2. Konsep Nyeri 2.1 Pengertian Nyeri
Menurut The International Association for the Study of Pain 1979, dalam Potter Perry 2005, nyeri didefenisikan sebagai perasaan sensori
dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial yang menyebabkan kerusakan jaringan.
Sementara itu defenisi keperawatan tentang nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya yang
ada kapanpun individu mengatakannya Smeltzer Bare, 2001.
Nyeri terjadi bersamaan dengan terjadinya proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatannya.
Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dari pada
penyakit apapun Smeltzer Bare, 2001.
2.2 Klasikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis Long, 1989 dalam pasaribu 2011.
Nyeri Akut, nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan
ditandai adanya peningkatan tegangan otot Long, 1989. Nyeri akut merupakan mekanisme pertahanan yang berlangsung kurang dari enam
bulan, secara fisiologis terjadi perubahan denyut jantung, frekuensi napas, tekanan darah, aliran darah perifer, tegangan otot, keringat pada
Universitas Sumatera Utara
telapak tangan. Pasien dengan nyeri akut sering mengalami kecemasan Berger, 1992.
Nyeri akut biasanya berlangsung secara singkat misalnya nyeri pada patah tulang atau pembedahan abdomen, pasien yang mengalami nyeri
akut biasanya menunjukan gelala-gejala antara lain: respirasi meningkat, percepatan jantung dan tekanan darah meningkat Priharjo,
1996. Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan
dengan cidera spesifik. Nyeri akut mengidentifikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah tarjadi. Hal ini menarik perhatian pada
kenyataannya bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial
menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan
terjadinya penyembuhan, nyeri ini pada umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Nyeri akut dapat
dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan. Cidera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat
sembuh secara spontan atau dapat memerlukan pengobatan Smeltzer Bare, 2001. Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera
atau penyakit yang akan datang. Nyeri akut akhirnya menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang
rusak Potter Perry, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Nyeri Kronis, nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan- lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu
lebih dari enam bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis
Long, 1989 dalam Pasaribu, 2011. Nyeri kronis dibedakan dalam dua kelompok besar yaitu nyeri kronik maligna dan nyeri kronik
nonmaligna. Karakteristik nyeri kronis adalah penyembuhannya tidak dapat diprediksi meskipun penyebabnya mudah ditentukan, nyeri kronis
dapat menyebabkan klien merasa putus asa dan frustasi. Klien yang mengalami nyeri kronis mungkin menarik diri dan mengisolasi diri.
Nyeri ini menimbulkan kelelahan mental dan fisik Tamsuri, 2006 Nyeri kronis sering didefenisikan sebagai nyeri yang berlangsung
selama enam bulan atau lebih nyeri kronis tidak mempinyai tujuan yang berguna dan jika hal ini menetap, ini menjadi gangguan utama
Smeltzer Bare, 2001. Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu, nyeri kronis
dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk di obati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon
terhadap pengobatan yang di arahkan pada penyebabnya. Menurut Lewis 1983, kebanyakan penderita nyeri kanker tidak
berasal dari pengalaman nyeri. Dan beberapa mengalami nyeri psikologi yang berasal dari proses keganasan. Bagaimanapun juga,
banyak pengalaman nyeri pada stadium akhir dari penyakitnya, dan
Universitas Sumatera Utara
umumnya berhubungan dengan metastasis. Sekitar 60 sampai 80 pasien kanker yang dirawat di rumah sakit menderita nyeri yang sangat
hebat.
2.3 Penganganan Nyeri
Penanganan nyeri merupakan masalah yang kompleks. Sebelum dilakukan penanganan terhadap nyeri terlebih dahulu mengkaji sumber,
letak, faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri seperti kegelisahan dan keletihan Smeltzer Bare, 2001. Penanganan nyeri dapat dilakukan
dengan cara: 1.
Farmakologis Menangani nyeri yang dialami pasien melalui intervensi farmakologis
dilakukan dalam kolaborasi dokter dan pasien Smeltzer Bare, 2001. Analgesik merupakan obat yang paling umum untuk menghilangkan
nyeri Brannon Jeist, 2007. Secara umum obat analgesik digolongkan menjadi dua yaitu narkotika dan non narkotika Julien,
1985 dalam Branner Feist, 2007. Analgesik ini biasanya diberikan terutama pada nyeri akut Branner Feist, 2007. Pada nyeri kronis,
klien cenderung mengalami depresi sehingga diberikan antidepresan. Selain efektif untuk mengatasi depresi, antidepresan juga mengandung
efek analgesik Shatri Setyohadi, 2001.
Universitas Sumatera Utara
2. Nonfarmakologis
Intervensi nyeri dengan cara non farmakologis memiliki resiko yang sangat rendah. Pada nyeri yang sangat hebat, mengkombinasikan tehnik
nonfarmakologis dengan obat-obatan mungkin cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri Brunner Suddarth, 2001.
a. Distraksi. Distraksi adalah tehnik mengalihkan perhatian klien ke hal lain terutama hal yang menyenangkan dengan tujuan untuk
menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Salah satu tehnik distraksi adalah dengan
mendengarkan musik Potter Perry,2005. b. Stimulasi Kutaneus. Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang
dilakukan untuk menghilangkan nyeri. Beberapa strategi stimulasi kutaneus adalah dengan masase dan kompres panas dan dingin.
Masase sering dipusatkan pada punggung dan bahu, membuat pasien lebih nyaman karena merelaksasi otot Brunner Suddarth, 2001.
Pilihan terapi kompres panas dan dingin bervariasi menurut kondisi klien. Misalnya, panas lembab menghilangkan kekakuan pada pagi
hari akibat arthritis, tetapi kompres dingin mengurangi nyeri akut dan sendi yang mengalami peradangan akibat penyakit yang diderita
Ceccio,1990 dalam Potter Perry, 2005. c. Relaksasi. Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri
dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Tehnik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan
Universitas Sumatera Utara
frekuensi lambat dan berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang
konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi dan ekhalasi Smeltzer Bare,
2001. Tehnik relaksasi ini sangat efektif terutama pada pasien nyeri kronis Somantri, 2007.
d. Terapi Kognitif. Apa yang dipikirkan seseorang tentang nyeri yang dialami memberikan pengaruh terhadap kehidupannya dan terhadap
seberapa besar nyeri yang dia rasakan. Pikiran yang negatif tentang nyeri akan memfokuskan perhatian seseorang terhadap aspek yang
tidak menyenangkan dan membuat nyeri yang dirasakan bertambah buruk Turk dkk, 1983; Turk Rudy, 1986 dalam DiMetteo,
1991. Pemberian intervensi terapi kognitif ini adalah meningkatkan cara berfikir klien dengan mengarahkan klien untuk memahami
masalah yang dihadapinya. Klien diyakinkan bahwa ia memiliki kemampuan untuk berperilaku normal Tailor, 1995. Tehnik
kognitif ini salah satunya dengan meningkatkan self efficacy Brannon Jeist, 2007.
3. Perilaku Nyeri 3.1 Pengertian Perilaku Nyeri