Self Efficacy 1 Pengertian Efikasi Diri Self Efficacy

tiga nilai yaitu 0= tidak ada, 1= kadang-kadang, dan 2= selalu. Protokol Keefe dan Block merupakan serangkaian aktivitas selama 10 menit yang kemudian disesuaikan. Perilaku nyeri tersebut adalah : 1 Terjaga, mengacu pada kekakuan yang abnormal, merasa terganggu atau pergerakan yang kaku, 2 Menahan nyeri, mengacu pada pergerakan yang statis pada dukungan terhadap anggota tubuh semakin meluas dan distribusi berat yang tidak normal, 3 Menggosok bagian yang nyeri, mengacu pada menyentuh atau memegang bagian tubuh yang terpengaruh nyeri, 4 Meringis, mengacu pada ekspresi wajah yang dapat dilihat yang meliputi mengerutkan kening, mata menyempit, merapatkan bibir, sudut mulut tertarik ke belakang, dan 5 Mendesah, mengacu pada ekhalasi yang berlebihan Keefe Block, 2002 dalam Harahap, 2007. 4. Self Efficacy 4.1 Pengertian Efikasi Diri Self Efficacy Peterson 2004 tentang teori sosial kognitif menjelaskan bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan suatu tindakan yang ingin dicapai. Keyakinan tentang efikasi diri akan memberikan motivasi, kesejahteraaan dan prestasi seseorang. Menurut Bandura 1994, self efficacy adalah rasa kepercayaan seseorang bahwa ia dapat menunjukkan perilaku yang dituntut dalam suatu Universitas Sumatera Utara situasi yang spesifik. Self efficacy merupakan suatu bentuk kepercayaan yang dimiliki seseorang terhadap kapabilitas masing-masing untuk meningkatkan prestasi kehidupannya. Self efficacy dapat berupa bagaimana perasaan seseorang, cara berfikir, motivasi diri, dan keinginan memiliki sesuatu. Individu dengan self efficacy tinggi akan berusaha lebih keras dan mempunyai daya yang kuat dalam mengerjakan sesuatu dibandingkan dengan individu yang memiliki self efficacy yang rendah. Self efficacy lebih mengarahkan pada penilaian individu akan kemampuannya. Pentingnya self efficacy akan berpengaruh pada usaha yang diperlukan dan akhirnya terlihat dari outcome kerja. Individu dengan self efficacy yang tinggi akan lebih ulet dan tahan menghadapi situasi sekitarnya Brannon Jeist, 2007. Menurut Bandura, individu dengan self efficacy yang tinggi cenderung tidak memiliki rasa cemas dalam mengerjakan tugas. Hal ini disebabkan karena mereka mempunyai kontrol yang baik terhadap segala sesuatu yang ada disekitarnya. Adanya kontrol yang baik dalam diri mereka menyebabkan mereka jarang membuat kesalahan dalam mengerjakan sesuatu Brannon Jeist, 2007. Menurut Bandura 1994, keberadaan self efficacy pada diri seseorang akan berdampak pada empat proses, yaitu: Universitas Sumatera Utara 4.1.1 Proses Kognitif Pengaruh self efficacy pada proses kognitif dapat timbul dalam berbagai format. Banyak perilaku manusia yang diatur dalam pemikiran sebelumnya dalam mewujudkan tujuan. Pengaturan tujuan individu dipengaruhi oleh penaksiran individu terhadap kapabilitas yang dimilikinya. 4.1.2 Proses Motivasi Kepercayaan diri terhadap self efficacy memainkan peranan dalam pengaturan diri terhadap motivasi. Seseorang memotivasi dirinya sendiri dan mengarahkan tindakannya melalui berbagai latihan. Mereka percaya terhadap apa yang mereka lakukan dan selalu mengantisipasi adanya hasil tindakan prospektif. 4.1.3 Proses Afektif Seseorang percaya terhadap pengaruh kapabilitasnya dalam mengatasi stress dan depresi dalam menghadapi ancaman atau situasi yang sulit. Dengan adanya self efficacy, seseorang akan lebih mampu mengatasi segala persoalan yang mengancam keberadaannya. 4.1.4 Proses Selektif Melalui kepercayaan diri terhadap kapabilitas yang dimilikinya, maka seseorang cenderung bertindak selektif atau melakukan pemilihan terhadap pancapaian tujuan hidupnya. Manusia akan memilih pemecahan masalah dan pencapaian tujuan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Universitas Sumatera Utara

4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy

Menurut Steers dan Porter 1992, keyakinan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal: 4.2.1 Mastery Experience Pengalaman Keberhasilan Keberhasilan seseorang menguatkan keyakinan akan kemampuannya. Sedangkan kegagalan menyebabkan seseorang cenderung untuk lebih berhati-hati. Bagaimanapun jika pengalaman seseorang merupakan keberhasilan yang dicapai dengan mudah, maka mereka cenderung mengharapkan hasil dengan cepat dan lebih mudah putus asa bila menemui kegagalan. Untuk mendapatkan self efficacy, seseorang harus mempunyai pengalaman mengatasi hambatan dengan usaha yang tekun. Beberapa pengalaman dan hambatan yang dialami seseorang bermanfaat mengajarkan bahwa kadang kesuksesan itu diikuti dengan adanya keinginan untuk berusaha. Setelah seseorang memiliki keyakinan akan kemampuannya yang diikuti dengan pengulangan kesuksesannya, maka ia dapat mengatur kembali strategi dan kegagalan masa lalu sehingga tidak mengalami kegagalan lagi. 4.2.2 Modeling Meniru Sosok model yang ideal dapat membangun keyakinan diri akan kemampuan dengan meyakini pengamatan strategi yang efektif untuk mengatur situasi yang berbeda. Modeling juga menyebabkan kepercayaan akan self efficacy yang diikuti dengan proses Universitas Sumatera Utara pembandingan sosial. Sebagian orang menilai kemampuan mereka dengan cara membandingkan dengan orang lain. 4.2.3 Social Persuasions Social Persuasions berhubungan dengan dorongan. Informasi tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa ia cukup mampu melakukan suatu tugas.

4.3 Sumber Self Efficacy

Bandura 1994 meyebutkan 3 sumber self efficacy, yaitu: 4.3.1 Pencapaian prestasi Menurut Bandura 1994, sumber yang paling penting dan efektif dari self efficacy adalah perjalanan keberhasilan dan kegagalan di masa lalu dalam mencapai hasil yang diinginkan. Bila seseorang dapat menguasai pengalaman-pengalaman pribadinya maka ia cenderung menciptakan penghargaan yang tinggi. Sebaliknya kegagalan dalam menguasa pengalaman-pengalaman sebelumnya cenderung menghasilkan harapan-harapan yang rendah. 4.3.2 Pengalaman yang dialami orang lain Pengalaman yamg dialami orang lain dapat menjadi sumber harapan self efficacy yaitu dengan melihat orang lain sukses Universitas Sumatera Utara mencapai suatu prestasi dapat membangkitkan persepsi yang kuat akan self efficacy dalam diri orang tersebut. 4.3.3 Kebangkitan Emosi Metode yang mengurangi timbulnya emosi akan meningkatkan harapan-harapan self efficacy. Seseorang yang merasakan adanya emosi yang timbul dalam menghadapi situasi-situasi yang penuh dengan stress dan ancaman, akan jauh lebih memiliki harapan bila mereka tidak tegang dan tidak timbul emosi.

4.5 Dimensi dan Aspek Self Efficacy

Dimensi Self Efficacy menurut Bandura 1994, yaitu: 4.5.1 Magnitude menunjuk pada tingkat kesulitan tugas yang diyakini oleh individu terhadap tingkat kesulitan tugas yang bisa dikerjakan. 4.5.2 Strengh menunjuk pada kuat atau lemahnya keyakinan individu terhadap tingkat kesulitan tugas yang bisa dikerjakan. Self efficacy yang rendah mudah ditiadakan oleh pengalaman yang sulit, sedangkan orang yang mempunyai keyakinan yang kuat akan mempertahankan usahanya walaupun mengalami kesulitan. 4.5.3 Generality menunjuk apakah keyakinan self efficacy hanya berlangsung dalam domain tertentu atau berlaku dalam berbagai macam aktivitas dan perilaku. Universitas Sumatera Utara 4.5.4 Outcome expectacy adalah harapan terhadap kemungkinan hasil dari perilaku dimana jika individu menunjukkan perilaku tersebut, maka mengandung harapan akan memperoleh hasil dari perilakunya. 4.5.4 Expectation efficacy adalah keyakinan seseorang bahwa dirinya dapat menghasilkan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai hasil. Hal ini berarti bahwa seseorang dapat saja percaya bahwa suatu tindakan dapat menghasilkan kinerja namun merasa dirinya mampu melakukan tindakan tersebut. Seseorang yang percaya bahwa dirinya mampu melakukan tindakan mencapai prestasi tersebut akan lebih bekerja keras dan tekun dalam melaksanakan tugasnya.

4.6 Pain Self Efficacy

Self efficacy menurut bandura didefenisikan sebagai penilaian orang tentang kemampuan mereka untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu tindakan yang ingin dicapai. Bandura berpendapat bahwa self efficacy merupakan dasar dalam motivasi manusia, kesejahteraan dan prestasi individu, terutama karena tingkat motivasi pada manusia dan tindakan yang lebih didasarkan pada apa yang mereka percaya daripada hal yang benar secara objektif Sinfia et al., 2009. Beberapa tahun terakhir hubungan antara pain self efficacy dan pemulihan nyeri penderita sakit kronis telah menarik perhatian dalam literature tentang pemulihan nyeri. Penelitian telah menunjukkan bahwa Universitas Sumatera Utara pain self efficacy terkait dengan intensitas nyeri, toleransi pada nyeri, fungsi fisik, dan penggunaan analgetik. Kepercayaan pada kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari dikaitkan dengan kinerja dalam melakukan kegiatan tersebut. Self efficacy berkontribusi pada motivasi pasien dalam strategi mengatasi nyeri secara positif seperti penguatan otot, relaksasi dan melangkah Sinfia et al., 2009. Pain self efficacy merupakan faktor penentu psikososial yang penting dari perilaku nyeri individu dan hasil pengobatan, hal itu harus dipertimbangkan dalam perencanaan perawatan pemulihan nyeri. Studi tentang nyeri, self efficacy pada orang dengan nyeri kronis telah dinilai baik dengan mengacu pada kepercayaan diri mereka dalam tindakan secara umum dalam mengatasi nyeri atau rasa percaya diri mereka dalam melakukan kegiatan atau tindakan tertentu. Sebagian besar pengukuran self efficacy pada pasien dengan nyeri kronis tidak jelas meminta pasien untuk menunjukkan nyeri yang mereka alami ketika mereka menggambarkan kepercayaan diri dalam melakukan suatu kegiatan Sinfia et al., 2009. Self efficacy mempunyai banyak instrument dalam menilai kegiatan tertentu yang mungkin tidak relevan untuk semua individu atau kelompok orang dengan nyeri kronis, untuk mengatasi kekurangan instrument ini Nicholas mengembangkan pain self efficacy questionnaire yang meminta responden menunjukkan nyeri yang mereka alami ketika menilai self efficacy responden. Kegiatan mengacu kepada pain self efficacy Universitas Sumatera Utara questionnaire dan bersifat umum misalnya perkerjaan digaji atau tidak, dan kegiatan sosial juga menemukan instrument lain, untuk membuat alat ukur dapat digunakan responden secara luas. Nicholas menunjukkan bahwa pain self efficacy questionnaire adalah skala unidimensional dan menggunakan analisis faktor exploratory serta reliabilitas untuk skala yang tinggi Sinfia et al., 2009. Korelasi negatif telah ditemukan antara jumlah pain self efficacy questionnaire dan pengaruh yang kuat pada nyeri dalam kehidupan sehari- hari. Pain self efficacy questionnaire telah divalidasi dan digunakan pada pasien dengan nyeri kronis dalam pengaturan klinis dan beberapa Negara dengan hasil yang memuaskan Sinfia et al., 2009

4.7 Pengukuran Pain Self Efficacy

Self efficacy dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Pain Self Efficacy Questionnaire PSEQ. Kuesioner ini menggunakan skala differensial semantik dengan skor antara 0 sampai dengan 6. Pasien diminta untuk menunjukkan pada skala seberapa yakin pasien mampu melakukan hal yang disebutkan dalam setiap pernyataan pada kuesioner. Kuesioner ini tidak melihat apakah pasien dapat melakukan hal-hal tersebut tetapi melihat seberapa yakin mereka dapat melakukannya walaupun ia mengalami nyeri. Universitas Sumatera Utara

5. Hubungan Pain Self efficacy dengan Perilaku Nyeri