Landasan Hukum Murabahah AKAD MURABAHAH

keuntungan sebagai tambahannya. Pembayarannya dapat dilakukan secara tunai maupun angsur pada jangka waktu tertentu. Menurut Sutan Remy Sjahdeini, murabahah adalah jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual beli dengan cicilan. Adiwarman Karim pun mengemukakan bahwa tata cara pembayaran dalam jual beli murabahah dapat secara lumsum tunai maupun angsuran. Dari beberapa pendapat di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa cara pembayaran murabahah dapat secara tunai maupun cicilan. Namun, apabila ditelusuri lagi, seorang nasabah mengadakan kerjasama dengan pihak bank untuk tujuan kepemilikan terhadap suatu barang tertentu disebabkan oleh karena nasabah tersebut tidak memiliki dana tunai untuk transaksi langsung dengan pihak supplier. Bank adalah pihak yang memiliki kelebihan dana yang merupakan hasil himpunan dana dari nasabah-nasabahnya. Dana tersebut disalurkan oleh bank kepada pihak-pihak yang kekurangan dana agar dapat memenuhi kebutuhannya dan bank mengambil keuntungan dari transaksi ini. Dengan begini, nasabah dapat melakukan jual beli dengan pembayaran tangguh angsuran. Murabahah adalah bagian dari muamalah yang merupakan satu bentuk perjanjian jual beli yang harus tunduk kaidah dan hukum umum yang dalam muamalah islamiyah.

2. Landasan Hukum Murabahah

a. Al-qur’an                           Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” QS. An-Nisa4: 29                                                    Artinya : “orang-orang yang Makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang larangan; dan urusannya terserah kepada Allah. orang yang kembali mengambil riba, Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” QS. Al-Baqarah2: 275 b. Al-hadits Dari Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradhah mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung dengan keperluan rumah, bukan untuk dijual,” HR Ibnu Majah Dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka” HR. Al- Baihaqi dan Ibnu Majah dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban c. Fatwa DSN MUI tentang pembiayaan murabahah : 1 Fatwa DSN No. 04DSN-MUIIV2000 tentang Murabahah; 2 Fatwa DSN No. 13DSN-MUIXI2000 tentang uang muka murabahah.

3. Rukun dan Syarat Murabahah