Pengaturan Mediasi Di Indonesia.

mungkin didamaikan, tetapi tanggung jawab utama tercapainya suatu perdamaian tetap berada ditangan para pihak sendiri. 50 Dari beberapa pengertian ahli tentang mendefeenisikan pengertian mediasi, mediasi merupakan penunjukan seorang yang dianggap netral bagi ke dua belah pihak dan dianggap mampu unurk menengahi sengketa yang para pihak alami

B. Pengaturan Mediasi Di Indonesia.

Sejarah penyelesaian konflik perkara secara damai telah dipraktikkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia berabad-abad yang lalu. Masyarakat Indonesia merasakan penyelesaian perkara secara damai telah mengantarkan mereka kepada kehidupan yang harmonis, adil, seimbang dan terpeliharanya dari nilai-nilai kebersamaan komunalitas dalam masyarakat. Mengupayakan penyelesaian perkara masyarakat secara cepat dengan menjunjung tinggi kebersamaan dan tidak merampas atau menekan kebebasan individual. 51 Jika melihat proses mediasi, akar-akar penyelesaian sengketa melalui cara ini sudah dikenal jauh sebelum kemerdekaan, dimana seseorang yang terlibat dalam persengketaan, cara menyelesaikan perkara penyelesaiannya dilakukan dengan cara damai dan melibatkan pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut biasanya adalah tokoh masyarakat, tokoh agama atau pimpinan adat. Sebagai contoh dalam adat karo jika terjadi permasalahan dalam suatu perkawinan maka “anak beru” akan 50 http:www.referensimakalah.com201209pengertian-mediasi-dalam-hukum- positif.html , diakses pada tanggal 16 Juli 2013 pada pukul 12.04 WIB. 51 Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional . Kencana, 2009. Halaman : 283. Universitas Sumatera Utara bertugas sebagai penengah untuk menyelesaikan masalah perkawinan tersebut. Sebenarnya Di Indonesia penyelesaian konflik rumah tangga diselesaikan melalui Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan BP4. Lembaga yang menjadi mitra Departemen Agama sejak tahun 1960 pada dasarnya adalah lembaga mediasi khusus sengketa rumah tangga. Suami dan istri yang sedang bersengketa diharapkan menggunakan BP4 sebelum mereka mendaftarkan perkaranya di pengadilan. Tetapi terdapat perbedaan antara BP4 dan lembaga mediasi. . Dalam proses penyelesaian sengketa BP4 lebih cenderung menasehati dan mendoktrin pasangan rumah tangga yang berkonflik. Berbeda dengan mediasi, dimana mediator hanya sebagai fasilitator, tidak boleh menasehati, adil dan tidak memihak. Para pihak sebagai penentu untuk menyelesaikan masalahnya dan mencari solusinya. Proses mediasi pertama kali diperkenalkan oleh pemerintahan Hindia Belanda melalui Reglement op de burgerlijke Rechtvordering atau disingkat Rv pada tahun 1894. Disamping itu pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan beberapa aturan melalui surat edaran, peraturan-peraturan, dan perundangan-undangan. Tentang beberapa aturan tersebut dapat dibaca pada uraian tentang landasan yuridis mediasi di Indonesia. Penyelesaian non litigasi ini telah dirintis sejak lama oleh para ahli hukum. Kemudian berkembang dan menjadi Undang-Undang No. 30 Tahun 1999. Pengaturan mengenai mediasi dapat kita temukan dalam ketentuan Pasal 6 ayat 3 , 4, dan 5 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Perkara adalah merupakan suatu proses sebagai kelanjutan gagalnya negosiasi yang dilakukan Universitas Sumatera Utara para pihak menurut ketentuan Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Perkara. Mahkamah Agung sebagai lembaga tinggi negara merasa paling bertanggungjawab untuk merealisasikan undang-undang tentang mediasi. MA menggelar beberapa Rapat Kerja Nasional pada September 2001 di Yogyakarta yang membahas secara khusus penerapan upaya damai di lembaga peradilan. Hasil Rakernas ini adalah SEMA No. 1 tahun 2002 tentang Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga Damai. MA juga menyelenggarakan temu karya tentang mediasi pada Januari 2003. Hasil temu karya tersebut adalah Perma No. 2 tahun 2003. Semangat untuk menciptakan lembaga mediasi sudah ada sejak Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Bagir Manan menyampaikan pidatonya pada 7 Januari 2003 dalam temu karya mediasi. Bagir Manan mendorong pembentukan Pusat Mediasi Nasional National Mediation Center. Delapan bulan kemudian, tepatnya 4 September 2003 Pusat Mediasi Nasional resmi berdiri, sesaat sebelum Mahkamah Agung mengeluarkan Perma No. 2 tahun 2003. Hukum tertulis lainnya yang mengatur tentang mediasi adalah UU RI No. 14 Tahun 1970 jo UU RI No. 4 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman mengenai penyelesaian perkara perdata di luar pengadilan atas dasar perdamaian. Peraturan Mahkamah Agung mengenai mediasi ini mengalami perubahan yakni dengan diterbitkannya Perma RI No. 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang berlaku sampai saat ini.

C. Penyelesaian Sengketa Melalui Mediasi