15
BAB II PERSPEKTIF TEORITIS
A. TEORI PEMBIAYAAN
1. Pengertian Pembiayaan
Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan hal itu berupa: a.
transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b.
transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna;
d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan
e. transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi
jasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah danatau UUS dan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai danatau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
1
1
UU No. 21 Tahun 2008 sebagai revisi UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 ayat 25.
Sedangkan definisi pembiayaan menurut Muhammad Syafi’i Antonio sebagai salah satu tugas pokok bank adalah pemberian fasilitas penyediaan dana
untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
2
Pembiayaan atau dengan kata lain financing menurut Muhammad yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri atau lembaga.
3
Pembiayaan dapat dijadikan salah satu fungsi intermediary bank syariah dalam menyalurkan dana yang telah dikumpulkan dari surplus unit melalui suatu
kesepakatan dalam jangka waktu tertentu dikembalikan dengan imbalan atau bagi hasil.
Dalam istilah teknisnya pada perbankan syariah pembiayaan disebut sebagai aktiva produktif. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia aktiva
produktif adalah penanaman dana Bank Syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah,
penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontijensi pada rekening administratif serta Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia
Peraturan Bank Indonesia No. 47PBI2003 tanggal 19 Mei 2003.
4
Dalam aktivitas pembiayaan bank syariah akan menjalankan dengan berbagai teknik dan metode, yang penerapannya tergantung pada tujuan dan
2
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, h.160.
3
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005, h.17.
4
Ibid.
aktivitas. Mekanisme perbankan syariah yang berdasarkan prinsip mitra usaha, adalah bebas bunga. Oleh karena itu, soal membayarkan bunga kepada depositor
atau pembebanan suatu bunga dari pada nasabah tidak timbul.
Tabel Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil
5
BUNGA BAGI HASIL
a. Penentuan bunga dibuat pada
waktu akad dengan asumsi harus selalu untung
a. Penentuan besarnya rasionisbah
bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada
kemungkinan untung rugi b.
Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang modal yang
dipinjamkan. b.
Besarnya rasio
bagi hasil
berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh.
c. Pembayaran bunga tetap seperti
yang dijanjikan
tanpa pertimbangan apakan proyek yang
dilankan oleh
pihak nasabah
untung atau rugi. c.
Bagi hasil
bergantung pada
keuntungan proyek
yang dijalankan. Bila usaha merugi,
kerugian ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
d. Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun
jumlah keuntungan berlipat atau keadaan
ekonomi sedang “booming”. d.
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan.
e. Eksistensi bunga diragukan kalau
tidak dikecam oleh semua agama, termasuk Islam.
e. Tidak
ada yang
meragukan keabsahan bagi hasil
5
Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, h.61.
2. Penilaian Pemberian Pembiayaan