responsif terhadap situasi, tetapi pada tingkat tinggi akan menyita kesadaran dan menganggu kemampuannya.
Dari uraian klasifikasi tingkat kecemasan diatas kecemasan bisa bersifat positif ataupun negatif yang dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu rendah, sedang,
dan tinggi, dimana di setiap tingkatan mengidentifikasikan perilaku yang berbeda- beda.
6. Manajemen Kecemasan
a. Manajemen kecemasan dengan penggunaan obat Papp melakukan percobaan pengontrolan terhadap placebo yang
mengalami gangguan kecemasan meninggalkan beberapa keraguan, bahwa anti-depressan yang paling baru efektif untuk gangguan kecemasan. Karena
bekerja lebih cepat dan memiliki efek samping yang lebih kecil daripada obat-obatan tricyclic dan inhibitors monoamine oxidase, sebagai permulaan,
penulisan resep obat kepada pasien-pasien kecemasan harus terus dilanjutkan. Akan tetapi, kebanyakan ahli klinis percaya bahwa hasil terbaik
untuk gangguan kecemasan berasal dari kombinasi obat-obatan dengan satu atau lebih tipe psikoterapi.
b. Manajemen kecemasan melalui psikoterapi Salah satu metode yang efektif untuk mengatasi gangguan
kecemasan adalah pemberian psikoterapi untuk kognitif dan tingkah laku. Walaupun terdapat banyak klaim yang menyatakan bahwa sulit untuk
mengganti perawatan psikologis dengan percobaan penyelidikan, ilmuwan telah mengembangkan kapasitas untuk menerapkan rancangan penelitian
yang tepat termasuk randomisasi dan penilaian buta untuk terapi tingkah laku-kognitif. Sebagaimana penjelasan yang disampaikan oleh Lawrence
welkowitz, hasilnya telah didokumentasikan bahwa terapi tingkah laku- kognitif itu efektif untuk mayoritas gangguan kecemasan Kaplan dan
Sadock, 1994. Psikoterapi yang paling efektif untuk mengatasi kecemasan adalah
terapi kognitif
perilaku Cognitive
Behavior Therapy,
yaitu mengembangkan cara berpikir yang lebih adaptif. Asumsi dasar Terapi
Kognitif Perilaku TKP adalah adanya hubungan timbal balik antara proses berpikir apa yang dipikirkan dengan afeksi pengalaman emosional, fisik
dan perilaku. TKP menekankan pentingnya perubahan kognitif dan perilaku untuk mengurangi simtom dan meningkatkan fungsi afek seseorang. TKP
tidak hanya memperbaiki kognitif, namun juga mengubah perilaku, karena perubahan perilaku dapat berpengaruh kuat pada pola pikir. Tujuan TKP
adalah memperbaiki pikiran yang salah, dimana pikiran tersebut sering berubah dan hal tersebut akan berpengaruh pada suasana hati, fisik dan
perilaku. Proses tersebut berpengaruh terhadap pembelajaran untuk mengevaluasi pemikiran serta mengubah seseorang menjadi rasional dan
adaptif dengan cara mengubah pola pikir yang berpengaruh pada perasaan dan perilakunya. Stallard berpendapat bahwa TKP menghubungkan antara
apa yang dipikirka, apa yang dirasakan, dan apa yang akan dilakukan Mawandha dan Ekowarni, 2009. Hal tersebut dapat digambarkan pada
diagram berikut ini :
Gambar 1. Diagram Kognitif Perilaku
Mawandha dan Ekowarni, 2009
7. Respon Kecemasan