BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Mediasi merupakan salah bentuk penyelesaian sengketa alternatif, yang
berarti bahwa mediasi merupakan penyelesaian sengketa melalui jalan damai yang menggunakan orang ke tiga dalam proses penyelesaian
sengketanya di pengadilan sebagai penghubung dan pencari solusi bagi sengketa yag sedang berlangsung terkhusus dalam kasus sengketa
perceraian. Untuk menghindari penumpukan perkara di pengadilan maka sebelum persidangan di mulai para hakim menawarkan perdamaian atau
mediasi ini. Dan karena kebutuhan akan mediasi ini membawa terus mediasi ini semakin berkembang karena semakin banyaknya sengketa yang masuk
ke pengadilan dan terus mengalami perbaikan dari masa ke masa. pengaturan penyelesaian sengketa melalui prosesmediasi telah diatur dalam
beberapa peraturan perundang-undangan, yaituHIR, RBG, KUHPerdata dan diformalkan
melalui Undang-UndangKekuasaan
Kehakiman serta
ditegaskan lebih lanjut dengan Perma No. 1 Tahun 2008. Tetapi ada perbedaan yang mendasar dalam putusan yang terjadi
dalam sengketa perdata biasa dengan sengketa perceraian. Jika mediasi yang dilakukan para pihak dalam sengketa perdata berhasil maka keputusan dari
mediasi tersebut akan dituangkan dalam akta van dading yang bersifat final dan binding, tetapi dalam sengketa perceraian ada perbedaan dengan
Universitas Sumatera Utara
sengketa peradata lainnya yaitu jika mediasi dalam percerian berhasil prosesnya maka para pihak bukannya menuangkan putusan mereka dalam
akta van dading tetapi hanya akan mencabut gugatan cerai mereka di pengadilan, karena khusus sengketa perceraian tidak mungkin membuat
suatu akta yang membatasi salah satu pihak untuk tidak meninggalkan satu sama lain.
2. Pengadilan kurang bersikap pro-aktif untuk memproses dan memfasilitasi
penyelesaian sengketa
dengan lembaga
mediasi yaitu
dengan mengalokasikan waktu, tempat dan hakim mediator. Kurang sikap pro aktif
dari pengadilan membuat proses mediasi akan sangat berkurang kekuatan dan efektifitasnya dan juga berpengaruh terhadap efektifitas mediator. Yang
berjalan dalam
pengadilan. Hakim
juga harusnya
aktif untuk
menyampaikan kepada para pihak atas permasalahan yang disengketakan agar dapat menggunakan forum mediasi supaya para pihak tidak ada yang
merasa dirugikan. Bagi hakim mediator mempunyai peran yang strategis serta mengendalikan proses persidangan permusyawaratan untuk
menempatkan dan memutuskan kasus yang disengketakan sesuai dengan alternatif yang sudah menjadi pilihan para pihak yang bersengketa tersebut.
Tetapi lagi-lagi ada masalah yang terjadi dimana memediasikan para pihak adalah tugas sekunder mereka dan bukan tugas pokok serta tidak ada
insentifnya jika dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
3. Pada prinsipnya praktek mediasi yang berjalan di pengadilan Negeri Medan
sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu berdasarkan PERMA No.1 Tahun 2008. Menurut salah satu hakim yang penulis
wawancarai, proses mediasi sudah berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan PERMA No.1 Tahun 2008. Yang dapat disimpulkan dari proses-
proses pelaksanaan yang telah dijelaskan kepada penulis. Tetapi, dalam praktek mediasi yang terjadi di pengadilan Negeri langkat masih dirasa
kurang dalam penerapan kualitas mediasinya , dimana para pihak yang bersengketa memiliki pengacara dan jika proses mediasi berhasil maka
honor yang akan diterima oleh pengacara akan berkurang. Dukungan hakim yang kurang untuk memotivasi para pihak untuk berdamai dan hakim
kurang menjiwai sengketa perceraian yang terjadi dan hanya dilakukan secara formalitas saja.kurangnya ruangan untuk melakukan mediasi. Serta
kurangnya hakim mediator di pengadilan akibat kurangnya pelatihan yang dialkukan oleh instansi terkait agar hakim bisa mendapatkan sertifikat
mediator.
B. Saran