Penyelesaian Sengketa Melalui Mediasi

para pihak menurut ketentuan Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Perkara. Mahkamah Agung sebagai lembaga tinggi negara merasa paling bertanggungjawab untuk merealisasikan undang-undang tentang mediasi. MA menggelar beberapa Rapat Kerja Nasional pada September 2001 di Yogyakarta yang membahas secara khusus penerapan upaya damai di lembaga peradilan. Hasil Rakernas ini adalah SEMA No. 1 tahun 2002 tentang Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga Damai. MA juga menyelenggarakan temu karya tentang mediasi pada Januari 2003. Hasil temu karya tersebut adalah Perma No. 2 tahun 2003. Semangat untuk menciptakan lembaga mediasi sudah ada sejak Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia, Bagir Manan menyampaikan pidatonya pada 7 Januari 2003 dalam temu karya mediasi. Bagir Manan mendorong pembentukan Pusat Mediasi Nasional National Mediation Center. Delapan bulan kemudian, tepatnya 4 September 2003 Pusat Mediasi Nasional resmi berdiri, sesaat sebelum Mahkamah Agung mengeluarkan Perma No. 2 tahun 2003. Hukum tertulis lainnya yang mengatur tentang mediasi adalah UU RI No. 14 Tahun 1970 jo UU RI No. 4 Tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman mengenai penyelesaian perkara perdata di luar pengadilan atas dasar perdamaian. Peraturan Mahkamah Agung mengenai mediasi ini mengalami perubahan yakni dengan diterbitkannya Perma RI No. 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang berlaku sampai saat ini.

C. Penyelesaian Sengketa Melalui Mediasi

Universitas Sumatera Utara Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya penyelesaian sengketa alternatif melalui mediasi hanya dibatasi untuk kasus perdata yang tidak menggangu kepentingan orang banyak, seperti bidang perbankan, konsumen, tenaga kerja, dan sengketa di pengadilan. Pada sengketa sengketa ini saja mediasi dapat dilakukan. Saat ini dalam bidang tertentu, mediasi sudah mulai diterapkan untuk menyelesaikan suatu sengketa sebagai berikut 1. Mediasi diluar pengadilan a. Mediasi perbankan Dunia perbankan memiliki peranan pentin bagi masyarakat. Peranan tersebut adalah sebagai penyimpan dan penyalur dana bagi masyarakat. Suatu bank tentunya memiliki sistem yang sudah standar terhadap nasabahnya. Namun, tidak tertutup kemungkinan pelayanan yang diberikan bank kepada nasabahnya tidak memberikan hasil yan memuaskan bagi nasabahnya sehingga sering kali nasabah merasa dirugikan. Nasabah sering kali menjadi tidak berdaya pada saat harus berhadapan dengan bank di pengadilan dan hanya bisa pasrah apabila bersengketa dengan bank. Agar nasabah dapat terlindungi hak-haknya, dibentuklah mediasi perbankan yang berfungsi sebagai lembaga penyelesaian sengketa. Pada penyelesaian sengketa tersebut, para pihak, yakni bank indonesia. Hal ini Universitas Sumatera Utara bertujuan agar nasabah dapat telindungi hak-haknya sebagai nasabah. 52 Dan mediasi ini Sesuai Peraturan Bank Indonesia No. 85PBI2006 tentang mediasi perbankan, penyelenggaraan mediasi dilakukan apabila sengketa antara nasabah dengan Bank yang disebabkan tidak dipenuhinya tuntutan finansial nasabah oleh Bank dalam penyelesaian pengaduan nasabah dapat diupayakan penyelesaiannya melalui mediasi perbankan. 53 b. Mediasi hubungan industrial Hubungan yang terjadi antara pengusaha dan pekerja adalah hubungan yang bersifat labil. Dalam arti sangat mudah terjadi pertentangan antara pengusaha dan pekerja yang disebabkan oleh berbagai macam hal yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial “UU PHI”, yang dimaksud perselisihan hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerjaburuh atau serikat pekerjaserikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerjaserikat buruh dalam satu perusahaan. Apabila terjadi perselisihan hubungan industrial, maka ada 2 dua cara untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial tersebut yaitu dengan perundingan bipatrit 52 Jimmy Joses Sembiring, Cara menyelesaikan sengketa diluar pengadilan ,Visi media , Jakarta, 2011, halaman : 30 53 http:www.hsbc.co.id12miscellaneous_in_IDothersmediasiperbankan diakses pada tanggal 13 januari 2014 pada pukul 10.12 WIB Universitas Sumatera Utara perundingan antara pekerja atau serikat perkerja dengan pengusaha dan perundingan tripatrit. Jika ternyata penyelesaian perselisihan hubungan industrial tidak dapat diselesaikan melalui perundingan bipatrit, maka tahap yang dipakai untuk menyelesaikan perselisihan adalah penyelesaian melalui tripatrit yaitu secara mediasi 54 Seringkali pihak pekerja ketika berhadapan dengan pengusaha berada dalam posisi yang lemah yang di sebabkan oleh berbagai macam faktor. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara yang dapat mengakomodasi kepentingan suatu keputusan yang dapat diterima oleh masing masing pihak sehingga dibentuklah mediasi untuk perselisihan hubungan industrial. 55 c. Mediasi asuransi Saat ini masyarakat sudah semakin paham manfaat dari asuransi, sehingga secara tidak langsung ikut menjadi peserta pada program yang diselenggarakan oleh asuransi, baik asiransi kesehatan , asuransi kebakaran, maupun jenis asuransi lainnya. Asuransi berperan untuk mengalihkan resiko yang seharusya ditanggung oleh nasabah asuransi Sering terjadinya peristiwa yang mewajibkan asuransi untuk membayar klaim, tetapi perusahaan asurasi menolak untuk membayar klain tersebut dengan berbagai macam alasan. Akubatnya, menimbulkan 54 http:www.hukumtenagakerja.commediasi-hubungan-industrial diakses pada tanggal 13 januari 2014 pada pukul 10.56 WIB 55 Jimmy Joses Sembiring, Cara menyelesaikan sengketa diluar pengadilan ,Visi media , Jakarta, 2011, halaman : 31 Universitas Sumatera Utara sengketa antara perusahaan asuransi dan nasabahnya. Masyarakat seeriingnya mengetahui asuransi hanya dari sisi manfaatnya, tetapi tidak mengetahui secara detail akan asuransi itu sendiri dan sering kali mengakibatkan terjadinya sengketa yang berbeli-belit antara perusaahannya asuransi dan nasabahnya Agar sengketa dalam bidang asuransi dapat diselesaikan dengan baik dan dapat mengakomodasi kepentingan dari masing masing pihak, dibentuklah lembaga mediasi asuransi dengan harapan masing masing pihak dapat menerima keputusan yang dianggap adil. 56 2. Mediasi di pengadilan Mediasi di pengadilan sudah sejak lama dikenal. Para pihak yang mengajukan perkaranya ke pengadilan, diwajibkan untuk menempuh prosedur mediasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan pokok perkara. Mediasi diharapkan sebagai salah satu proses penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan akses yang lebih besar kepada para pihak menemukan penyelesaian yang memuaskan dan memenuhi rasa keadilan. pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara di pengadilan dapat menjadi salah satu instrumen efektif mengatasi masalah penumpukan perkara di pengadilan serta memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam penyelesaian sengketa di samping proses pengadilan yang bersifat memutus ajudikatif. 57 56 Jimmy Joses Sembiring, Cara menyelesaikan sengketa diluar pengadilan ,Visi media , Jakarta, 2011, halaman : 31. 57 http:waktuterindah.blogspot.com201204sebuah-catatan-tentang-mediasi-di.html diakses pada tanggal 13 januari 2014 pada pukul 11.15 WIB Universitas Sumatera Utara Perkara yang menumpuk di pengadilan semakin hari semakin banyak. Akibatnya, sering kali para pihak yang mengajukan sengketa di pengadilan harus menunggu dalam jangka waktu yang lama untuk mendapatkan putusan Sebagaimana diketahui prosedur beracara di pengadilan tidak menentukan jangka waktu untuk dapat menyelesaikan suatu perkara, mengakibatkan proses pemeriksaan suatu perkara dari pendaftaran, pemeriksaan, hingga putusan memakan waktu yang sangat lama. Untuk mangurangi banyaknya perkara yang ditangani oleh pengadilan, pada saat ini dibuat suatu proses, yakni proses mediasi. Proses mediasi di pengadilan berdasarkan pasal 7 ayat 1 peraturan Mahkamah Agung Nomor 1tahun 2008 tentang prosedur Mediasi di pengadilan Mahkamah Agung republik Indonesia peraturan Mahkamah Agung Nomor 1tahun 2008 merupakan proses yang wajib dijalankan para pihak yang berperkara. Pasal ini menentukan bahwa “pada hari sidang yang telah ditentukan yang dihadiri kedua belah pihak, hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi.” Pada pasal 130 ayat 1 HIR menentukan bahwa “jika pada hari yang ditentukan itu kedua belah pihak datang maka pengadilan negeri dengan pertolongan ketua mencoba akan memperdamaikan mereka.” Hal mengenai mediasi sebelumnya telah diatur dalam surat edaran Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2002 tentang pemberdayaan pengadilan tingkat pertama menerapkan lembaga damai. Pada Surat Edaran tersebut, hakim tidak diberikan kewenangan yang bersifat memaaksa kepada para pihak untuk melakukan penyelesaian melalui Universitas Sumatera Utara perdamaian. Sehingga Surat Edaran ini dianggap hampir sama dengan Pasal 130 HIR, yang hanya menyarankan para pihak untuk dapat berdamai. Berdasarkan hal diatas, surat edaran tersebut kemudian diganti oleh Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2003. Berlakunya peraturan tersebut membuat upaya perdamaian di pengadilan, sehingga tidak lagi hanya mampu bertumpu pada Pasal 130 HIR. Peraturan tersebut mengalami perubahan dengan diterbitkan nya Peraturan Mahkamah Agung Tahun 2008tentang prosedur Mediasi di pengadilan Mahkamah Agung Republik Indonesia. Pada hari sidang yang telah ditentukan dan para pihak hadir di persidangan makan terlebih dahulu hakim akan menanyakan persoalan yang akan terjadi dan menyaran kan para pihak untuk menempuh upaya mediasi terlebih dahulu 58 Sebelum mediasi dilaksanakan, para pihak hadir di persidangan telebih dahulu hakim akan menanyakan persoalan yang terjadi dan menyarankan para pihak untuk menempuh upaya damai. Hakim kemudian menyarankan para pihak untuk menempuh upaya mediasi terlebih dahulu. Sebelum mediasi dilaksanakan, para pihak terlebih dahulu harus memilih mediator merupakan hak para pihak. Selain berhak memilih mediator, para pihak juga dapat menentukan menggunakan hanya satu mediator, hal ini ditentukan pada Pasal Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 sebagai berikut. 1. Para pihak berhak memilih mediator diantara pilihan pilihan berikut: 58 Jimmy joses sembiring, Op,cit, halaman : 32-33. Universitas Sumatera Utara a. Hakim bukan pemeriksa perkara pada pengadilan yang bersangkutan; b. Advokat atau akademisi hukum; c. Profesi bukan hukum yang dianggap para pihak menguasai atau berpengalaman dalam pokok sengketa; d. Hakim majelis perkara; e. Gabungan antara mediator yang diseut dalam butir a dan d, atau gabungan butir b dan d, atau gabungan butir c dan d; 2. Jika dalam sebuah prses mediasi terdapat lebih dari satu orang mediator, Pembagian tugas meditor ditentukan oleh para mediator sendiri. Mediator yang jadi penengah dalam suatu perkara yang sedang diperiksa di pengadilan yang ada di pilih oleh para pihak berdasarkan daftar mediator yang ada di setiap pengadilan. Tidak setiap orang dapat menjadi mediator di pengadilan. Persyaratan yang harus di penuhi agar seseorang dapat bertindak sebgai mediator diatur pada pasal 5 ayat 1 dan ayat 2 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 sebagai berikut. 1. Kecuali keadaan sebagai mana dimaksud pada pasal 9 ayat 3 dan pasal 11 ayat 6, stiap orang yang menjalankan fungsi mediator, pada asasnya wajib memiliki sertifikat mediator yang di peroleh setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga yang telah memperoleh akreditasi dari mahkamah agung repbulik Indonesia. Universitas Sumatera Utara 2. Jika dalam wilayah sebuah pengadilan tidak ada hakim, advokat, akademisi hukum dan profesi bukan hukum yang bersertifikat mediator, hakim dilingkungan pengadilan yang bersangkutan berwenang menjalankan fungsi mediator. Dari ketentuan pasal ini, dapat diketahui bahwa mediator terdiri atas mediator hakim dan non hakim. Mediator nonhakim terlebih dahulu harus mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi sebagai mediator dari lembaga yang sudah terakreditasi oleh Mahkamah Agung. Persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu lembaga dapat memperolehakreditasi dari Mahkamah Agung. Persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu lembaga dapat memperoleh akrditasi dari mahkamah Agung sebagai berikut. a. Mengajukan permohonan kepada Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia. b. Memiliki instruktur atau pelatih yang memiliki sertifikattelah mengikuti pendidikan atau pelatihan mediasi dan pendidikan atau pelatihan sebagi instruktur untuk pendidikan atau pelatihan mediasi. c. Sekurang-kurangnya telah dua kali melaksanakan pelatihan mediasi bukan utuk mediator bersertifikat di pengadilan. Para pihak yang bersengketa di pengadilan dan sengketa tersebut dalam proses mediasi memiliki tenggat waktu dalam memilih dan menentukan mediator. Para pihak dalam jangka waktu dua hari berunding untuk menentukan mediator yang akan menengahi perkara yang sedang terjadi. Apabila dalam jangka waktu tersebut para pihaktelah menentukan mediator, para pihak menyampaikan hal Universitas Sumatera Utara tersebut kepada majelis hakim. Atas pilihan mediator tersebut , ketua majelis hakim memberitahukan kepada mediator yang terpiih untuk segera melaksanakan tugasnya pada perkara yang sedang diperiksa. Sebaiknya apabila para pihak tidak dapat menentukan hakim mediator yang menagani perkara tersebut, mereka wajib menyampaikan hal tersebut kepada ketua majelis hakim. Dengan adanya kegagalan dalam memilih mediator, ketua majelis hakim akan segera menunjuk hakim yang bukan menangani perkara dan hakim tersebut memiliki sertifikat sebagai mediator untuk menjadi mediator. Apabila dalam suatu pengadilan tidak terdapat hakim yang tidak memiliki sertifikat sebagai mediator, ketua majelis akan memilih hakim pemeriksa untuk menjalankan perkara untuk menjalankan fungsi sebgai mediator. Setelah mediator yang akan menangani perkara telah dipilih, para pihakyang bersengketa akan menempuh proses mediasi. Tahap tahap dari proses mediasi yang akandijalankan oleh para pihak adlah sebgaimana yang ditentukan pada pasal 13 Perma No 1 tahun 2008. 59 1. Dalam waktu paling lama lima hari kerja setlah para pihak menunjuk mediator yang disepakati, masing-masing pihak dapat menyeerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan kepada mediator. 2. Dalam waktu paling lama lima hari kerja setelah ppara pihak gagal memilih mediator, masing-masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada hakim mediator yang ditunjuk. 59 Ibid, halaman : 35-36. Universitas Sumatera Utara 3. Proses mediasi yang berlangsung paling lama empat puluh hari kerja sejak mediator dipilih oleh pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11ayat 5 dan 6 4. Atas dasar kesespakatan para pihak, jangka waktu mediasi dapat diperpanjang paling lama empat belas hari kerja sejak berakhir masa empat puluh hari sebagai mana dimaksud dalam ayat 3. 5. Jangka waktu proses meediasi tidak termasuk jangka waktupemeriksaan perkara . 6. Jika diperlukan dan atas dasar kesepakatan para pihak, mediasi dapat dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan alat komunikasi Mediasi yang dijalankan oleh para pihak, dapat dilaksanakan di pengadilan atau diluar pengadilan. Hal ini bergantung pada kehendak dari para pihak yang erperkara. Namun, kebebeasan untuk melaksanakan mediasi ini tidak sepenuhnya dapat ditentukan oleh para pihak karena apabila mediator yang menangani perkara tersebut adalah hakim pengadilan ,proses mediasi harus dipengadilan. Pada saat menjalankan fungsinya, mediator memiliki kewenangan untuk menyatakan bahwa mediasi yang sedang dijalakan dinyatakan gagal dengan mendasarkan alasan kegagalan tersebut pada hal-hal sebagai berikut. 60 1. Jika para pihak atau kuasa hukumnya telah dua kali berturut turut tidak menghadiri pertemuan mediasi meskipun telah dipanggil secara patut 60 Ibid, halaman : 37-38. Universitas Sumatera Utara 2. Mediator memahami bahwa dalam sengketa yang sedang diperiksa melibatkan aset, harta kekayaan atau kepentingan yang nyata-nyata berkaitan dengan pihak lain yang tidak disebutkan dalam surat gugatan sehingga para pihak dianggap tidak llengkap Tugas-tugas mediator dam menjalan kan fungsinya dalam proses mediasi adalah sebgai mana yang ditentukan dalam Perma No 1 Tahun 2008 sebagai berikut. a. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para pihak untuk dibahas dan di sepakati. b. Mediator wajib mendorong para pihak untuk seccara langsung berperan dalam proses mediasi. c. Apabila dianggapperlu mediator dapat melakukan kaukus d. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak. Sengketa bisa terjadi disebabkan oleh kurangnya pemahaman dari para pihak akan transaksi ataupun hubungan hukum yang terjadi diantara para pihak sehinggga dengan adanya ketidakpahaman atas hubungan tersebut pendapat dari orang lain yang dianggap sebagai ahli dalam hal hubungan hukum ataupun transaksi yang terjadi di antara para pihak. Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya, mediasi merupakan cara untuk dapat memecahkan masalah yang terjadi diantara para pihak, sehingga Universitas Sumatera Utara dianggap wajar apabila pihak lain dilibatkan dalam suatu sengketa yang sedang terjadi. Pihak lain dalam hal ini adalah mereka yang merupakan ahli di bidang perkara yang sedang melalui proses mediasi tersebut. Pasal 16 Perma No 1 tahun 2008 mengatur tentang di perbolehkan nya ahli dilibatkan dalam proses mediasi, yang mengatur sebagai berikut. 1. Atas persetujuan atau kuasa hukum mediator dapat mengundang seorang ahli atau lebih ahli hukum dalam bidang tertentu untuk memberikan penjelasan atau pertimbangan yang dapat membantu menyelesaikan perbedaan pendapat di antara para pihak 2. Segera setelah menerima pemberitahuan tersebut, hakim melanjutkan pemeriksaan perkara sesuai ketentuan hukum acara yang berlaku. 3. Pada tiap tahapan pemeriksaan perkara, hakim pemeriksa perkara tetap berwenang untuk mendorong atau mengusahakan perdamaian hingga sebelum pengucapan putusan. 4. Upaya perdamaian sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 berlangsung paling lama 14 empat belas hari kerja sejak hari para pihak menyampaikan keinginan berdamai kepada hakim pemeriksa perkara yang bersangkutan. Gagalnya proses mediasi tentu menyebabkan para pihak harus menjalani proses persidangan. Dalam proses persidangan para pihak akan mengajukan bukti bukti dan saksi-saksi yang dipergunakan sebagai sarana memperkuat argumen- argumen yang di sampaikan di persidangan. Para pihak tidak di perkenankan Universitas Sumatera Utara mengajukan bukti buti yang diperoleh dari proses mediasi. Hal ini secara tegas diatur pada pasal 19 Perma No1 tahun 2008 sebgai berikut 1. Jika para pihak gagal mencapai kesepakatan, pernyataan dan pengakuan para pihak dalam proses mediasi tidak dapat digunakan sebagai alat bukti dalam proses persidangan perkara yang bersangkutan atau perkara lain. 2. Catatan mediator wajib dimusnahkan. 3. Mediator tidak boleh diminta menjadi saksi dalam proses persidangan perkara yang bersangkutan. 4. Mediator tidak dapat dikenai pertanggungjawaban pidana maupun perdata atas isi kesepakatan perdamaian hasil proses mediasi. Apabila para pihak telah gagal untuk bersepakat dalam mediasi,para pihak menjalankan proses berperkara di pengadilan , dengan dijalankan nya proses berperkara di pengadilan, bagi para pihak telah tertutup upaya untuk berdamai.

D. Fungsi Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Perceraian.