

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TUMPANGSARI JAGUNG DAN KACANG TANAH DENGAN MONOKULTUR JAGUNG

DI KABUPATEN WONOGIRI

Marlina Perdana Putri H0307058 RINGKASAN

Marlina Perdana Putri. H0307058. Analisis Komparatif Usahatani Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah dan Monokultur Jagung di Kabupaten

Wonogiri. Dibimbing oleh Wiwit Rahayu SP. MP dan Erlyna Wida Riptanti SP.

MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah dan monokultur jagung, serta mengkaji dan membandingkan usahatani mana yang memberikan pendapatan dan efisiensi lebih tinggi.

Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif analitik dan pelaksanaannya dengan teknik survei. Pengambilan daerah penelitian dilakukan

purposive sampling. Sampel kecamatan diambil dengan kriteria produksi kacang

tanah di daerah tersebut merupakan yang terbesar di Kabupaten Wonogiri, serta memiliki produksi jagung yang cukup besar dan dengan pertimbangan di Kecamatan tersebut terdapat petani yang membudidayakan jagung dan kacang tanah. Berdasarkan kriteria tersebut terpilih Kecamatan Ngadirojo. Sampel Desa dipilih dengan kriteria produksi jagung dan kacang tanah di Desa tersebut yang paling tinggi di Kecamatan Ngadirojo sehingga terpilih Desa Gedong. Sampel dalam penelitian ini diambil 30 petani dari setiap usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah di Desa Gedong. Teknik pengambilan petani sampel dengan menggunakan metode pengambilan simple random

sampling dengan cara undian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan antara lain analisis pendapatan dengan konsep biaya mengusahakan. Analisis komparatif pendapatan dan efisiensi menggunakan uji t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah (Rp 8.449.479,00/Ha/MT) lebih besar daripada pendapatan usahatani monokultur jagung yang besarnya (Rp 5.893.727,00/Ha/MT). Hasil uji t antara pendapatan usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah menunjukkan bahwa thitung sebesar 6,264, berarti usahatani tumpangsari

jagung kacang-tanah memberikan pendapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan usahatani monokultur jagung. Nilai R/C Ratio pada usahatani monokultur jagung besarnya 1,70, sedangkan R/C Ratio pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah 1,90. Hasil uji t antara efisiensi usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah menunjukkan bahwa thitung besarnya 4,672, Hal

ini dapat diartikan bahwa usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih efisien untuk dikembangkan daripada usahatani monokultur jagung. Berdasarkan hasil penelitian, pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri diharapkan lebih aktif memberikan penyuluhan tentang pertanian terutama tentang budidaya tumpangsari jagung-kacang tanah agar kedua tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan berproduksi lebih tinggi.


(12)

commit to user

xii

COMPARATIVE ANALYSIS OF CORN-PEANUT INTERCROPPING AND CORN MONOCULTURE FARMING

IN WONOGIRI REGENCY

Marlina Perdana Putri H0307058 SUMMARY

Marlina Perdana Putri. H0307058. Comparative Analysis of corn-peanut

Intercropping and Corn Monoculture farming in Wonogiri Regency. Guided by

Wiwit Rahayu SP. MP and Erlyna Wida Riptanti SP. MP. Faculty of Agriculture. Universities Sebelas Maret. Surakarta

This paper was prepared based on research results for the thesis that aims are to assess and to compare the income of corn-peanut intercropping and monokulture corn, farming as well as to assess and to compare the farm which provides income and higher efisiency.

The basic method is a descriptive study using survey techniques and their implementation taking the area of research is done deliberately or purposive sampling. Sub-sample taken with the criteria of peanut production in the area is the largest in Wonogiri, as well as having a fairly large corn produktion and with consideration in the are included farmers who grow corn and peanut. Based on these criteria, was elected Ngadirojo district. Furthermore, selected villagers in one village there is a farmers corn and peanut, so that the elected Gedong village. Sample in the this study were drawn 30 farmers of corn-peanut intercropping and corn monokulture. The sample of villages was done using purposive sampling. Type of data used are primary and secondary data. Analitical methods used include analysis of revenue by the concept of effort and cost comparative analysis of income and the comparatif efficiency by using t test.

Results showed that farm income corn-peanut intercropping (Rp 8.449.478,00/Ha/MT) is greater than corn monoculture farm income in the

amount (Rp 5.893.727,00/Ha/ MT). T test results showed that thitung magnitude of 6.264, meaning peanut-corn intercropping farm land provide a higher income when compared with corn monoculture farming. R / C Ratio on farming corn monokultur magnitude 1.70, while the R / C Ratio on the farm corn-peanut intercropping 1.90. t test results showed that thitung magnitude of 4.672, This may imply that the corn-peanut intercropping farming land to be developed more efficiently than corn monoculture farming. From the research, local governments should Wonogiri expected tobe more actively providing information about agriculture, especially the cultivation corn-peanut intercropping because of potential areas suitable for development of corn and peanuts so that both crops can be grown with optimal and high production.


(13)

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dengan mata pencaharian sebagai petani. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor penting yang mendukung kehidupan penduduk. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya alam berupa lahan yang cukup luas dan subur. Keadaan iklim, suhu, dan kelembaban yang cocok untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman pangan pokok, sehingga hampir seluruh tanaman pangan pokok (biji-bijian, umbi-umbian, dan kacang-kacangan) dapat diusahakan sebagai usahatani dan tumbuh dengan relatif baik.

Pengembangan sektor pertanian dapat dilakukan pada berbagai jenis tanaman, baik tanaman holtikultura, perkebunan maupun tanaman palawija. Tanaman palawija yang dikembangkan di Indonesia diantaranya seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang-kacangan, dan sebagainya.

Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi besar dalam bidang pertanian, tanah yang subur dan luas merupakan salah satu faktor yang mampu mendukung kemajuan pertanian di Kabupaten Wonogiri. Beragam jenis tanaman bahan pangan telah dibudidayakan, baik pada lahan tegalan maupun lahan sawah. Tanaman yang sering ditanam pada lahan sawah adalah padi sawah, jagung, kedelai dan kacang tanah. Produksi tanaman bahan pangan di Kabupaten Wonogiri cukup besar, hal tersebut dapat dilihat pada luas panen, rata-rata produksi dan produktivitas bahan makanan di Kabupaten Wonogiri yang disajikan pada Tabel 1.


(14)

commit to user

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bahan Makanan di Kabupaten Wonogiri

No Jenis Komoditi Luas Panen (ha) Produktivitas (kw/ha) Produksi (kw) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Padi sawah Padi gogo Jagung Ubi kayu Kacang tanah Kedelai Kacang hijau Sorghum Ketela rambat 47.970 12.569 64.976 63.337 44.078 25.739 551 687 173 59,73 38,26 58,04 170,08 12,46 13,65 7,37 57,35 180,57 2.865.267 123.898 3.771.109 10.772.082 549.227 351.241 4.064 6.894 31.239 Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri, 2010

Berdasarkan data Tabel 1 dapat diketahui bahwa produksi tanaman jagung, ubi kayu, kacang tanah dan kedelai cukup besar bila dibandingkan dengan tanaman lainmya. Tanaman ubi kayu memiliki nilai produksi terbesar jika dibandingkan tanaman lainnya. Selain ubi kayu, tanaman jagung dan kacang tanah juga memiliki produksi yang cukup besar.

Jagung banyak dibudidayakan di Kabupaten Wonogiri, sehingga Kabupaten Wonogiri termasuk salah satu sentral produksi jagung di Jawa Tengah. Pada tahun 2008 Kabupaten Wonogiri mampu menghasilkan 311.300 ton jagung dari luas panen sebesar 71.259 Ha yang menunjukkan tingkat produktifitasnya sebesar 43.69 Ku/Ha. Produksi jagung tertinggi di Jawa Tengah adalah Kabupaten Grobogan yaitu sebesar 605.004 ton diikuti Kabupaten Wonogiri sebesar 311.300 ton sedangkan Kabupaten Blora menempati posisi ketiga dengan produksi sebesar 258.251. Dari data ini dapat diketahui bahwa produksi jagung di Kabupaten Wonogiri menduduki urutan kedua setelah Kabupaten Grobogan (Jawa Tengah Dalam Angka 2009).

Tanaman jagung sering ditanam oleh petani baik pada lahan tegalan maupun lahan sawah. Sistem tanam yang digunakan petani dalam bercocok tanam pada lahan sawah sangat beranekaragam baik secara tumpangsari maupun monokultur. Sistem tanam tumpangsari yang biasa dilakukan oleh petani pada tanaman jagung antara lain tumpangsari jagung dan kacang tanah, jagung dan kacang hijau maupun jagung dan kedelai. Sistem tanam


(15)

commit to user

tumpangsari sering dilakukan oleh petani untuk memanfaatkan jarak tanam dan menambah pendapatan. Sistem tanam monokultur juga masih banyak dilakukan oleh petani di Kabupaten Wonogiri, sistem tanam monokultur sering dilakukan petani antara lain monokultur jagung, monokultur kacang tanah dan monokultur kedelai. Sistem tanam monokultur ini memerlukan biaya yang lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya usahatani sistem tumpangsari.

Petani di Kabupaten Wonogiri menanam jagung dengan sistem monokultur jagung maupun sistem tumpangsari, salah satunya dengan sistem tumpangsari jagung-kacang tanah. Tumpangsari jagung-kacang tanah dipilih karena kacang tanah memiliki produksi yang tinggi dan kacang tanah mampu mengikat nitrogen sehingga mampu menyuburkan tanah. Kacang tanah dipilih oleh petani karena memiliki banyak manfaat. Kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati, kacang tanah juga mempunyai masa depan yang baik untuk mengisi kekurangan cadangan minyak nabati karena kadar minyaknya yang tinggi dan produksinya mudah ditingkatkan. Selain itu kacang tanah mempunyai nilai ekonomi yang penting untuk bahan eksport (Adisarwanto, 2003: 22-25). Produksi jagung dan kacang tanah di Wonogiri sampai saat ini cukup besar, jika dibandingkan dengan produksi tanaman palawija lainnya.

Produksi tanaman jagung dan kacang tanah pada setiap Kecamatan di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 2.


(16)

commit to user

Tabel 2. Produksi Tanaman Jagung Dan Kacang Tanah Pada Setiap Kecamatan Di Kabupaten Wonogiri

No Kecamatan Produksi Jagung

(kw)

Produksi Kacang tanah (kw) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Pracimantoro Paranggupito Giritontro Giriwoyo Batuwarno Karangtengah Tirtomoyo Nguntoronadi Baturetno Eromoko Wuryantoro Manyaran Selogiri Wonogiri Ngadirojo Sidoharjo Jatiroto Kismantoro Purwantoro Bulukerto Puhpelem Slogohimo Jatisrono Jatipurno Girimarto 363.648 67.689 84.769 224.715 123.341 341.883 156.517 79.908 85.150 174.002 116.208 159.512 34.066 97.049 283.976 178.201 187.187 84.829 182.356 95.053 105.354 162.647 117.050 71.856 194.143 42.152 25.365 14.019 38.712 29.213 36.410 17.603 11.817 12.127 20.012 22.898 34.196 9.940 67.730 93.783 28.918 14.365 947 1.243 - 1.081 5.678 8.023 1.590 11.406 Sumber : Wonogiri dalam Angka 2010

Sistem tanam monokultur jagung mempunyai kelebihan salah satunya yaitu petani akan lebih mudah mengelola usahataninya karena hanya mengusahakan satu jenis tanaman dan hasil yang diperoleh juga maksimal, selain itu biaya untuk proses usahatani lebih kecil jika dibandingkan dengan pertanian tumpangsari. Pertanian monokultur juga mempunyai kendala yakni apabila terjadi fluktuasi harga jagung, maka akan menyebabkan resiko yang fatal yaitu petani akan mengalami kerugian karena harga jagung rendah sehingga pendapatan petani juga rendah atau bahkan mengalami kerugian dalam usahataninya. Sistem tanam tumpangsari merupakan usaha mengurangi resiko, maksudnya apabila salah satu tanaman tumbuh kurang optimal masih


(17)

commit to user

didapat jenis tanaman lain yang diharapkan dapat menghasilkan dan memberikan pendapatan bagi petani. Pengunaan sistem tanam tumpangsari ini akan memberikan pendapatan yang lebih besar bagi petani dibandingkan jika petani menerapakan sistem tanam monoklutur, karena dalam sistem tanam tumpangsari, petani memanfaatkan lahan secara optimal.

B. Rumusan Masalah

Usahatani adalah suatu bentuk organisasi faktor-faktor produksi untuk memperoleh pendapatan bagi keluarga petani yang sebesar-besarnya dan kontinu. Usahatani merupakan suatu usaha yang kompleks dan unik. Salah satu faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam usahatani adalah menentukan usahatani apa yang akan diusahakan. Petani berusaha untuk mengalokasikan penggunaan sumber daya yang sudah ada dengan sebaik-baiknya agar diperoleh pendapatan yang besar.

Petani dalam melakukan usahataninya selalu mengadakan perhitungan ekonomis mengenai biaya dan penerimaan usahataninya. Petani akan membandingkan antara hasil yang diharapkan pada waktu panen dengan biaya yang dikeluarkan selama proses budidaya, petani akan berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Hal ini juga yang dialami oleh petani palawija, khususnya petani jagung yang mengusahakan usahataninya di lahan sawah.

Petani di Kabupaten Wonogiri menanam jagung dengan sistem tumpangsari dan monokultur. Sistem tanam yang dilakukan oleh petani ini dilatarbelakangi oleh beberapa pertimbangan salah satunya adalah biaya dalam proses usahatani. Sistem tanam yang akan digunakan pada usahatani secara langsung akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan oleh petani. Biaya yang dikeluarkan petani menggunakan sistem tanam tumpangsari berbeda dengan sistem tanam monokultur. Petani sistem tanam tumpangsari akan mengeluarkan biaya yang lebih besar karena petani mengelola dua tanaman. Sistem tanam juga akan mempengaruhi penerimaan petani yang nantinya juga akan mempengaruhi pendapatan petani. Penerimaan yang besar


(18)

commit to user

belum tentu memberikan pendapatan yang besar juga, karena besarnya pendapatan dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkan.

Petani dihadapkan pada pilihan usahatani mana yang menguntungkan.. Tumpangsari adalah salah satu cara menambah pendapatan petani dengan cara penganekaragaman tanaman pada lahan pertanian yang terbatas. Tumpangsari juga merupakan upaya pemanfaatan lahan secara maksimal dengan memanfaatkan jarak tanam. Penerapan sistem tanam tumpangsari akan memberikan pendapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan penerapan sistem tanam monokultur. Bertitik tolak dari masalah diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah dan usahatani monokultur jagung? 2. Apakah pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih

tinggi daripada usahatani monokultur jagung?

3. Apakah efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih tinggi daripada usahatani monokultur jagung?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan sebagai berikut :

1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah dan usahatani monokultur jagung. 2. Mengkaji dan membandingkan apakah pendapatan usahatani tumpangsari

jagung-kacang tanah lebih tinggi daripada usahatani monokultur jagung. 3. Mengkaji dan membandingkan apakah efisiensi usahatani tumpangsari

jagung-kacang tanah lebih tinggi daripada usahatani monokultur jagung. D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(19)

commit to user

2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijaksanaan pertanian di masa yang akan datang.

3. Bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat membantu petani menentukan usahatani mana yang memberikan pendapatan maksimal.

4. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan pembanding bagi pemecahan masalah yang sama.


(20)

(21)

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Andrianie (2006: 64-68) dalam penelitiannya tentang ”Analisis Usahatani Tumpangsari Wijen dan Jagung pada Lahan Tegalan ditinjau Dari Segi Peningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten Sragen” menyatakan bahwa usahatani tumpangsari jagung dan wijen memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp. 3.946.476,90Ha/MT sedangkan usahatani monokultur jagung memiliki rata-rata penndapatan sebesar Rp. 2.527.554,00Ha/MT. Hasil analisis R/C ratio usahatani tumpangsari jagung dan wijen adalah sebesar 1,86, sedangkan R/C ratio pada usahatani monokultur jagung sebesar 1,66. Berdasarkan hasil analisis R/C ratio tersebut menunjukkan bahwa usahatani tumpangsari jagung dan wijen lebih efisien dibandingkan usahatani monokultur jagung.

Penelitian Mardiyanti (2003: 59-64) yang berjudul ”Studi Komparatif Usahatani Jagung Sistem Tanam Tumpangsari Jagung-Kedelai dan Monokultur Jagung di Kabupaten Wonogiri” menghasilkan kesimpilan bahwa biaya usahatani tumpangsari jagung dan kedelai Rp. 1.460.329/Ha/MT sedangkan untuk monokultur jagung sebesar Rp. 1.373.691/Ha/MT. Dari hasil analisis juga diperoleh bahwa penddapatan usahatani tumpangsari jagung dengan kedelai Rp. 2.347.063Ha/MT dan pendapatan usahatani monokultur jagung sebesar Rp. 1.704.367Ha/MT. Pada usahatani tumpangsari jagung dengan kedelai diperoleh nilai R/C ratio sebesar 2,6 dan R/C ratio usahatani monokultur jagung sebesar 2,2 yang berarti bahwa usahatani tumpangsari jagung dengan kedelai lebih efisien daripada usahatani monokultur jagung.

Menurut hasil penelitian Ekwasita (2007: 102-104) “Kajian Kelayakan Usahatani Sambiloto dengan Jagung” menunjukkan bahwa pada usahatani monokultur sambiloto membutuhkan biaya sebesar Rp. 4.232.300 dengan penerimaan sebesar Rp. 5.368.985, pendapatan bersih Rp. 1.136.685 dengan nilai B/C 1,27. Pada usahatani tumpangsari sambiloto dan jagung dengan jarak tanam 90 cm x 20 cm membutuhkan biaya Rp. 2.644.813 dengan penerimaan


(22)

commit to user

Rp. 3.833.173, pendapatan bersih Rp. 1.188.360 dan nilai B/C 1,5. Biaya pada usahatani tumpangsari jagung-sambiloto dengan jarak 90 cm x 20 cm lebih rendah dari pada biaya usahatani monokultur sambiloto. Penurunan biaya ini juga diikuti dengan penurunan penerimaan, usahatani tumpangsari jagung-sambiloto memberikan pendapatan yang lebih besar. Usahatani tumpangsari jagung-sambiloto juga membrikan nilai B/C yang lebih tinggi.

B. Tinjauan Pustaka 1. Jagung

Jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang mengandung sumber hidrat arang yang dapat digunakan untuk menggantikan (mensubstitusi) beras sebab:

a. Jagung memiliki kalori yang hampir sama dengan kalori yang terkandung pada padi (lihat Tabel 3).

b. Kandungan protein di dalam biji jagung sama dengan biji padi, sehingga jagung dapat pula menyumbang sebagian kebutuhan protein yang diperlukan manusia. Kandungan karbohidratnyapun mendekati mendekati karbohidrat pada padi (lihat Tabel 3), berarti jagung juga memiliki nilai gizi yang hampir mendekati nilai gizi padi.

c. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, bahkan pada kondisi tanah yang agak keringpun masih dapat ditanam. Di daerah-daerah tertentu jagung digunakan sebagai makanan pokok, karena jagung mudah diperoleh.

Tabel 3. Kadar Kalori, Protein dan Kadar Karbohidrat pada Berbagai Bahan Makanan Mentah

Bahan Mentah Kadar

Kalori Kadar Protein (gram) Kadar Karbohidrat (gram) Beras/padi Jagung

Ubi kayu basah Gaplek tepung Ketela rambat Kentang Sagu 350 Kal 320 Kal 136 Kal 352 Kal 125 Kal 85 Kal 341 Kal 8 8 1,22 1,5 1,8 2 - 73 63 32 85 28 19 85


(23)

commit to user

Cantel 304 Kal 9 58

Sumber: (AAK, 1993: 11-12)

Jagung merupakan tanaman yang berasal dari daerah-daerah tropis, tetapi karena banyak sekali tipe-tipe jagung dengan variasi sifat-sifat yang dimilikinya, maka jagung ini dapat menyebar luas dimana-mana dan dapat hidup baik di berbagai macam iklim. Dengan perkataan lain jagung mempunyai daya adaptasi lebih tinggi dibanding dengan tanaman serealia lainnya.

Pertanaman jagung yang luas adalah pada daerah-daerah beriklim sedang dimana jagung ditanam pada waktu-waktu musim panas dan daerah-daerah beriklim subtropis dan tropis yang basah, dimana sinar matahari dan air optimal untuk pertumbuhannya. Pada umumnya jagung dapat ditanam disemua belahan bumi kecuali pada daerah yang terlalu dingin atau daerah yang musim pertumbuhannya terlalu singkat. Jagung merupakan tanaman yang menghendaki keadaaan cuaca yang cukup panas bagi pertumbuhannya, dimana tanaman jagung memerlikan panas dan lembab dari waktu tanam sampai pada periode mengakhiri pembuahan (Effendi, 1991: 15-18).

2. Kacang tanah

Kacang tanah (Arachis hypogeae L) termasuk famili Leguminosae (kacang-kacangan). Dalam spesies Arachis hypogaea sendiri terdapat dua sub-species, yakni Arachis hypogeae sub species hypogeae dan Arachis hypogaea sub species fastigiata. Kacang tanah sub species hypogaea atau disebut juga tipe Virginia, tumbuhnya menjalar atau ada juga yang tegak, dan mempunyai biji besar. Cabang dan bunganya terbentuk secara berselingan pada cabang primer dan sekunder, tetapi batang utama tidak mengandung bunga. Cabang umumnya terbentuk banyak, 5-15 cabang dari satu batang.

Kacang tanah sub-species fastigiata, terdiri dari tipe Valensia dan tipe Spanis, tumbuhnya tegak dan bijinya kecil. Bunga terbentuk pada ruas batang yang berurutan. Jumlah cabang relatif sedikit (3-8 cabang) dan


(24)

commit to user

cabang tumbuh sama tinggi dengan batang utama. Walaupun terdiri dari dua sub-species, tetapi nama botani kacang tanah adalah Arachis hypogeae L, dan berlaku bagi kedua sub species tersebut. Taxonomi secara lengkapnya adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Dikotiledon Ordo : Polipetales Famili : Leguminosae Genus : Arachis Species : Hypogaea Sub-species : 1. Fastigiata

2. Hypogaea

Varietas : Gajah, Macan, Rusa, Anoa, Tupai, dan lain-lain (Sumarno, 1987: 21-26)

Kacang tanah selain dapat langsung dimakan, juga merupakan tanaman industri. Bijinya mengandung 25-30% protein yang berkualitas tinggi. Disamping mengandung lemak yang tinggi (40-50%), juga mengandung mineral-mineral seperti Ca, P dan Fe, serta vitamin A dan B. Kacang tanah juga merupakan sumber vitamin B1 dan B2.

Tabel 4. Nilai Gizi Kacang Tanah untuk Setiap 100 gram Bahan yang dapat Dimakan.

Kacang goreng Mentega Kacang mentah Kalori (kal)

Protein (g) Lemak (g) Hidrat arang (g) Serat (g)

Abu (g) Kalsium (mg) Vit A (S.I) Besi (mg) Fosfor (mg) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) 585 26 49,8 18,8 2,4 3,8 74 - 2,1 401 0,32 0,32 589 25,2 50,6 18,8 1,8 3,7 59 - 1,9 380 0,12 0,12 687 9,2 71,2 14,6 2,3 1,6 73 130 2,4 289 0,86 0,13


(25)

commit to user

Niacin (mg) 17,2 14,7 9

Sumber: (Suprapto,1989)

Untuk mendapatkan hasil panen yang memuaskan, faktor yang perlu diperhatikan oleh para petani tidak hanya pemelihaaraan tempat dan waktu tetapi juga persyaratan tumbuh yang meliputi :

1) Tanah

Kondisi tanah yang mutlak diperlukan adalah tanah yang gembur. Tanah yang gembur ini tidak hanya baik bagi tumbuhnya kacang tanah tetapi juga menguntungkan bagi petani pada masa panen. Dalam kondisi tanah yang gembur ini para petani mudah melakukan pencabutan tanaman kacang tanah pada saat pemungutan hasil tanpa resiko bahwa banyak buah tertinggal di dalam tanah.

2) Iklim

Kacang tanah menghendaki keadaan iklim yang keadaan iklim yang panas tetapi lembab, rata-rata 65-75 %, dan curah hujan tidak terlalu tinggi, yaitu sekitar 800-1300 mm/tahun (disesuaikan dengan perhitungan yang dikehendaki di lokasi tersebut), dan musim kering rata-rata sekitar 4 bulan/tahun. Pada waktu berbunga tanaman kacang tanah menghendaki keadaan yang lembab dan cukup udara, sehingga kuncup bunga dapat menembus tanah dengan baik, dan pembentukan polong dapat berjalan dengan leluasa. Pada saat buah kacang tanah menjelang tua, tanah harus diupayakan menjadi kering.

(AAK, 1990: 16-19)

3. Sistem Tanam Monokultur dan Tumpangsari

Pemilikan lahan yang sempit apabila tidak diusahakan secara intensif serta hanya dengan sistem monokultur akan berakibat rendahnya produksi persatuan luas dan persatuan waktu, resiko kegagalan, pengangguran musiman dan pengurangan kesuburan tanah. Pada usaha monokultur distribusi tenaga kerja sering tidak merata, dimana ada masa-masa tidak ada pekerjaan sama sekali. Tetapi pada sistem tumpang gilir didapat


(26)

commit to user

adanya distribusi tenaga kerja yang merata sepanjang tahun (Thahir, 1999: 19-22).

Pola tanam merupakan bagian atau subsistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola tanam. Pada sistem budidaya tanaman di sawah tadah hujan dapata dilakukan pola tanam tunggal, misalnya jagung saja. Dapat pula ditanam beberapa macam tanaman seperti seperti jagung dan padi gogo dengan sistem tumpangsari. Pola tanam ini diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan. Syarat yang penting dalam tumpangsari adalah persyaratan tumbuh antara kedua tanaman atau lebih terhadap lahan yang digunakan, hendaknya mendekatai kesamaan, walaupun seringkali pola tanam ini diterapkan pada lingkungan yang kurang stabil, misalnya hara, air dan sinar matahari (AAK, 1993: 120).

Penanaman tumpangsari sama umur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman yang seumur pada waktu dan tempat yang sama dengan barisan-barisan teratur. Usaha pertanian ini mempunyai susunan barisan untuk tiap barisan teratur, sehingga perlakuaan untuk tiap jenis tanaman seperti halnya penyiangan, pemupukan, penyemprotan hama dan aktivitas lainnya lebih teratur. Umur dari jenis tanaman yang ditanam dalam usaha ini sama atau hampir bersamaan, misalnya penanaman kacang tanah diantara barisan-barisan jagung, kacang kedelai diantara barisan jagung, padi diantara barisan jagung, kacang kedelai diantara barisan sorghum, kacang hijau diantara barisan sorghum, kubis diantara barisan tomat, bawang diantara barisan jagung dan kombinasi lainnya (Thahir, 1992: 38) 4. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani

a. Biaya Usahatani

Biaya menurut Prasetya (1996: 9-10) adalah nilai dari suatu masukan ekonomik yang diperlukan, yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Menurut sifatnya, biaya usahatani digolongkan menjadi :


(27)

commit to user 1) Biaya tetap dan biaya variabel

Biaya tetap yaitu biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi seperti pajak, penyusutan alat produksi, sewa tanah, dan lain-lain. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dikehendaki seperti bibit, pakan ternak, biaya pembelian sarana produksi, dan sebagainya. 2) Biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak dibayarkan

Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani untuk usahataninya seperti pupuk, pakan ternak, upah tenaga luar keluarga, dan lain-lain. Sedangkan biaya yang tidak dapat dibayarkan dapat berupa penggunaan tenaga kerja keluarga, bunga modal sendiri, dan penyusutan modal.

3) Biaya langsung dan biaya tidak langsung

Biaya langsung adalah biaya yang secara langsung digunakan dalam proses produksi seperti pembelian pupuk, obat-obatan, bibit, pajak, upah tenaga kerja luar, makanan ternak, dan makanan tenaga kerja luar. Biaya tidak langsung adalah biaya yang secara tidak langsung digunakan dalam proses produksi seperti penyusutan modal tetap dan biaya makan tenaga kerja keluarga.

Menurut Hadisapoetra (1973: 6-8), biaya yang dipergunakan dalam usahatani meliputi :

1) Biaya alat-alat luar adalah semua pengorbanan yang diberikan dalam usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor kecuali bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan si pengusaha dan upah tenaga kerja keluarga sendiri.

2) Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat dari luar ditambah dengan tenaga kerja keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar.


(28)

commit to user

3) Biaya menghasilkan adalah biaya mengusahakan ditambah dengan bunga dari aktiva yang dipergunakan di dalam usahatani.

Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya-biaya yang berupa uang tunai misalnya upah tenaga kerja untuk biaya persiapan atau penggarapan tanah, termasuk untuk upah ternak, biaya untuk membeli pupuk dan pestisida dan lain-lain. Sedangkan biaya-biaya panen, bagi hasi dan sumbangan dibayar dalam bentuk in-natura. Besar kecilnya bagian biaya produksi yang berupa uang tunai ini sangat mempengaruhi pengembangan usahatani. Terbatasnya jumlah uang tunai yang dimiliki petani lebih-lebih masalah pengkreditan tidak ada, sangat menentukan berhasil tidaknya pembangunan pertanian (Mubyarto, 1989: 71-72).

b. Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani menurut Prasetya (1996: 13-14) dapat berujud 3 hal yaitu :

1) Nilai dari produk yang dikonsumsi sendiri oleh petani dan keluarganya selama melakukan kegiatan usahanya seperti telur, sayuran, dan buah-buahan sering dikonsumsi keluarga petani karena dibutuhkan.

2) Nilai dari keseluruhan produksi usahatani yang dijual baik dari hasil pertanaman, ternak, ikan, maupun produk lainnya.

3) Kenaikan nilai inventaris; nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani akan berubah-ubah setiap tahunnya, karena ada perbedaan nilai pada awal tahun dengan nilai pada akhir tahun perhitungan. Apabila terdapat kenaikan nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani, maka selisih antara nilai akhir tahun dari benda inventaris dengan nilai awal tahun perhitungan merupakan penerimaan dari usahatani.

Penerimaan yang disebut juga dengan pendapatan kotor menurut Hadisapoetra (1973: 5) merupakan keseluruhan pendapatan yang diperoleh dari semua cabang dan sumber dalam usahatani selama satu


(29)

commit to user

tahun, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran, atau penaksiran kembali.

Pendapatan kotor ini di dalamnya mencakup :

1) Jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan dengan mengingat akan adanya penerimaan pada permulaan dan akhir tahun.

2) Nilai dari pengeluaran-pengeluaran berupa bahan dari usahatani kepada rumah tangga dan keperluan-keperluan pribadi dari petani dan kepada usaha-usaha yang tidak termasuk usahatani.

3) Nilai dari bahan yang dibayarkan sebagai upah kepada tenaga kerja luar.

4) Nilai dari hasil bahan uang yang dihasilkan dalam usahatani yang dipergunakan lagi di dalam usahatani sendiri sebagai bangunan-bangunan tetap.

5) Tambahan nilai dari persediaan, modal ternak, dan tanaman. c. Pendapatan Usahatani

Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan mempunyai fungsi untuk digunakan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan melanjutkan kegiatan usaha petani. Sisa dari pendapatan usahatani akan merupakan tabungan dan juga sebagai sumber dana untuk memungkinkan petani mengusahakan kegiatan sektor lain. Besarnya pendapatan usahatani dapat digunakan untuk menilai keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya (Prasetya, 1996: 13).

Menurut Hadisapoetra (1973:9), pendapatan petani dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya alat-alat luar dan dengan modal dari luar. Sedangkan pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga sendiri yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar.


(30)

commit to user

Menurut Hadisapoetra (1973), pendapatan dari suatu jenis usahatani merupakan salah satu penilaian keberhasilan kegiatan usahatani tersebut. Sekurang-kurangnya suatu usahatani dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1) Usahatani tersebut harus dapat menghasilkan cukup pendapatan

yang dipergunakan untuk membayar semua alat-alat yang dipergunakan.

2) Usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan yang dipergunakan untuk membayar bunga modal yang dipakai dalam usahatani tersebut, baik modal sendiri maupun modal yang dipinjam dari pihak lain.

3) Usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan untuk membayar upah tenaga kerja petani dan keluarganya yang dipergunakan di dalam usahatani secara layak.

4) Usahatani harus dapat membayar tenaga petani sebagai manajer yang harus mengambil keputusan mengenai apa yang harus dijalankan, bilamana, dimana, dan bagaimana.

Hadisapoetra (1973:9) menyatakan bahwa untuk memperhitungkan nilai biaya dan pendapatan usahatani pada umumnya dibedakan menjadi 3 yaitu :

1) Memperhitungkan keadaan keuangan usahatani dan petani pada suatu waktu.

2) Memperhitungkan besarnya biaya dan pendapatan usahatani selama satu tahun.

3) Memperhitungkan hubungan antara biaya dan pendapatan usahatani pada akhir tahun

5. Efisiensi Usahatani

Menurut Astuti (2006) efisiensi usahatani adalah nisbah penerimaan dengan biaya usahatani yang merupakan salah satu ukuran apakah usahatani tersebut apakah efisien atau tidak. Nilai R/C yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa usahatani tersebut efisien. Efisiensi usahatani


(31)

commit to user

perlu diperhatikan karena pendapatan usahatani yang tinggi tidak selalu mencerminkan efisiensi usahatani yang tinggi pula.

Menurut Soekartawi (1995: 62), penghitungan efisiensi usahatani yang sering digunakan adalah Return Cost Ratio (R/C Ratio).

R/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya, dirumuskan :

C R Ratio C

R =

Keterangan :

R = Besarnya penerimaan usahatani

C = Besarnya biaya usahatani yang dikeluarkan

Semakin besar nilai R/C Ratio maka semakin besar keuntungan yang diperoleh petani.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Usahatani merupakan himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di suatu tempat, yang diperlukan untuk produksi pertanian, seperti sinar matahari dan air serta perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan terhadap tanah. Proses usahatani ini membutuhkan adanya input, petani yang membudidayakan usahatani jagung secara monokultur akan membutuhkan input yang berbeda dengan usahatani jagung secara tumpangsari. input yang digunakan dalam usahatani ini merupakan biaya yang dikeluarkan petani selama proses usahatani. Biaya adalah nilai dari semua masukan ekonomik yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk, yang dapat diperkirakan serta diukur. Dalam penelitian ini, biaya usahatani yang digunakan adalah biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar (meliputi upah tenaga kerja luar, bibit, pupuk, obat-obatan, pajak, pengangkutan, selamatan, biaya penyusutan alat-alat, dan lain-lain) ditambah dengan upah tenaga kerja sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar.

Output usahatani akan diperoleh setelah proses usahatani. Ouput yang dihasilkan dari usahatani monokultur juga akan berbeda dengan ouput yang dihasilkan dari usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah. Ouput disini


(32)

commit to user

merupakan hasil produksi yang akan diperoleh petani dalam proses usahataninya. Pada usahatani monokultur jagung, petani memperoleh output berupa jagung, sedangkan pada usahatani tumpangsari jagung kacang tanah, petani akan memperoleh output berupa jagung dan kacang tanah. Penerimaan adalah nilai yang diterima petani yang merupakan hasil perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual produk dinyatakan dalam rupiah.

Usahatani ini bertujuan untuk memperoleh pendapatan bagi keluarga petani. Besarnya pendapatan untuk masing-masing usahatani dapat diketahui setelah besarnya penerimaan dan biaya masing-masing usahatani juga telah diketahui. Selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan merupakan pendapatan usahatani. Besarnya pendapatan usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah akan berbeda, untuk mengetahui usahatani mana yang lebih besar memberikan pendapatan dilakukan uji perbandingan atau uji komperatif pendapatan dengan uji t.

Pendapatan yang tinggi belum tentu bahwa usahatani tersebut efisien, maka dari itu perlu dilakukan uji efisiensi. Efisiensi usahatani yang dapat diketahui dengan menggunakan rumus R/C. R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani. Apabila nilai R/C > 1 maka suatu usahatani tumpangsari jagung maupun monokultur jagung dapat dikatakan efisien. Jika nilai R/C = 1 maka suatu usahatani tumpangsari jagung maupun monokultur jagung dapat dikatakan belum efisien, dan jika nilai R/C < 1 maka suatu usahatani tumpangsari jagung maupun monokultur jagung tidak efisien. Analisis perbandingan efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah dengan monokultur jagung menggunakan uji t (t-test) digunakan untuk menguji usahatani mana yang memiliki efisiensi tertinggi.

Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:


(33)

commit to user Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah D. Hipotesis

1. Pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah diduga lebih tinggi daripada pendapatan usahatani monokultur jagung.

2. Efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah diduga lebih tinggi daripada efisiensi usahatani monokultur jagung.

E. Asumsi

1. Petani bertindak rasional dalam berusahatani, artinya selalu berusaha memperoleh pendapatan yang paling tinggi.

Input

Usahatani tumpangsari jagung kacang tanah dan

monoklutur jagung

Output

Tumpangsari jagung-kacang tanah -Benih jagung dan

kacang tanah

-Pupuk kandang, urea, SP 36 dan phonska -Pestisida

Tumpangsari jagung-kacang tanah -Produksi jagung -Produksi kacang tanah

Analisis usahatani

Pendapatan usahatani tumpangsari

jagung-kacang tanah

Efisiensi usahatani tumpangsari

jagung-kacang tanah

Analisis komparatif pendapatan Monokultur jagung: -Benih jagung -Pupuk urea, SP 36

dan phonska -Pestisida

Monokultur jagung: -Produksi jagung

Pendapatan usahatani monokultur jagung

Efisiensi usahatani monokultur jagung

Analisis komparatif efisiensi -Biaya saprodi

-Biaya tenaga kerja -Biaya lain-lain


(34)

commit to user

2. Keadaan daerah penelitian seperti iklim, keadaan tanah, dan serangan hama penyakit yang berpengaruh terhadap kegiatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung bersifat normal atau tidak berpengaruh terhadap penelitian.

3. Teknologi yang digunakan dalam usahatani dianggap tetap selama masa penelitian.

4. Semua faktor produksi yang digunakan petani diperoleh dari pembelian. F. Pembatasan Masalah

1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data usahatani pada satu kali musim tanam yaitu pada bulan November 2010 – Februari 2011.

2. Harga faktor produksi dan hasil diperhitungkan sesuai dengan harga yang diterima oleh petani di daerah setempat pada saat penelitian dilakukan. G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Usahatani tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman yang berumur sama ataupun beda umur pada lahan yang sama dengan barisan teratur.

2. Usahatani monokultur adalah usahatani yang hanya membudidayakan satu komoditas pada satu lahan.

3. Petani sampel adalah petani pemilik penggarap yang mengusahakan usahatani jagung dengan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah atau monokultur jagung.

4. Luas lahan adalah lahan yang digunakan untuk usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung, lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan sawah pada luasan tertentu dihitung dalam satuan hektar (Ha).

5. Benih adalah bagian dari tanaman yang digunakan untuk mengembangbiakkan tanaman. Benih yang digunakan dalam usahatani ini adalah benih jagung dan kacang tanah yang digunakan baik pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah maupun monokultur jagung dihitung dalam satuan kilogram (Kg) dan dinilai dengan rupiah (Rp/Ha/MT).


(35)

commit to user

6. Tenaga kerja adalah keseluruhan tenaga kerja yang digunakan, baik dalam usahatani monokultur jagung maupun tumpangsari jagung-kacang tanah dalam satu musim tanam, baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar. Semua tenaga kerja dikonversikan ke dalam tenaga kerja pria dan diukur dalam HKP, sedangkan nilai tenaga kerja berdasarkan upah dan dinyatakan dalam rupiah (Rp/ HKP).

7. Produksi adalah jumlah hasil panen yang dihasilkan dari usahatani pada satu kali musim tanam yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg). 8. Biaya usahatani adalah biaya mengusahakan yang merupakan biaya

alat-alat luar yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan usahataninya yang meliputi benih, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja luar, alat–alat, pajak, pengangkutan, selamatan, ditambah dengan biaya tenaga kerja keluarga sendiri, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/Ha/MT).

9. Penerimaan usahatani adalah nilai uang yang diterima petani dari hasil produksi usahatani monokultur jagung maupun tumpangsari jagung kacang tanah, merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual produk per kilogram (Kg), dinyatakan dalam rupiah (Rp/Ha/MT).

10.Pendapatan usahatani adalah pendapatan dari usahatani jagung dengan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah atau monokultur jagung yang diperhitungkan dari selisih antara penerimaan usahatani jagung dengan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah atau monokultur jagung (TR) dengan biaya usahatani jagung dengan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah atau monokultur jagung (TC) selama satu musim tanam dengan satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT).

11.Efisiensi adalah sejumlah konsep yang terkait pada kegunaan pemaksimalan serta pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses produksi.

12.Analisis komparatif usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah dan monokultur jagung adalah analisis perbandingan antara usahatani


(36)

commit to user

tumpangsari jagung-kacang tanah dan monokultur jagung untuk mengetahui usahatani mana yang memberikan pendapatan dan efisien lebih tinggi dengan menggunakan uji t.


(37)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik. Metode deskriptif mempunyai ciri bahwa metode ini memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, masalah-masalah yang aktual, dan data yang dikumpulkan disusun, dijelaskan, dan dianalisis (Surakhmad, 1994).

Teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survey, yaitu pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam jangka waktu yang bersamaan dengan menggunakan beberapa daftar pertanyaan berbentuk kuesioner. Jumlah itu biasanya cukup besar (Singarimbun dan Effendi,1995). B. Metode Pengumpulan Data

1. Metode pengambilan daerah sampel

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Wonogiri dipilih karena kabupaten Wonogiri merupakan sentra produksi jagung. Pada tahun 2008 produksi jagung di Kabupaten Wonogiri sebesar 311.300 ton. Produksi jagung di Kabupaten Wonogiri menduduki urutan kedua setelah Kabupaten Grobogan. Pengambilan Desa sebagai daerah sampel penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling atausengaja. Sampel kecamatan diambil dengan kriteria produksi kacang tanah di daerah tersebut merupakan yang terbesar di Kabupaten Wonogiri, serta memiliki produksi jagung yang cukup besar dan dengan pertimbangan di Kecamatan tersebut terdapat petani yang membudidayakan jagung dan kacang tanah. Berdasarkan kriteria tersebut terpilih Kecamatan Ngadirojo. Data luas lahan serta produksi jagung dan kacang tanah di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 2.

Sampel Desa dipilih dengan kriteria produksi jagung dan kacang tanah di Desa tersebut yang paling tinggi di Kecamatan Ngadirojo sehingga terpilih Desa Gedong sebagai lokasi penelitian. Desa Gedong ini dipilih karena memiliki produksi jagung dan kacang tanah yang paling


(38)

commit to user

besar. Data mengenai produksi jagung dan kacang tanah di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Produksi Jagung, Produksi Kacang Tanah, Luas Lahan Jagung dan Luas Lahan Kacang Tanah tiap Desa/Kelurahan di Kecamatan Ngadirojo Tahun 2008.

No Desa/Kelurahan Produksi Jagung (Kw) Produksi Kacang Tanah (Kw) Luas lahan Jagung (Ha) Luas lahan Kacang Tanah (Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Gedong Gemawang Kerjo Kidul Kerjo Lor Pondok Ngadirojo Kidul Mlokonanis Wetan Ngadirojo Lor Mlokomanis Kulon Jatimarto Kasihan 2.834,1 1.992,0 1.943,7 2.102,9 2.576,7 2.007,0 2.186,0 1.510,3 1.047,0 1.357,0 456,6 1.162,1 1.120,2 794,8 800,8 1.132,9 852,6 807,6 804,8 370,0 421,4 208,3 641 482 433 450 535 450 473 350 237 300 97 1020 990 754 725 982 758 753 68 342 393 187

Jumlah 20.013,2 8475,6 4448 6972

Sumber: Kecamatan dalam angka 2008 2. Metode Pengambilan Sampel Responden

Data yang dianalisis harus menggunakan jumlah sampel yang cukup besar sehingga dapat mengikuti distribusi normal. Sampel yang besar dan mengikuti distribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30. Berdasarkan pertimbangan tersebut, jumlah sampel pada penelitian ini adalah 60 orang yang terdiri dari petani 30 petani tumpangsari jagung-kacang tanah dan 30 petani monokultur jagung (Singarimbun dan Effendi, 1995).

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang menanam jagung dengan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah dan petani yang menanam jagung dengan sistem tanam monokultur jagung yang berada di Desa Gedong. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa ketua kelompok tani di Desa Gedong diketahui bahwa jumlah petani usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah sebanyak 194 petani, sedangkan jumlah petani yang menanam jagung dengan sistem tanam monokultur sebanyak


(39)

commit to user

107 petani. Sampel dalam penelitian ini diambil 30 petani dari setiap usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah di Desa Gedong.

Pengambilan sampel petani tumpangsari jagung-kacang tanah dan monokultur jagung dilakukan dengan menggunakan metode simple

random sampling. Sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang

diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempuyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun dan Effendi, 1995). Metode pengambilan sampel responden secara acak sederhana dilakukan dengan cara undian. Setiap petani mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi petani sampel. Nama-nama petani tumpangsari jagung-kacang tanah dan petani monokultur jagung yang menjadi populasi dalam penelitian disusun pada daftar kerangka sampling dan diberi nomor. Setiap nomor unit penelitian dari kerangka sampling ditulis dalam secarik kertas. Kertas-kertas tersebut kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam kotak dan diundi. Jumlah sampel diambil sebanyak 30 petani pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah, serta 30 petani pada usahatani monokultur jagung. Nomor-nomor yang terambil menjadi unit penelitian yang terpilih menjadi sampel. C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari petani yang mengusahakan kacang tanah maupun pihak lain yang berhubungan dengan usahatani jagung dan kacang tanah misalnya ketua kelompok tani dan pedagang saprodi. Data primer ini berupa data mengenai hasil produksi, masukan yang digunakan, biaya, penerimaan, serta proses produksi yang dilakukan. Data ini diperoleh melalui wawancara sebanyak 60 petani yang terdiri dari petani 30 petani tumpangsari jagung-kacang tanah dan 30 petani monokultur jagung.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pencatatan terhadap laporan maupun dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan


(40)

commit to user

dengan penelitian, yaitu Kantor Kepala Desa Gedong, Kantor Kecamatan Ngadirojo, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Wonogiri, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri.

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan melalui kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Wirartha, 2006).

2. Wawancara

Wawancara (interview) atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari yang diwawancarai (Wirartha, 2006). Teknik wawancara ini dilakukan dengan bantuan kuesioner (daftar pertanyaan).

3. Pencatatan

Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu dengan melakukan pencatatan terhadap data yang ada pada instansi-instansi yang berhubungan dengan penelitian.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Pendapatan Usahatani Pd U = R - C

= H x Y – Bm Keterangan :

PdU = Pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung (Rp)

R = Penerimaan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung (Rp)

C = Biaya usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung (Rp)

H = Harga produk usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung (Rp)


(41)

commit to user

Y = Hasil produksi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung (Kg)

Bm = Biaya mengusahakan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung (Rp)

Analisis statistika untuk menguji perbandingan pendapatan usahatani

tumpangsari jagung-kacang tanah/monokultur jagung menggunakan uji t (t-test). Adapun tahap pengujiannya sebagai berikut:

a. Formulasi H0 dan H1

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 >µ2

Keterangan :

µ1 : Pendapatan usahatani tumpangari jagung-kacang tanah

µ2 : Pendapatan usahatani monokultur jagung

H0 : Pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang sama dengan

usahatani monokultur jagung.

H1 : Pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih

tinggi daripada usahatani monokultur jagung.

b. Menentukan level of significance (α) dalam penelitian ini ditentukan nilai

α = 5 % sehingga nilai t – tabel sebesar 1,699 c. Menentukan kriteria pengujian

Daerah Terima Daerah Tolak

t (α; n-1) H0 diterima apabila : t hitung ≤ t tabel

H0 ditolak apabila : t hitung > t tabel

d. Perhitungan nilai t hitung

ë

û

(

)

(

)

(

+

)

- êëé + úûù

-+ -= 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 n n n n Sd n Sd n X X t


(42)

commit to user Keterangan :

1

X = Rata-rata pendapatan pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah (Rp)

2

X = Rata-rata pendapatan pada usahatani monokultur jagung (Rp) Sd12 = Varian pendapatan pada usahatani tumpangsari jagung-kacang

tanah

Sd22 = Varian pendapatan pada usahatani monokultur jagung

n1 = Jumlah petani sampel usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah

n2 = Jumlah petani sampel usahatani monokultur jagung

Dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika t hitung > t tabel, maka pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih tinggi daripada usahatani monokultur jagung. b. Jika t hitung ≤ t tabel, maka pendapatan usahatani tumpangsari jagung

-kacang tanah lebih kecil atau sama dengan usahatani monokultur jagung.

2. Analisis Efisiensi Usahatani Efisiensiusahatani =

C R

Keterangan :

R : Besarnya penerimaan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung (Rp)

C : Besarnya biaya yang dikeluarkan dalam usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung (Rp)

Analisis statistika untuk menguji perbandingan efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung menggunakan uji t (t-test). Adapun tahap pengujiannya sebagai berikut:

a. Formulasi H0 dan H1

H0 : e1 =e2

H1 : e1 >e 2

Keterangan :

e1 : Efisiensi usahatani tumpangari jagung-kacang tanah e2 : Efisiensi usahatani monokultur jagung


(43)

commit to user

H0 : Efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah sama

dengan usahatani monokultur jagung.

H1 : Efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih

tinggi daripada usahatani monokultur jagung.

b. Menentukan level of significance (α) dalam penelitian ini ditentukan nilai

α = 5 % sehingga nilai t – tabel sebesar 1,699 c. Menentukan kriteria pengujian

Daerah Terima Daerah Tolak

t (α; n-1) H0 diterima apabila : t hitung ≤ t tabel

H0 ditolak apabila : t hitung > t tabel

d. Perhitungan nilai t hitung

ë

û

(

)

(

)

(

)

úû

ù ê ë é + -+ -+ -= 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 n n n n Sd n Sd n

t e e

Keterangan : 1

e = Rata-rata efisiensi pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah 2

e = Rata-rata efisiensi pada usahatani monokultur jagung

Sd12 = Varian efisiensi pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah

Sd22 = Varian efisiensi pada usahatani monokultur jagung

n1 = Jumlah petani sampel usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah

n2 = Jumlah petani sampel usahatani monokultur jagung

Dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika t hitung > t tabel, maka usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih efisien daripada usahatani monokultur jagung.

b. Jika t hitung ≤ t tabel, maka usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih efisien atau sama dengan usahatani monokultur jagung.


(44)

commit to user

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Geografi

1.Letak dan Batas Wilayah

Kabupaten Wonogiri dengan luas daerah 182.236,02 ha berada 32 Km disebelah Selatan Kota Solo dengan wilayah berupa dataran

pegunungan maupun pantai. Wilayah pegunungan memanjang dari sisi Selatan sampai Timur yang juga wilayah yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur .

Kabupaten Wonogiri terletak pada garis lintang 7°32’ - 8°15’ Lintang Selatan dan garis bujur 110°41’ - 111°18’ Bujur Timur. Keadaan alamnya sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping, terutama dibagian selatan, termasuk jajaran Pegunungan Seribu yang merupakan mata air dari Bengawan Solo. Kabupaten Wonogiri secara administrasi terbagi menjadi 25 Kecamatan.

Batas-batas administratif wilayah Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut :

Sebelah Selatan : Kabupaten Pacitan dan Samudra Indonesia

Sebelah Utara : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo Sebelah Barat : Daerah Istimewa Yogyakarta

2.Topografi Daerah

Wilayah Kabupaten Wonogiri terletak pada ketinggian mulai dari 101 meter di atas permukaan laut sampai dengan ketinggian 601 meter di atas permukaan laut. Perincian pembagian wilayah Kabupaten Wonogiri menurut ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 6.


(45)

commit to user

Tabel 6. Tinggi Wilayah per Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009

No Kecamatan Tinggi dari Permukaan air laut

1 Selogiri 106

2 Wonogiri 141

3 Nguntoronadi 146

4 Baturetno 154

5 Wuryantoro 165

6 Eromoko 166

7 Giriwoyo 169

8 Tirtomoyo 171

9 Giritontro 195

10 Paranggupito 195

11 Bulukerto 235

12 Manyaran 238

13 Ngadirojo 243

14 Jatipurno 245

15 Puhpelem 245

16 Pracimantoro 250

17 Batuwarno 274

18 Purwantoro 296

19 Sidoharjo 348

20 Kismantoro 348

21 Jatisrono 411

22 Slogohimo 470

23 Girimarto 497

24 Jatiroto 536

25 Karangtengah 600

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

Berdasarkan data tersebut, mayoritas wilayah Kabupaten Wonogiri terletak pada ketinggian antara 101 – 200 mdpl yang meliputi 11 kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Wonogiri ada beberapa macam, mulai dari litosol, regosol sampai dengan grumusol beserta asosiasi perubahannya. Macam tanah di Kabupaten Wonogiri juga berasal dari bahan induk yang beranekaragam baik dari endapan, batuan maupun volkan Kondisi tanah yang demikian mengakibatkan penganekaragaman penggunaan tanah yang berbeda pula.


(46)

commit to user 3.Keadaan Iklim

Keadaan iklim suatu daerah dapat ditentukan atas dasar jumlah hari hujan, jumlah curah hujan, rata-rata bulan kering, rata-rata bulan basah, ke-tinggian tempat dari permukaan laut, dan suhu udara.

Tipe iklim di Kabupaten Wonogiri diketahui dengan menggunakan perhitungan berdasarkan metode Schmit Ferguson, yaitu dengan cara membagi iklim berdasarkan jumlah bulan kering (BK) dengan bulan basah (BB) dari data curah hujan selama 10 tahun terakhir, yaitu sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2009.

Berdasarkan hasil analisis data pada Lampiran 30 Kabupaten Wonogiri termasuk wilayah bertipe iklim D atau beriklim sedang dengan nilai Q sebesar 85,9 persen. Tanaman jagung dapat tumbuh di berbagai tempat karena dapat dengan mudah menyesuaikan dengan lingkungannya (AAK, 1990), sehingga usahatani jagung tentunya juga dapat dikembangkan di daerah ini.

B. Keadaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk menurut Kelompok Umur

Komposisi penduduk menurut umur digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk yang produktif dan yang non produktif. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri golongan umur non produktif adalah golongan umur antara 0-14 tahun dan golongan umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun, sedangkan golongan umur produktif adalah golongan umur 15-64 tahun. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin digunakan untuk mengetahui angka rasio jenis kelamin (Sex Ratio/SR). Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 7.


(47)

commit to user

Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009

No. Kelompok Umur (Tahun) Laki- laki (orang) Perempuan (orang) Jumlah (orang) 1. 2. 3. 0-14 15-64 ≥ 65 121.003 437.743 61.639 113.328 425.648 75.519 234.331 863.391 137.158

Jumlah 620.385 614.495 1.234.880

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa di Kabupaten Wonogiri, penduduk usia produktif memiliki jumlah tertinggi. Penduduk usia produktif di Kabupaten Wonogiri sebanyak 863.391 orang yang terdiri dari 437.743 penduduk laki-laki dan 425.648 penduduk perempuan. Banyaknya penduduk usia produktif ini mendukung untuk dikembangkannya sektor pertanian, karena umumnya usia produktif mempunyai tenaga yang lebih baik daripada usia non produktif dalam melakukan kegiatan usahatani. Pada penduduk usia produktif ini, masih dimungkinkan adanya keinginan untuk meningkatan ketrampilan dan menambah pengetahuan dalam mengelola usahataninya serta penyerapan teknologi baru untuk memajukan usahataninya.

Komposisi penduduk menurut umur dapat dipakai sebagai ukuran perbandingan beban tanggungan atau rasio ketergantungan (Angka Beban Tanggungan/ABT), yaitu suatu bilangan yang menunjukkan perbandingan usia non produktif dengan produktif. Adapun Angka Beban Tanggungan di Kabupaten Wonogiri dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

ABT = x 100%

th) 64 (15 Penduduk atas) ke tahun 5 Penduduk(6 th) 14 -(0 Penduduk -+

ABT Kabupaten Wonogiri = x 100%

863.391 158 . 137

234.331+

= 43,03% » 43%

Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa Angka Beban Tanggungan di Kabupaten Wonogiri sebesar 43% yang berarti setiap 100 orang penduduk umur produktif di Kabupaten Wonogiri harus


(48)

commit to user

menanggung 43 orang penduduk umur non produktif di Kabupaten tersebut.

Berdasarkan Tabel 7 dapat pula dilihat bahwa, di Kabupaten Wonogiri mempunyai jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang hampir sama jumlahnya. Angka Sex Ratio di Kabupaten Wonogiri dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :

SR = x100

Perempuan Penduduk

Jumlah

laki Laki Penduduk

Jumlah

-SR Kabupaten Wonogiri = 100

495 . 614

385 . 620

x

= 100,96 » 101

Angka Sex Ratio menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di suatu wilayah pada suatu waktu. Nilai sex ratio Kabupaten Wonogiri sebesar 101%, artinya jika di kabupaten tersebut terdapat 100 orang penduduk perempuan maka terdapat 101 penduduk laki-laki.

Sebagian besar penduduk memiliki matapencaharian sebagai petani. Besarnya angka beban tanggungan tentunya akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap pendapatan petani, sehingga apabila produktivitas jagung meningkat, namun peningkatan tersebut belum tentu dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga petani karena besarnya angka beban tanggungan tersebut.

2. Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemajuan suatu masyarakat. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk suatu wilayah akan menentukan kualitas dari tenaga kerja yang ada di wilayah tersebut. Penduduk yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih dalam berpikir dan lebih terbuka menerima informasi dan inovasi baru.

Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Jatiroto dapat dilihat pada Tabel 8.


(49)

commit to user

Tabel 8. Komposisi Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009

No. Pendidikan Kabupaten Wonogiri

Jumlah (jiwa) %

1 Tdk/Blm Pernah

Sekolah 218.674 17,71

2 Tdk/Blm Tamat SD 185.202 14,99

3 Tamat SD/MI 461.546 37,38

4 Tamat SLTP 187.309 15,17

5 Tamat SLTA 150.755 12,21

6 Tamat Akademi/PT 31.394 2,54

JUMLAH 1.234.880 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri, 2010

Berdasarkan data pada Tabel 8. jumlah penduduk di Kabupaten Wonogiri paling banyak berpendidikan Sekolah Dasar yakni sebesar 461.546 atau 37,38% dan paling sedikit berpendidikan tamat Akademi atau Perguruan tinggi, yaitu sebanyak 31.394 orang atau 2,54 %. Rendahnya tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Wonogiri dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah tingginya biaya pendidikan, sehingga banyak penduduk yang tidak melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Dalam proses usahatani biasanya petani mempelajari cara bercocok tanam secara turun-temurun, maka perlu adanya penyuluhan kepada para petani untuk meningkatkan kemampuannya dalam berusahatani sehingga petani dapat mengambil keputusan yang tepat dalam usahataninya untuk mendapatkan hasil yang optimal. .

C. Keadaan Pertanian

1. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan

Luas daerah dan tata guna lahan di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat dalam Tabel 9 berikut ini :


(1)

jagung-kacang tanah. Pertumbuhan tanaman jagung lebih optimal, dimana pada tanaman jagung yang ditanam dengan sistem tanam tumpangsari jagung kacang tanah, tanaman jagung memiliki tongkol yang lebih besar dan berbuah lebih lebat jika dibandingkan dengan produksi jagung pada budidaya monokultur jagung. Pada usahatani monokultur jagung, tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam yang cukup rapat, hal ini menyebabkan tanaman jagung banyak yang terserang penyakit serta tidak dapat tumbuh optimal dan bertongkol kecil.

Harga jagung pipilan sebesar Rp. 3.000,00, sedangkan kacang tanah

yaitu Rp. 3.500/kg (kacang tanah dalam bentuk polong basah) dan Rp. 12.500/kg (kacang tanah bentuk ose). Harga kacang tanah yang lebih

tinggi ini mampu meningkatkan penerimaan petani tumpangsari jagung-kacang tanah. Penerimaan petani dari tanaman jagung-kacang tanah yang ditanam secara tumpangsari jagung-kacang tanah sebesar Rp. 10.490.170,00 atau 58,63% dari total penerimaan (Rp. 17.893.633,00/Ha/MT). Proporsi penerimaan dari tanaman kacang tanah yang besar ini mampu meningkatkan penerimaan pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah.

Total biaya pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah Rp. 9.444.154,00/Ha/MT, sedangkan total biaya pada usahatani

monokultur Rp. 8.419.794,00/Ha/MT. Pada usahatani tumpangsari jagung kacang tanah, rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pembudidayaan kacang tanah ± 50% dari total biaya. Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah proporsi biaya pembudidayaan jagung-kacang tanah yang mencapai 50% dari total biaya ternyata mampu memberikan penerimaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penerimaan dari tanaman jagung, sehingga hal ini mampu meningkatkan pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah.


(2)

commit to user

6. Perbandingan Efisiensi Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah

Pendapatan yang tinggi belum tentu bahwa usahatani tersebut efisien, maka dari itu suatu usahatani perlu dihitung besarnya nilai efisiensi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih tinggi dari pada efisiensi usahatani monokultur jagung. Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah perbandingan antara penerimaan (Rp. 17.893.633,00/Ha/MT) dan total biaya (Rp. 9.444.154,00/Ha/MT) lebih besar dari pada usahatani

monokultur jagung dengan perbandingan antara penerimaan (Rp. 14.313.521,00/Ha/MT) dan total biaya (Rp. 8.419.794,00/Ha/MT.

Usahatani tuimpangsari jagung-kacang tanah memiliki efisiensi (1,90) lebih besar dari pada efisiensi usahatani monokultur jagung (1,70).

Hasil uji t menunjukkan bahwa thitung besarnya 4,672, sedangkan ttabel

(α=0,05) besarnya 1,699. Nilai thitung lebih besar daripada ttabel, maka

efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah (1,90) lebih tinggi daripada efisiensi usahatani monokultur jagung (1,70). Pada usahatani monokultur jagung, nilai R/C 1,70 hal ini berarti bahwa dengan biaya input sebesar Rp. 1,00 pada usahatani monokultur jagung akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,70. Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah nilai R/C sebesar 1,90 hal ini berarti bahwa dengan biaya input sebesar Rp. 1,00 pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,90. Efisiensi usahatani tumpangsari jagung kacang tanah lebih tinggi daripada efisiensi usahatani monokultur jagung karena dengan pengeluaran biaya input yang sama yakni sebesar Rp. 1,00 pada usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah akan memberikan penerimaan yang berbeda, dimana pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah akan memberikan penerimaan yang lebih tinggi dari pada penerimaan usahatani monokultur jagung.


(3)

Hal ini karena pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah, pemanfaatan dari tenaga kerja lebih optimal. Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah kegiatan pengolahan tanah dan pemeliharaan dapat dilakukan secara bersamaan, sehingga dapat memanfaatkan tenaga kerja lebih optimal karena dapat membudidayakan dua tanaman sekaligus. Pada usahatani monokultur distribusi tenaga kerja sering tidak merata, dimana ada masa-masa tidak ada pekerjaan sama sekali. Pada sistem tanam tumpangsari kegiatan penanaman dan pemanenan dilakukan secara berangsur-angsur sehingga pembagian tenaga kerja lebih merata (Thahir,1992: 23)

Tanaman kacang tanah adalah tanaman yang mampu mengikat nitrogen sehingga mampu menyuburkan tanah. Hal ini sangat bermanfaat bagi tanaman jagung dan kacang tanah karena mampu mendukung pertumbuhan, sehingga tanaman jagung dan kacang tanah mampu berproduksi tinggi.

Tumpangsari jagung-kacang tanah juga merupakan salah satu upaya mengatasi fluktuasi harga jagung, maksudnya apabila tanaman jagung tumbuh jelek atau mati masih didapat jenis tananam kacang tanah yang diharapkan dapat menghasilkan dan memberikan penerimaan bagi petani. Usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih efisien dari pada mobnokultur jagung karena sistem tanam tumpangsari mampu memanfaatkan input secara optimal dan akan memberikan penerimaan yang lebih tinggi dibandingkan monokultur jagung.

7. Kendala Petani dalam Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang tanah

Petani dalam membudidayakan tanaman jagung baik dengan sistem tanam tumpangsari maupun sistem tanam monokultur sering menghadapi beberapa kendala. Kendala yang sering muncul pada saat proses budidaya diantaranya yaitu terkadang sering terjadi serangan hama dan penyakit pada tanaman yang menyebabkan produksi tanaman menurun. Petani


(4)

commit to user

biasanya menanggulangi hama dan penyakit ini dengan pemberian pestisida.

Kendala lain yang sering muncul adalah tingginya harga saprodi serta harga jual jagung yang fluktuatif terutama pada saat panen tiba. Pada saat harga jual jagung rendah, petani mengatasinya dengan menyimpan buah jagung terlebih dahulu dan menjualnya saat harga buah jagung tinggi. Petani menyimpan tanaman jagung dalam keadaan masih bertongkol dan masih terdapat kelobot untuk menggantung buah jagung. Petani menyimpan jagung dalam keadaan masih bertongkol agar biji jagung tidak rusak dan biji jagung tidak berjamur. Pada saat harga jagung stabil atau harga jagung sudah tinggi, petani baru memipilnya dan menjualnya ke pasar.


(5)

commit to user

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang analisis komparatif usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah di Kabupaten Wonogiri ini, kesimpulan yang dapat diambil antara lain :

1. Besarnya biaya mengusahakan pada usahatani monokultur jagung adalah

Rp. 8.419.794,00/Ha/MT, besarnya penerimaan adalah

Rp. 14.313.521,00/Ha/MT, sehingga pendapatan yang diperoleh petani adalah Rp. 5.893.727,00/Ha/MT. Besarnya biaya mengusahakan pada

usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah adalah

Rp. 9.444.154,00/Ha/MT besarnya penerimaan adalah

Rp. 17.893.633,00/Ha/MT, sehingga pendapatan yang diperoleh petani adalah Rp 8.449.479,00Ha /Ha/MT.

2. Usahatani tumpangsari jagung kacang-tanah memiliki pendapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan usahatani monokultur jagung (Hasil uji t pendapatan menunjukkan bahwa thitung nilainya 6,264 lebih besar dari

pada ttabel yang nilainya 1,699)

3. Usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih efisien untuk

dikembangkan daripada usahatani monokultur jagung (Hasil uji t efisiensi menunjukkan bahwa thitung nilainya 4,672, lebih besar dapi pada ttabel yang

nilainya 1,699) 2. Saran

Dari hasil penelitian ini, disarankan petani dan pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri lebih memperhatikan pengembangan usahatani jagung secara tumpangsari salah satunya tumpangsari jagung-kacang tanah. Hal ini dapat diwujudkan antara lain dengan :

1. Petani menggunakan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah

daripada monokultur jagung, karena sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah memberikan pendapatan dan efisiensi yang lebih tinggi daripada usahatani monokultur jagung.


(6)

commit to user

2. Petugas penyuluh lapang lebih aktif untuk memotifasi petani agar mau membudidayakan tumpangsari jagung-kacang tanah serta memberikan pengetahuan tentang budidaya tumpangsari jagung-kacang tanah agar kedua tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan berproduksi lebih tinggi.