76
RSUD Sidikalang p0,05 nilai Exp B sebesar 15,252 artinya responden yang memiliki persepsi baik tentang penyakit mempunyai peluang 15 kali memanfaatkan ulang
dibandingkan dengan responden yang memiliki persepsi tidak baik tentang penyakit .
Namun berbeda dengan hasil penelitian Khairurahmi 2008, menyatakan bahwa persepsi terhadap
penyakit AIDS tidak berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan klinik VCT. Hasil penelitian ini didukung teori Dever 1984, yang menyatkan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan
merupakan hasil interaksi antara faktor konsumen dan provider.
5.2 Pengaruh Faktor Provider terhadap Pemanfaatan RSUD Salak
Faktor provider, yaitu; a sikap petugas medis Dokter, Perawat, Bidan dan b.fasilitas umum. Adapun hasil pembahasan sebagai berikut:
5.2.1 Pengaruh Sikap Dokter terhadap Pemanfaatan
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 69 orang 62,7 pada kategori tidak baik. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden belum sepenuhnya menerima
pelayanan dokter dengan baik, sehingga pasien tidak memanfaatkan rumah sakit. Beberapa alasan responden yang memanfaatkan pelayanan RSUD Salak, yaitu sebanyak 35 orang
31,8 beralasan karena penyakit yang diderita sudah terpaksa membutuhkan pemeriksaan dokter, sehingga memanfaatkan RSUD Salak walaupun kadang-kadang ketika dibutuhkan
dokter tidak ditempat dan tidak tepat waktu dalam memberikan pelayanan, sehingga harus menunggu lebih dahulu untuk diperiksa dan sulit memahami informasi yang disampaikan
oleh dokter dalam memberikan pelayanan. Sedangkan sebanyak 75 orang 68,2 tidak
Universitas Sumatera Utara
77
memanfaatkan sebagian besar beralasan dalam 1 tahun terakhir tidak mengalami sakit yang berarti, sehingga tidak berkunjung ke RSUD Salak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Aditama 2004 mengungkapkan bahwa beberapa keluhan pasien yang timbul atas pelayanan seorang dokter di rumah sakit seperti
tidak diberi cukup waktu oleh dokter untuk konsul, keangkuhan sikap dokter, tidak ada penjelasan tentang informasi penyakit, waktu tunggu datangnya dokter yang lama dan tidak
ada kerjasama antar dokter yang merawat. Pendapat ini didukung pendapat Prasetijo dan Ihalauw 2005, menyatakan bahwa
salah satu pertimbangan seorang pasienpelanggan untuk memanfaatkan pelayanan jasa rumah sakit adalah penampilan petugasnya. Persepsi costumers terhadap pelayanan yang
diterimanya secara keseluruhan dipengaruhi oleh stimulus penampilan dan tanggapan petugas yang melayani.
Salah satu upaya yang perlu dilakukan agar manajemen RSUD Salak berupaya memperbaiki persepsi masyarakat tentang pelayanan dokter khususnya pada saat komunikasi
dokter dengan pasien. Komunikasi antara dokter dengan pasien diupayakan untuk ditingkatkan agar tercipta bahwa dokter dan pasien sebagai temanmitra karena semakin
banyak pengalaman dokter melakukan komunikasi efektif ketika berhadapan dengan pasien, keterampilannya akan semakin terasah.
Berdasarkan uji statistik Chi-square menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sikap dokter dengan pemanfaatan p0,05. Hasil uji statistik multivariat sikap dokter
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan rumah sakit p0,05; nilai Exp
Universitas Sumatera Utara
78
B= 6,500; CI For Exp B 1,929-21,898. Hal ini memberikan makna bahwa responden yang menyatakan sikap dokter baik dalam memberikan pelayanan mempunyai peluang 7
kali memanfaatkan. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Munaryo 2008 menyimpulkan bahwa
persepsi tentang mutu pelayanan dokter mempunyai nilai Exp B sebesar 4,199 artinya persepsi pasien tentang mutu pelayanan dokter yang kurang mempunyai risiko untuk tidak
berminat memanfaatkan ulang pelayanan sebesar 4 kali. Hal senada juga ditemukan pada hasil penelitian Matondang 2011 yang menyimpulkan sikap dokter tentang pelayanan
kesehatan berpengaruh terhadap pemanfaatan RSU Swadana Tarutung dan didukung hasil penelitian Surbakti 2012 menyimpulkan bahwa persepsi pasien umum tentang mutu
pelayanan dokter, berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori Green dalam Notoatmodjo 2010, yang menyatakan bahwa faktor penguat yang terwujud dalam sikap petugas kesehatan merupakan
salah satu faktor yang mendukung seseorang dalam memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan. Demikian juga dengan teori Dever 1984, menyatakan bahwa pemanfaatan
pelayanan kesehatan merupakan interaksi antara konsumen dengan provider penyedia pelayanan. Salah satu faktor yang memengaruhi pemanfaatan tersebut adalah faktor sikap
petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
79
5.2.2 Pengaruh Sikap Perawat terhadap Pemanfaatan
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 63 orang 57,3 pada kategori tidak baik. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden belum sepenuhnya menerima
pelayanan perawat dengan baik, sehingga pasien tidak memanfaatkan rumah sakit. Beberapa alasan responden yang memanfaatkan pelayanan RSUD Salak sebanyak 35
orang 31,8 beralasan bahwa penyakit yang diderita sudah mengganggu aktivitas, sehingga memanfaatkan RSUD Salak walaupun kadang-kadang sikap perawat kurang tanggap atas
keluhan pasien, kurang ramah dalam memberikan pelayanan, tidak ramah menyapa kelurga pasien, perawat tidak teratur memberikan pelayanan pemeriksaan nadi, suhu tubuh dan
sebanyak 75 orang 68,2 yang tidak memanfaatkan menyatakan karena dalam 1 tahun terakhir tidak mengalami sakit yang berarti, sehingga tidak berkunjung ke RSUD Salak
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Gilles 1996 mengungkapkan bahwa dalam pelayanan rawat inap rumah sakit keluhan pasien yang sering muncul adalah petugas
kesehatan perawat yang kurang ramah dan tidak sabar. Hal ini karena petugas perawat berhadapan langsung dengan pasien selama 24 jam, sehingga pasien lebih mudah menilai
sikap perawat dibanding penilaian terhadap dokter. Berdasarkan uji statistik Chi-square menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara sikap perawat dalam memberikan pelayanan dengan pemanfaatan p0,05. Hasil uji statistik multivariat sikap perawat berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan
rumah sakit p0,05; nilai Exp B= 6,365; CI For Exp B 1,710-23,692. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
80
memberikan makna bahwa responden yang menyatakan sikap perawat baik dalam memberikan pelayanan mempunyai peluang 6 kali memanfaatkan.
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Munaryo 2008 yang menyimpulkan bahwa persepsi tentang mutu pelayanan perawat mempunyai nilai Exp B sebesar 1,839
artinya persepsi pasien tentang mutu pelayanan keperawatan yang kurang mempunyai risiko untuk tidak berminat memanfaatkan ulang pelayanan sebesar 2 kali. Hal senada juga
ditemukan pada hasil penelitian Matondang 2011 yang menyimpulkan sikap perawat tentang pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap pemanfaatan RSU Swadana Tarutung.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori Dever 1984 menyatakan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan interaksi antara konsumen dengan provider
penyedia pelayanan, faktor sikap petugas kesehatan, yaitu perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor provider dalam memberikan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
5.2.3 Pengaruh Sikap Bidan terhadap Pemanfaatan
Hasil penelitian menunjukkan sikap bidan menurut responden sebanyak 61 orang 55,5 pada kategori tidak baik. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar
responden belum sepenuhnya menerima pelayanan bidan dirumah sakit dengan baik, sehingga pasien tidak memanfaatkan rumah sakit. Hal ini terkait dengan jumlah responden
yang ditanyakan lebih banyak perempuan, yaitu sebanyak 63 orang 57,3. Beberapa alasan responden yang memanfaatkan pelayanan RSUD Salak sebanyak 35
orang 31,8 beralasan bahwa ketika penyakit atau keluhan yang diderita telah mengganggu
Universitas Sumatera Utara
81
aktivitas sehari-hari, sehingga memanfaatkan RSUD Salak walaupun kadang-kadang sikap bidan kurang ramah dalam memberikan pelayanan dan tidak semua kebutuhan pasien
direspons dengan baik oleh bidan dalam pelayanan pertolongan persalinan dan sebanyak 75 orang 68,2 yang tidak memanfaatkan menyatakan karena dalam 1 tahun terakhir tidak
mengalami sakit yang berarti, sehingga tidak berkunjung ke RSUD Salak Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo 2010, yang
mengungkapkan bahwa struktur sikap seseorang terdiri dari komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun ketiga komponen
tersebut tidak selalu saling berinteraksi untuk membentuk sikap yang utuh total attitude. Jika individu hanya mempunyai satu atau dua komponen saja, maka sikap untuk
menghasilkan perilaku yang diharapkan belum tentu terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwa sikap petugas medis dalam melayani pasien masih perlu ditingkatkan.
Salah satu upaya yang perlu dilakukan manajemen RSUD Salak dalam menyikapi masalah pasien adalah dengan meningkatkan komunikasi petugas medis dokter, perawat dan
bidan melalui pemberian pelatihan ”service excellent”, sehingga tercapai efektivitas komunikasi antara petugas medis dengan pasien dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di
RSUD Salak. Berdasarkan uji statistik Chi-square menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara sikap bidan dalam memberikan pelayanan dengan pemanfaatan p0,05. Hasil uji statistik multivariat sikap bidan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan
rumah sakit p0,05; nilai Exp B= 5,272; CI For Exp B 1,382-20,110. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
82
memberikan makna bahwa responden yang menyatakan sikap bidan baik dalam memberikan pelayanan mempunyai peluang 5 kali memanfaatkan.
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Asmita 2008 menyimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap petugas kesehatan dokter, perawat, bidan dengan loyalitas pasien
dalam memanfaatkan Poliklinik Umum Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum, Semarang. Hal senada juga ditemukan dalam penelitian Purba 2009, di Kecamatan
Angkola Tapanuli Selatan menyimpulkan bahwa sikap bidan berhubungan dengan pelayanan kebidanan dalam memberikan pelayanan kepada ibu dan balita.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Dever 1984, menyatakan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan interaksi antara konsumen dengan provider
penyedia pelayanan. Salah satu faktor yang memengaruhi pemanfaatan tersebut adalah faktor sikap petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
5.2.4 Pengaruh Fasilitas Umum terhadap Pemanfaatan
Hasil penelitian menunjukkan fasilitas umum sebanyak 71 orang 64,5 pada kategori tidak baik. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden belum
sepenuhnya dapat menikmati fasilitas umum rumah sakit dengan baik, sehingga pemanfaatan rumah sakit belum optimal.
Beberapa alasan responden yang memanfaatkan pelayanan RSUD Salak sebanyak 35 orang 31,8 beralasan bahwa karena penyakit yang diderita kunjung tidak sembuh,
sehingga memanfaatkan RSUD Salak walaupun fasilitas umum yang tersedia belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan seperti fasilitas tempat ibadah belum ada tersedia dan
Universitas Sumatera Utara
83
kebersihan kamar mandiWC yang belum baik. dan sebanyak 75 orang 68,2 yang tidak memanfaatkan menyatakan karena dalam 1 tahun terakhir tidak mengalami sakit yang berarti,
sehingga tidak berkunjung ke RSUD Salak. Hal ini sejalan dengan pendapat Mukti 2007 mengungkapkan bahwa faktor sarana
atau fasilitas umum mempunyai peran yang sangat penting dan sebagai faktor yang sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien yaitu persepsi tentang persepsi tentang kebersihan
rumah sakit secara umum dan ruangan perawatan, kerapian bangunan, dekorasi ruangan dan penampilan staf rumah sakit.
Pendapat tersebut didukug oleh pendapat Aditama 2004, sarana adalah semua fasilitas yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang operasional kegiatan
pelayanan. Penyediaan sarana dan prasarana termasuk menjamin ketersediaan bahan baku pelayanan merupakan tanggung jawab manajemen guna menunjang kelancaran operasional
pelayanan. Salah satu upaya yang perlu dilakukan manajemen RSUD Salak dalam menyikapi
masalah pasien adalah dengan meningkatkan kualitas kebersihan kamar mandiWC secara rutin dan menyediakan fasilitas tempat ibadah yang representatif, sehingga pasien merasa
nyaman untuk memanfaatkan rumah sakit. Berdasarkan uji statistik Chi-square menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara fasilitas umum dengan pemanfaatan p0,05. Hasil uji statistik multivariat fasilitas umum berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan rumah sakit p0,05; nilai
Universitas Sumatera Utara
84
Exp B= 4,182; CI For Exp B 1,097-15,942. Hal ini memberikan makna bahwa dengan fasilitas umum yang baik responden mempunyai peluang 4 kali memanfaatkan.
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Munaryo 2008 menyimpulkan bahwa persepsi tentang mutu sarana rawat inap mempunyai nilai Exp B sebesar 10,222 artinya
persepsi pasien tentang mutu sarana rawat inap yang kurang mempunyai risiko untuk tidak berminat memanfaatkan ulang pelayanan sebesar 10 kali. Hasil peneltian ini juga didukung
hasil Penelitian Pasaribu 2003 menyimpulkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pemanfaatan tempat tidur di RSU Sipirok adalah fasilitas rumah sakit.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Dever 1984, menyatakan bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan interaksi antara konsumen dengan provider
penyedia pelayanan. Salah satu faktor yang memengaruhi pemanfaatan tersebut adalah faktor provider, yaitu fasilitas ruamh sakit.
5.3 Pemanfaatan RSUD Salak